Hubungan Obesitas dengan Heat strain

77 dilakukan oleh Stapleton et al 2013 menunjukan hasil yang serupa yaitu tidak terdapat perbedaan suhu tubuh yang signifikan pada dua kelompok umur dengan rata-rata 21 tahun dan rata-rata 65 tahun pada kondisi lingkungan yang sama. Penelitian lain yang dilakukan oleh Marszalek et al 2004 pada tiga kelompok umur yaitu kelompok 20-29 tahun, 41-55 tahun dan 58-65 tahun dengan paparan WBGT yang sama menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan heat strain yang signifikan pada ketiga kelompok. Walaupun beberapa teori menunjukan bahwa dengan bertambahnya umur akan meningkatkan risiko untuk mengalami heat strain, namun menurut Pandolf 1997 menyatakan bahwa tingkat toleransi terhadap panas pada kelompok dengan umur yang lebih tua mungkin sama dengan kelompok yang lebih muda.

6.5 Hubungan Obesitas dengan Heat strain

Obesitas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya heat strain pada seseorang. Menurut Anderson 1999, kemampuan untuk melepas panas dari dalam tubuh berhubungan secara langsung dengan massa tubuh. Komposisi tubuh akan mempengaruhi peningkatan suhu tubuh. Seseorang dengan massa tubuh yang lebih besar, suhu tubuhnya akan lebih cepat meningkat sehingga risiko untuk mengalami heat strain juga meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, pekerja yang termasuk dalam kategori obesitas sebanyak 3 orang 3,8 dan 76 orang 96,2 termasuk dalam kategori tidak obesitas. Bar-Or et al., 1969 dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa heat strain terjadi paling banyak pada kelompok dengan status obesitas dan memiliki suhu tubuh, denyut nadi dan tingkat berkeringat yang lebih tinggi dibanding kelompok 78 dengan status indeks massa tubuh kurus. Dalam penelitian lain, dua kelompok dengan persentase lemak tubuh yang berbeda 10,9 dan 18,8 berjalan diatas treadmill. Kelompok dengan lemak tubuh yang rendah lebih bertahan lebih lama berjalan diatas treadmill dan memiliki kemampuan toleransi peningkatan suhu tubuh yang lebih tinggi dibanding kelompok dengan lemak tubuh yang lebih tinggi Selkirk dan McLellan, 2001. Menurut Donoghue dan Bates 2000 obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya heat strain saat bekerja pada lingkungan yang panas. Namun hasil analisis bivariat pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara obesitas dengan heat strain . Hal ini dapat terjadi karena pada kelompok yang mengalami obesitas dan sebagian besar pada kelompok tidak obesitas memiliki beban kerja yang sama yaitu kategori beban kerja sedang. Sehingga dengan tingkat beban kerja yang sama, tidak terlihat perbedaan heat strain pada kelompok obesitas dan tidak obesitas. Pengendalian tingkat beban kerja dapat dilakukan dengan memodifikasi posisi kerja untuk mengurangi panas metabolik yang dihasilkan oleh tubuh atau dengan menambah proses mekanisasi pada beberapa bagian pekerjaan fisik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vroman et al., 1983 pada dua kelompok dengan kategori indeks massa tubuh yang berbeda yaitu kelompok obestias dan kurus. Kedua kelompok tersebut melakukan kegiatan yang sama tetapi tidak memiliki perbedaan pada suhu tubuh yang merupakan indikasi terjadinya heat strain. Pada kelompok obesitas seluruhnya mengalami heat strain dan pada kelompok tidak obesitas, sebagian besar pekerja menerima paparan tekanan panas. Sehingga 79 dengan paparan tekanan panas yang diterima, pekerja tetap mengalami heat strain walaupun tidak obesitas. Seluruh kelompok obesitas berada pada pekerjaan proses penggorengan. Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian heat strain pada kelompok obesitas salah satunya dengan pengurangan beban kerja.

6.6 Hubungan Penyakit Kronis dengan Heat strain