Metoda Pengumpulan Data METODOLOGI

64 Khusus untuk komunitas petani di desa Cot Baroh dan desa Cot Tunong, meskipun mereka berada di dua wilayah administratif desa yang berbeda, tetapi para petani yang berada di wilayah desa Cot Baroh dan para petani yang berada di wilayah desa Cot Tunong seringkali membangun kebun dan sawah secara bersama-sama di lokasi yang sama. Selain itu, kedua desa tersebut merupakan desa kecil masing-masing hanya mempunyai satu dusun. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini para petani di kedua wilayah desa digabung dalam satu komunitas.

3.4. Metoda Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metoda penelitian dengan tujuan untuk merekonstruksi realitas sosial secara dialektik antara peneliti dengan aktor sosial yang diteliti tineliti. Dengan kata lain, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan penelitian merupakan hasil proses “interaksi assosiatif”. Oleh sebab itu, pengumpulan data dan informasi dilakukan bersama-sama antara peneliti dengan yang diteliti dan dilakukan secara dialogis atau dialektikal agar realitas hubungan sosial produksi, kesdaranmakna dibalik hubungan dimaksud, serta proses pemaknaan hubungan sosial dapat terungkap secara tepat karena berdasarkan konsesnus bersama mutual understanding. Dalam penelitian ini, data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang dikumpulkan terdiri dari pemilikan sumberdaya agraria, penerimaan rumahtangga petani, dan pengeluaran rumahtangga petani. Sementara itu, data kualitatif yang dikumpulkan terdiri dari proses transformasi moda produksi dan struktur agraria serta proses diferensiasi sosial masyarakat agraris dan kesejahteraan keluarga petani. Data dan informasi lapangan dikumpulkan dengan tiga cara sehingga prinsip trianggulasi metode dan sumber data terpenuhi, yaitu wawancara perorangan res- ponden, diskusi dalam kelompok, dan pengamatan lapangan. Wawancara per- orangan dilakukan terhadap responden dengan menggunakan kesioner. Sementara diskusi dalam kelompok dilakukan dengan mengundang para aktor sosial yang diteliti, yaitu para petani, para pengurustokoh organisasi lokal, serta pelaku ter- kait lainnya. 65 Tabel 3.4. Distribusi Rumahtangga RT Petani dan Distribusi Responden di Empat Desa Kasus, 2007 Desa Status Penguasaan Sumberdaya Agraria Jumlah Pemilik Pemilik- Penggarap Pemilik- Penggarap- Buruhtani Pemilik - Buruhtani Peng garap Penggarap Buruhtani Buruh Tani Ulee Gunong • Distribusi RT 85 9 5 133 - 1 16 249 • Distribusi Resp. 10 3 2 14 - - 1 30 Cot BarohTunong • Distribusi RT 68 53 11 11 31 1 8 183 • Distribusi Resp. 7 9 11 2 - - 1 30 Tondo • Distribusi RT 157 26 3 35 18 3 32 274 • Distribusi Resp. 18 - 1 5 3 - 3 30 Jono Oge • Distribusi RT 69 44 3 8 9 3 51 187 • Distribusi Resp. 11 11 1 2 - 2 3 30 Jumlah • Distribusi RT 379 132 22 187 58 8 107 893 • Distribusi Resp. 46 23 15 23 3 2 8 120 Wawancara terhadap responden dilaksanakan untuk pengumpulan data dan informasi tentang karakteristik rumah tangga petni, data dan informasi tentang pemilikan sumberdaya agraria oleh setiap rumah tangga petani, data dan informasi tentang sumber dan jumlah penerimaan petani, jenis dan jumlah pengeluaran rumah tangga petani, serta jenis dan jumlah fasilitas yang diterima dari program pemerintah. Pada setiap desa lokasi penelitian dipilih 30 responden rumahtangga petani sehingga jumlah responden di empat desa lokasi penelitian adalah 120 rumahtangga petani. Pemilihan responden di setiap desa diupayakan terdistribusi secara proporsional pada seluruh lapisan masyarakat terkait penguasaan sumber- daya agraria Tabel 3.4.. Namun demikian, adanya kesulitan dalam menemui responden akhirnya basis distribusi responden hanya mengacu pada tiga lapisan 66 utama dalam penguasaan sumberdaya agraria, yaitu : petani pemilik; petani penggarap; dan buruh tani. Diskusi kelompok dilakukan untuk secara bersama-sama mendiskusikan perihal posisi dan peranan setiap kelompok aktor dalam menjalankan transformasi moda produksi dan struktur agraria serta dalam proses diferensiasi sosial masya- rakat agraris dan kesejahteraan dalam sebuah komunitas. Jika wawancara per- orangan cenderung memberi informasi yang bersifat sepihak, maka diskusi kelompok dapat memberikan informasi yang bersifat konsensus dan yang ber- sifat diametral sekaligus. Hal ini terjadi karena diskusi kelompok memungkin- kan para partisipan untuk menemukan kesamaan dan perbedaan pandangan pemahaman di antara mereka. Adapun studi dokumen dilakukan untuk menghasilkan data dan informasi sekunder yang tersedia dalam bentuk laporan, makalah, dan surat resmi. Data dan informasi tersebut berfungsi sebagai pelengkap data dan informasi hasil wawan- cara perorangan serta data dan informasi hasil diskusi kelompok. Selain itu, data dan informasi sekunder berguna untuk konfirmasi data lapangan agar pengum- pulannya dapat dilakukan lebih cermat.

3.5. Analisis Data