4 44.4 5 21.7 PERKEMBANGAN SISTEM PERTANIAN DI EMPAT

107 Tabel 5.6. Produktivitas Beragam Jenis Tanaman yang Diusahakan Petani, 2007. Tanaman Kriteria Tondo Jono Oge Ulee Gun Cot N N N N Kakao 400 11 78.6 5 31.3 4 44.4 12 52.2 400 - 800 3 21.4 11

68.8 4 44.4 5 21.7

800 - - 1 11.1 6 26.1 Total 14 100.0 16 100.0 9 100.0 23 100.0 Kopi 400 11 73.3 400 - 800 3 20.0 800 1 6.7 Total 15 100.0 Kelapa 1000 3 50.0 0 - 1000 - 2000 - 2 100.0 2000 - 3000 3 50.0 - Total 6 100.0 2 100.0 Cengkeh 400 2 50.0 2 16.7 400 - 800 2 50.0 7 58.3 800 - 3 25.0 Total 4 100.0 12 100.0 Padi 3000 2 18.2 8 38.1 7 19.4 3000 - 5000 7 63.6 11 52.4 13 36.1 5000 2 18.2 2 9.5 16 44.4 Total 11 100.0 21 100.0 - 36 100.0 Sumber data : Wawancara Terhadap Responden Bagi para petani, pada tanaman apapun, melaksanakan usahatani dengan teknologi intensif memerlukan tambahan curahan tenaga kerja dan tambahan modal finansial uang tunai yang relatif besar. Tambahan tenaga kerja diperlukan karena semakin intensif teknologi yang diterapkan umumnya memerlukan per- lakuan di lapangan yang lebih banyak. Tambahan modal finansial terutama diperlukan karena sebagian besar input produksi bahan danatau alat untuk menerapkan teknologi intensif tidak mereka hasilkan sendiri, tetapi harus mereka peroleh dengan cara membeli dari pihak lain. Demikian halnya peralatan pun harus mereka sewa kepada pihak lain, misalnya penggunaan alat bajak traktor. 108 Tabel 5.7. Tambahan Biaya Untuk Penerapan Teknologi Intensif, 2007 Uraian Padi Kakao Cengkeh Kelapa Tambahan Biaya • Tenaga Kerja : Rp 1.360.000 3.550.000 2.320.000 885.000 34 394 64 36 • BahanAlat : Rp 575.000 1.765.000 1.020.000 1.165.500 140 97 190 Tambahan Hasil Rp 5.250.000 6.000.000 5.400.000 6.750.000 100 125 67 60 Tambahan HasilTambahan Biaya 2,7 1,1 2,3 3,3 Sumber data : Diolah dari data hasil wawancara dengan informan kunci Keterangan : Biaya bahanalat sebelumnya = Rp.0,- Berdasarkan pengalaman para petani di Desa Jono Oge dan Desa Tondo di Sulawesi Tengah Tabel 5.7., tambahan tenaga kerja yang harus disediakan para petani untuk menerapkan teknologi intensif pada usahatani padi relatif lebih sedikit dibanding untuk usahatani tanaman kakao dan cengkeh, tetapi relatif lebih besar dibanding untuk usahatani kelapa. Demikian halnya, tambahan biaya finan- sial yang harus disediakan para petani untuk menerapkan teknologi intensif pada usahatani padi relatif lebih rendah dibanding untuk menerapkan teknologi intensif pada usahatani tanaman kakao, cengkeh maupun usahatani kelapa. Sementara itu, tambahan hasil yang diperoleh petani dari usahatani padi dengan teknologi inten- sif lebih besar dibanding tambahan hasil yang diperoleh petani dari usahatani kakao dan cengkeh yang menggunakan teknologi intensif, tetapi lebih kecil dari pada tambahan hasil yang diperoleh petani dari usahatani kelapa. Gambaran-gambaran di atas menunjukkan bahwa penerapan teknologi intensif telah meningkatkan ketergantungan petani terhadap pihak lain, bukan hanya terhadap pihak-pihak lain yang berada dalam komunitas yang sama tetapi bahkan terhadap mereka yang berada di luar komunitas petani masyarakat luar desa. Bersamaan dengan itu, ternyata sebagian kelebihan penerimaan petani dalam penerapan teknologi intensif tidak dapat dinimati para petani karena akan dibawa ke luar komunitas melalui transaksi jual beli bahan dan alat produksi. Fenomena lain yang ditemukan di lapangan adalah adanya perbedaan upaya petani dalam penyediaan modal financial bila tanaman yang diusahakan berbeda. 109 Untuk mengusahakan tanaman padi sawah dengan teknologi intensif, para petani akan mengadakan input produksi dan peralatan yang diperlukan dengan upaya yang maksimal, baik dengan cara mengakumulasikan kemampuan modal finansial sendiri maupun dengan cara mencari pinjaman seringkali harus meminjam dari sumber keuangan yang tidak murah. Sebaliknya, pada usahatani tanaman perke- bunan, seringkali penyediaan dana untuk pengadaan input produksi dan peralatan teknologi intensif tidak diupayakan secara maksimal. Bahkan seringkali kalah prioritas bila para petani harus memenuhi kebutuhan biaya sekolah anak-anaknya. Selain itu, sekalipun petani mempunyai modal financial yang sebenarnya dapat digunakan untuk menerapkan teknologi intensif, tetapi para petani lebih senang menggunakan modal finansial tersebut untuk membangun kebun baru. Dengan kata lain, pada pengembangan sistem pertanian menetap yang mengusahakan tanaman perkebunan kakao, dan tanaman lainnya “pola ektensifikasi” masih menjadi pilihan utama para petani. Selain terkait dengan persoalan kesulitan menyediakan modal finansial yang jumlahnya relatif besar, nampaknya pilihan ekstensifikasi terkait dengan beragam persoalan teknis dan persoalan sosial berikut : ƒ Penerapan teknologi intensif mempunyai persyaratan yang sangat kompleks. Dalam hal ini untuk mencapai keberhasilan penerapan teknologi tersebut tidak dapat tercapai bila penerapannya berlangsung secara parsial. Misalnya, keberhasilan pengendalian hama Penggerek Buah Kakao PBK akan ter- capai bilamana pelaksanaannya disertai dengan penerapan teknologi pemu- pukan dan pemangkasan. ƒ Semakin intensif teknologi yang diterapkan umumnya memerlukan tambah- an tenaga kerja lebih banyak. Apalagi sumberdaya agraria perkebunan milik petani umumnya terpencar dalam beberapa tempat yang berjauhan dalam luasan kecil lampiran 5.13.. ƒ Banyak petani lapisan menengah dan petani lapisan bawah miskin yang harus menyisihkan tenaga kerja keluarganya untuk menjadi buruh harian agar mereka dapat segera memperoleh tambahan penghasilan tunai. Tam- bahan penghasilan tersebut mereka perlukan untuk memenuhi kebutuhan 110 minimumkebutuhan pokok terutama makanan anggota keluarganya yang tidak dapat ditunda karena berkaitan dengan kelangsungan hidup keluarga mereka. ƒ Kebijakan pemerintah daerah yang tidak mengontrol penggunaan lahan baru hutan secara tidak langsung mendukung penerapan perluasan tanaman ko- mersial perkebunan yang dilakukan secara ekstensif. Dalam hal ini perluasan kebun dipandang mendukung pemerintah daerah untuk pengembangan perluasan wilayah 62 dan upaya perluasan kesempatan berusaha bagi warga pedesaan. Upaya perluasan peluang berusahabekerja dengan cara memper- luas kebun menjadi sangat penting manakala pemerintah daerah tidak mampu memberikan pilihan lain pada sektor non pertanian. ƒ Bagi keluarga petani, menambah luas sumberdaya agraria mempunyai mak- na sangat penting sebagai investasi untuk menyiapkan masa depan anak. Bila anak-anaknya juga menjadi petani, maka orang tua harus menyediakan lahan untuk dipinjamkan petani kaya, dibagihasilkan petani sedang, dan kemudian diwariskan. Kemudian bila masa depan anaknya diarahkan di luar sektor pertanian, maka para orang tua harus mempunyai cukup lahan untuk menyiapkan biaya sekolah dan untuk biaya mendapatkan pekerjaan.

5.4. Marginalisasi Kualitas Sumberdaya Agraria