Ruang Lingkup Penelitian METODOLOGI

55

BAB III METODOLOGI

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada komunitas petani yang basis penghasilannya dari sumberdaya agraria, dan sebagian besar dari sumberdaya agraria tersebut di- gunakan untuk mengusahakan tanaman komersial kakao. Selain itu, para petani yang menjadi warga komunitas di empat desa kasus umumnya masih tergolong “peasant” dalam rumusan Shanin 1990 atau “smallholder” dalam rumusan Netting 1993. Mengikuti kedua rumusan tersebut, para petani di empat desa ka- sus umumnya merupakan para produsen kecil berlahan sempit yang selain mem- produksi barang untuk dimakan juga menghasilkan barang untuk dijual tetapi penghasilan total yang diterimanya termasuk penjualan produk pertanian komer- sial terutama masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga 42 . Mengikuti pendapat Redfield dalam Koentjaraningrat 1990, komunitas petani peasant community yang dimaksudkan dalam penelitian ini bukan komu- nitas terisolasi tribal community karena bila ditempatkan dalam sebuah spek- trum ciri-ciri komunitas petani berada pada ujung lain dari ciri-ciri komunitas terisolasi. Dalam hal ini Redfield menyebutkan bahwa ciri-ciri komunitas petani adalah : 1 masyarakat kecil yang tidak terisolasi, 2 tidak memenuhi semua kebu- tuhan hidup penduduknya, 3 mempunyai hubungan horizontal dengan komunitas -komunitas petani lain di sekitarnya, serta 4 mempunyai hubungan vertikal de- ngan komunitas-komunitas di perkotaan. Sebaliknya, ciri-ciri komunitas terisolasi adalah : 1 mempunyai identitas yang khas, 2 terdiri dari sejumlah penduduk dengan jumlah yang cukup terbatas sehingga saling mengenal sebagai individu yang berkrepibadian, 3 bersifat seragam dengan diferensiasi terbatas, 4 dan kebutuhan hidup sudah sangat terbatas sehingga semua dapat dipenuhi sendiri tanpa tergantung dari pasar. Redfield juga beranggapan bahwa suatu komunitas 42 Keluarga petani adalah sebuah rumahtangga yang merupakan satu unit bersama dalam hal pendapatan maupun pengeluaran. Keluarga tersebut merupakan keluarga inti atau keluarga luas. Menurut Wolf 1985 keluarga inti atau keluarga batih adalah keluarga yang terbentuk karena perkawinan sehingga terdiri dari suami-istri dengan anak-anak mereka. Sementara itu, keluarga luas terdiri dari beberapa keluarga inti, misalnya seorang suami dengan beberapa isteri dan anak- anaknya atau keluarga inti yang tergolong beberapa generasi sehingga dalam keluarga tersebut misalnya terdapat kakeknenek; ayahibu; dan anak-anak 56 kecil merupakan bagian terintegrasi dengan lingkungan alam dimana komunitas tersebut berada. Secara ringkas, realitas sosial yang menjadi lapangan studi subject – matter ini berpusat pada aspek berikut : 1 ciri-ciri moda produksi yang diprak- tekkan para petani, 2 transformasi struktur agraria, 3 diferensiasi sosial masya- rakat agraris, 3 peranan sumberdaya agraria sebagai sumber penghasilan petani dan kaitannya dengan diferensiasi kesejahteraan dalam komunitas petani, serta 4 realitas lingkungan spesifik yang secara konstektual terkait dengan perubahan- perubahan dimaksud. Dalam mempelajari moda produksi, elemen kekuatan produksi yang dijadi- kan lapangan studi selain mengenai penguasaan sumberdaya agraria juga menge- nai praktek teknologi pertanian yang dijalankan para petani, baik pada usahatani perkebunan yang menghasilkan barang “komersial” maupun pada usahatani padi sawah yang menghasilkan barang “subsisten”. Penerapan teknologi pada kedua usahatani tersebut perlu dipelajari secara bersamaan karena dalam kenyataannya sebagian besar petani mengusahakan kedua tanaman dimaksud. Sementara itu, huhungan sosial produksi yang dipelajari terutama hubungan sosial produksi dalam pengusasaan sumberdaya agraria dan modal non lahan yang terkait sangat erat dengan penguasaan sumberdaya agraria. Penelaahan transformasi struktur agraria terutama dilakukan melalui iden- tifikasi perubahan bentuk dan mekanisme penguasaan sumberdaya agraria lahan yang berlangsung dalam komunitas petani, khususnya yang dialami oleh anggota komunitas petani yang masih hidup. Sementara itu, penelahaan diferensiasi sosial masyarakat agraris mengidentifikasi berkembangnya status-status sosial yang muncul dalam komunitas petani terkait dengan hubungan sosial di antara anggota komunitas dalam penguasaan sumberdaya agraria. Untuk mengetahui adanya diferensiasi kesejahteraan pada komunitas petani di lokasi penelitian dilakukan dengan mencermati tingkat kesejahteraan petani yang berada pada setiap lapisan petani berdasarkan penguasaan sumberdaya agraria. Dalam penelitian ini, ukuran tingkat kesejahteraan petani mengacu pada : 1 tingkat kesejahteraan hasil rekonstruksi yang dilakukan oleh komunitas petani, dan 2 nilai penerimaan rumahtangga petani mencakup on farm, off farm, dan 57 non farm serta pengeluaran rumahtangga petani pangan dan non pangan. Selain itu, dalam penerimaan petani juga dicermati sejauhmana sumberdaya agraria ma- sih menjadi sumber nafkah utama petani, baik on farm dalam bentuk hasil usaha- tani padi sawah, perkebunan, dan ternak maupun off farm dalam bentuk hasil agroindustri, perdagangan hasil pertanian, dan upah buruh tani. Mengacu White 43 dalam Sajogyo 2002, White dalam Li 2002, serta Wiradi 2004, untuk menganalisa realitas lingkungan sosial spesifik yang secara konstektual terkait dengan transformasi struktur agraria dalam komunitas petani, beragam aspek yang dicermati adalah : 1 kesejarahan historically : tekanan transisional dalam penguasaan lahan, 2 ekonomi economically : strategi mata pencaharian penduduk dan tujuan yang ingin mereka capai, peranan pasar hasil dan pasar input, 3 politik politically : kebijakan pemerintah, serta 4 budaya culturally : pendirian tentang bagaimana dan mengapa para aktor melakukan hubungan sosial.

3.2. Paradigma dan Strategi Penelitian