212 petani yang pemilikan sumberdaya agrarianya kurang dari empat hektar tetapi
berada dalam lapisan kesejahteraan kaya terjadi karena selain mereka memperoleh penghasilan dari sumberdaya agraria juga memperoleh penghasilan dari sumber
non pertanian, misalnya dari usaha dagang dan gajih pegawai.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0 - 0,5 O,5 - 1
1 - 2 2 - 3
3 - 4 4
kaya sedang
miskin
Gambar 8.10.
Dsitribusi Rumahtangga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan dan Luas Pemilikan Sumberdaya Agraria Produktif di Empat Komu-
nitas Petani Kasus, 2007
Sumber Data : Sensus Rumahtangga Petani Melalui Informan Kunci
8.5. Ketimpangan dalam Penerimaan dan Pengeluaran
Mengacu pada tingkat kesejahteraan yang direkonstruksi oleh masyarakat kaya, sedang miskin maupun pada fenomena munculnya beragam pola pengua-
saan sumberdaya agraria pemilikan tetap dan pemilikan sementara, uraian-uraian yang dijelaskan sebelumnya munjukkan bahwa pada empat komunitas petani
kasus telah terjadi pengelompokkan petani ke dalam banyak lapisan. Pengelom- pokkan yang terjadi pada komunitas petani kasus tersebut belum mengkutubkan
petani hanya berada pada dua lapisan. Sejalan dengan temuan-temuan tersebut, dengan menggunakan analisa Gini
Ratio Tabel 8.6. terhadap data rumahtangga petani responden diperoleh gam-
baran bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran yang terjadi di empat komunitas petani kasus masih dalam kategori “rendah”, baik dalam hal pengeluaran total
maupun dalam hal pengeluarankapitatahun. Sementara itu, dengan mengguna-
213 kan alat analisa yang sama, ternyata dalam hal penerimaan rumah-tangga petani
pendapatan total maupun pendapatankapitatahun ketimpangan yang terjadi dalam komunitas petani di Desa Jono Oge - sebuah desa pendatang etnis Bugis -
sudah tergolong tinggi. Tingginya tingkat ketimpangan penerimaan dalam komunitas petani di Desa Jono Oge diduga berkaitan dengan adanya petani kaya
yang kondisinya jauh lebih kaya bila dibandingkan dengan petani kaya yang muncul di desa-desa kasus lain.
Tabel 8.6. Hasil Analisa Gini Ratio Terhadap Pendapatan dan Pengeluaran,
2007.
Desa Penerimaan
Total Pengeluaran
Total Penerimaan
Kapita Pengeluaran
Kapita Kabupaten Donggala – Propinsi Sulawesi Tengah
Jono Oge 0,70
0,37 0,69
0,30 T
R T
R
Tondo
0,38 0,31 0,37 0,28 R R R R
Kabupaten Pidie – Propinsi Nangroe Aceh Darussalam Cot Tunong
Baroh 0,29 0,25 0,30 0,22
R R R R
Ulee Gunong
0,39 0,25 0,41 0,25 R R M R
Keterangan : 0,4 = Rendah R, 0,4 - 0,5 = Moderate M, 0,5 = Tinggi T
Kemudian bila data-data ketimpangan dalam penerimaan dan pengeluaran rumahtangga petani dibandingkan dengan data-data ketimpangan dalam pemilikan
tetap sumberdaya agraria produktif, nampak bahwa umumnya ketimpangan yang terjadi dalam pemilikan tetap sumberdaya agraria produktif relatif lebih tinggi
dibanding ketimpangan yang terjadi dalam penerimaan dan pengeluaran rumah tangga petani. Hal ini terjadi karena upaya petani dalam memperoleh penghasilan
umumnya tidak terbatas hanya dari sumberdaya agraria yang mereka miliki melalui mekanisme pemilikan tetap. Ternyata para petani memperoleh jalan lain
melalui mekanisme pemilikan sementara terutama melalui mekanisme bagi hasil dan sewa. Selain itu, para petani juga dapat memperoleh penghasilan dari sumber
penghasilan off farm terutama berburuh tani dan dari sumber penghasilan non
214 farm.
Kenyataan munculnya realitas ketimpangan distribusi penerimaan dan pengeluaran warga komunitas yang lebih rendah dari ketimpangan distribusi
pemilikan warga komunitas menunjukkan bahwa distribusi penguasaan sumber- daya agraria pemilikan tetap + pemilikan sementara lebih penting dibanding
distribusi pemilkan tetap.
8.6. Proses Pemiskinan Petani