Metode Pengambilan Contoh Letak dan Luas Wilayah

3.4 Metode Pengambilan Contoh

Penentuan lokasi dilakukan menggunakan metode sampel terpilih purpossive sampling adalah pada lahan hutan rakyat yang mendapat sertifikasi pertama kali. Berdasarkan kondisi tegakan di Desa Sumberejo yang tidak terlalu heterogen baik dari kerapatan pohon, jarak tanam, maupun sebaran diameter pohon dan dengan mempertimbangkan aspek biaya, waktu, serta tenaga, maka pengambilan sampel lahan hutan rakyat menggunakan intensitas sampling IS sebesar 5. Pengambilan sampel diawali dengan pengambilan IS 5 dari luas total lahan hutan rakyat Desa Sumberejo, kemudian pengambilan IS 5 dari luas total lahan hutan rakyat di masing-masing dusun, dan pengambilan IS 5 dari luas total tegalan dan pekarangan milik petani hutan rakyat di masing-masing dusun. Dalam desain penarikan sampel teknik non probabilitas menurut Narimawati dan Munandar 2008, metode ini disebut juga dengan teknik ad hoc quotas adalah teknik yang menekankan pada kuota, misalnya responden yang diteliti 65 terdiri dari wanita, dan peneliti bebas memilih responden siapa saja asal kuota terpenuhi. Berdasarkan teknik tersebut, maka digunakanlah pemikiran bahwa luas lahan hutan rakyat yang akan diteliti adalah IS 5 terdiri dari tegalan dan pekarangan, dan peneliti bebas memilih lahan hutan rakyat mana saja yang akan diteliti asal kuota terpenuhi. Sedangkan responden yang dipilih untuk keperluan wawancara adalah responden petani hutan rakyat yang pada lahannya telah dilakukan pengukuran potensi baik di tegalan maupun di pekarangan. Oleh karena itu, banyaknya jumlah responden tergantung pada lahan hutan rakyat yang dilakukan pengukuran potensi sebesar IS 5 adalah sejumlah 25 orang.

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Metode pengumpulan data primer

Data primer dikumpulkan melalui kegiatan inventarisasi, pengamatan, dan wawancara. Kegiatan inventarisasi digunakan untuk pengukuran potensi hutan rakyat. Sedangkan kegiatan pengamatan dan wawancara dilakukan untuk pengumpulan data karakteristik sistem pengelolaan hutan rakyat terhadap pemilik lahan maupun pihak-pihak terkait lainnya. Melihat kondisi hutan rakyat di lokasi penelitian dengan tingkat kerapatan pohon yang cukup tinggi dan jarak tanam yang tidak beraturan serta mengingat keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya, maka digunakan metode inventarisasi menurut Direktorat Jenderal Kehutanan Nomor 143KptsDJI1974 tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan RPKH Khusus Kelas Perusahaan Tebang Habis Jati, Perum Perhutani. Dalam metode tersebut pengukuran dibedakan berdasarkan umur tegakan, yaitu: umur muda, umur sedang, dan umur tua. Plot ukur yang digunakan adalah circular plot atau plot lingkaran dengan luas 0,02 ha diameter lingkaran 7,94 m untuk tegakan dominan umur muda, luas 0,04 ha diameter lingkaran 11,28 m untuk tegakan dominan umur sedang, dan luas 0,1 ha diameter lingkaran 17,8 m untuk tegakan dominan umur tua. Dalam pelaksanaannya di lapangan, penentuan jumlah dan penempatan plot disesuaikan dengan kondisi tegakan hutan rakyat milik responden. Adapun pengukuran dan pencatatan mencakup luas lahan, jenis pohon, keliling pohon dan tinggi total pohon.

3.5.2 Metode pengumpulan data sekunder

Data sekunder yang berupa informasi diambil melalui studi pustaka sebagai data penunjang yang dapat melengkapi dan mendukung hasil penelitian. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan LSI, Perpustakaan Fakultas Kehutanan, Perpustakaan Departemen Manajemen Hutan, serta Perpustakaan Pusdiklat Kehutanan Bogor. Selain itu data sekunder ini juga diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya, seperti instansi-instansi terkait baik dari lembaga pemerintah tingkat desa maupun kecamatan. Data sekunder yang diperlukan meliputi kondisi umum lokasi penelitian berupa letak dan luas wilayah, keadaan fisik topografi, jenis tanah, dan iklim, dan keadaan sosial ekonomi keadaan penduduk, mata pencaharian, pendidikan, agama, dan budaya.

3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua teknik analisis, yaitu: analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

3.6.1 Analisis kuantitatif

Teknik analisis kuantitatif lebih menekankan pada pendeskripsian nominal atau data berupa angka yaitu dari hasil pengukuran potensi di lapang yang nantinya akan dimasukkan ke dalam tabel dan selanjutnya dianalisis menjadi teks naratif berdasarkan literatur yang ada.

3.6.1.1 Penentuan klasifikasi umur berdasarkan umur rata-rata menurut

modus Pengambilan data umur mengacu pada narasumber bukan mengacu pada catatan dari pemilik hutan rakyat, sehingga penghitungan umur yang dilakukan yaitu menggunakan rataan modus menurut kelas diameter. Rataan modus itu sendiri adalah rataan untuk ungrouped data. Dalam hal ini, rataan tersebut digunakan untuk menentukan umur yang masuk ke dalam kelas diameter tertentu. Pada prinsipnya, rataan modus diperoleh dari nilai yang paling sering muncul atau nilai yang frekuensinya paling tinggi. Nilai yang dimaksud di sini adalah umur, sehingga umur yang paling sering muncul di kelas diameter tertentu akan dijadikan umur pada kelas diameter tersebut. Hal ini akan lebih diperjelas melalui contoh perhitungan klasifikasi umur untuk jenis jati di tegalan berikut. Untuk jenis lainnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 2 Klasifikasi umur jenis jati di tegalan berdasarkan umur rata-rata menurut modus Kelas Diameter cm Umur lapangan Umur yang digunakan menurut modus 1-10 1 1 5 11-20 5 5 10 21-30 10 10 15 15 20 20 31-40 25 25 41-50 45 45

3.6.1.2 Perhitungan pendugaan potensi tegakan hutan rakyat

1. Potensi kerapatan pohon per hektar Widayati Riyanto 2005 NP Ni NH NP LP Keterangan: NP = Jumlah individu pohon per plot ukur pohonplot Ni = Pohon ke-i NH = Kerapatan pohon per hektar pohonha LP = Luas plot ukur 0,02 ha atau 0,04 ha atau 0,1 ha a. Rata-rata potensi kerapatan pohon per hektar NH = ∑ NH Keterangan: NH = Rata-rata kerapatan pohon per hektar pohonha NH = Kerapatan pohon per hektar ke-i pohonha n = Jumlah petani responden b. Total potensi kerapatan pohon per hektar NH = NH + NH Keterangan: NH = Total kerapatan pohon per hektar pohonha NH = Rata-rata kerapatan pohon per hektar jenis pohon x pohonha NH = Rata-rata kerapatan pohon per hektar jenis pohon y pohonha x = Jati y = Mahoni c. Persentase potensi kerapatan pohon per hektar NH = NH NH x 100 Keterangan: NH = Persentase kerapatan pohon per hektar jenis x atau y NH = Rata-rata kerapatan pohon per hektar jenis x atau y pohonha NH = Total kerapatan pohon per hektar pohonha x = Jati y = Mahoni 2. Potensi kerapatan pohon per petani NP = NH x LP Keterangan: NP = Kerapatan pohon per petani pohonpetani NH = Kerapatan pohon per hektar pohonha LP = Luas lahan hutan rakyat milik petani hapetani a. Rata-rata potensi kerapatan pohon per petani NP = ∑ NP Keterangan: NP = Rata-rata kerapatan pohon per petani pohonpetani NP = Kerapatan pohon per petani ke-i pohonpetani n = Jumlah petani b. Total potensi kerapatan pohon per petani NP = NP + NP Keterangan: NP = Total kerapatan pohon per petani pohonpetani NP = Rata-rata kerapatan pohon per petani jenis pohon x pohonpetani NP = Rata-rata kerapatan pohon per petani jenis pohon y pohonpetani x = Jati y = Mahoni c. Persentase potensi kerapatan pohon per petani NP = NP NP x 100 Keterangan: NP = Persentase kerapatan pohon per petani jenis x atau y NP = Rata-rata kerapatan pohon per petani jenis x atau y pohonpetani NP = Total kerapatan pohon per petani pohonpetani x = Jati y = Mahoni 3. Potensi volume pohon per hektar per petani Widayati Riyanto 2005 Dbh = π V = 0,25 x π x Dbh i 2 x Tt i x f i VP V VH VP LP Keterangan: Dbh i = Diameter setinggi dada tinggi pengukuran 1,3 m dari atas permukaan tanah pohon ke-i m Kbh i = Keliling setinggi dada tinggi pengukuran 1,3 m dari atas permukaan tanah pohon ke-i m π = Konstanta 3,14 V i = Volume pohon ke-i m 3 Tt i = Tinggi total pohon ke-i m f i = faktor bentuk pohon ke-i jati: 0,6 dan mahoni: 0,7 VP = Volume pohon per plot ukur m 3 plot VH = Volume pohon per hektar m 3 ha LP = Luas plot ukur 0,02 ha atau 0,04 ha atau 0,1 ha a. Rata- rata potensi volume pohon per hektar VH = ∑ VH Keterangan: VH = Rata-rata volume pohon per hektar m 3 ha VH = Volume pohon per hektar ke-i m 3 ha n = Jumlah petani responden b. Total potensi volume pohon per hektar VH = VH + VH Keterangan: VH = Total volume pohon per hektar m 3 ha VH = Rata-rata volume pohon per hektar di lahan x m 3 ha VH = Rata-rata volume pohon per hektar di lahan y m 3 ha x = Lahan hutan rakyat di tegalan y = Lahan hutan rakyat di pekarangan c. Persentase potensi volume pohon per hektar VH = VH VH x 100 Keterangan: VH = Persentase volume pohon per hektar VH = Rata-rata volume pohon per hektar m 3 ha VH = Total volume pohon per hektar m 3 ha 4. Potensi volume pohon per petani VP = VH x LP Keterangan: VP = Volume pohon per petani m 3 petani VH = Volume pohon per hektar m 3 ha LP = Luas lahan hutan rakyat milik petani hapetani a. Rata-rata potensi volume pohon per petani VP = ∑ VP Keterangan: VP = Rata-rata volume pohon per petani m 3 petani NP = Volume pohon per petani ke-i m 3 petani n = Jumlah petani b. Total potensi kerapatan pohon per petani VP = VP + VP Keterangan: VP = Total volume pohon per petani m 3 petani VP = Rata-rata volume pohon per petani di lahan x m 3 petani VP = Rata-rata volume pohon per petani di lahan y m 3 petani x = Lahan hutan rakyat di tegalan y = Lahan hutan rakyat di pekarangan c. Persentase potensi kerapatan pohon per petani VP = VP VP x 100 Keterangan: VP = Persentase volume pohon per petani VP = Rata-rata volume pohon per petani m 3 petani VP = Total volume pohon per petani m 3 petani

3.6.1.3 Selang kelas

Dalam penelitian ini digunakan selang kelas terhadap kelas diameter dan kelas umur. Selang kelas digunakan agar dapat menginformasikan suatu data dengan lebih praktis. Pada kelas diameter dibuat selang kelas per sepuluh sentimeter. Sedangkan pada kelas umur dibuat selang kelas per lima tahun untuk jenis jati dan selang kelas per dua tahun untuk jenis mahoni. Selang kelas tersebut dibuat dengan mempertimbangkan data yang tersedia di lapang.

3.6.1.4 Perhitungan riap diameter rata-rata tahunan

Perhitungan riap diameter rata-rata tahunan MAI d berdasarkan rumus Prodan 1968 yang disesuaikan dengan data di lapang, sebagai berikut: 1. Riap Rata-Rata Tahunan Diameter MAI d MAI D D ∆D ∆ Keterangan: MAI = Riap diameter tahunan berjalan pada kelas diameter i cmth D = Diameter pohon umur t+k tahun pada kelas diameter i cm t+ki = Umur pohon setelah penambahan selang kelas umur pada kelas diameter i tahun D = Diameter pohon umur t tahun pada kelas diameter i cm ti = Umur pohon pada kelas diameter i tahun T = Umur pohon t+k tahun pada kelas diameter i tahun T = Umur pohon t tahun pada kelas diameter i tahun ∆D = Selisih diameter pohon umur t+k tahun dengan diameter pohon umur t tahun pada kelas diameter i cm ∆T = Selisih umur pohon t+k tahun dengan umur pohon t tahun pada kelas diameter i tahun i = Kelas diameter cm

3.6.1.5 Perhitungan pengaturan hasil menurut jumlah batang

Pengaturan hasil dibuat untuk menentukan sejumlah pohon yang boleh ditebang dengan satuan per hektar per tahun. Dalam pengaturan hasil ini digunakan dasar perhitungan riap diameter rata-rata tahunan. Melalui riap tersebut, dapat diketahui sejumlah pohon yang pindah dari suatu kelas diameter tertentu ke kelas diameter berikutnya sehingga dapat ditentukan banyaknya pohon yang boleh ditebang dengan rumus: N = N - N Keterangan: N = Jumlah pohon yang boleh ditebang pada kelas diameter x batang N = Jumlah pohon yang pindah dari kelas diameter x-1 batang N = Jumlah pohon yang pindah ke kelas diameter x+1 batang

3.6.2 Analisis kualitatif

Teknik analisis kualitatif lebih menekankan pada hasil penelitian yang berupa wawancara langsung kepada responden yang bersifat pendeskripsian secara utuh terhadap gambaran informasi dari responden. Dalam prakteknya, setiap responden diwawancara dengan diberi beberapa pertanyaan mengenai kesediaannya terhadap penerapan pengaturan hasil, pembentukan unit kelestarian hutan rakyat dan solusi atas kendala yang dihadapi. Lalu, data hasil wawancara tersebut diolah dengan mempersentasekan jumlah responden yang bersedia dan keberatan terhadap jumlah responden total. Hasil persentase tersebut dianalisis berdasarkan pertimbangan atas kesediaan dari masing-masing responden dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Persentase pertimbangan responden terhadap kesediaannya dalam menerapkan pengaturan hasil, membentuk unit kelestarian hutan rakyat, dan menanggapi solusi atas kendala yang dihadapi. PR P x Keterangan: PR = Persentase responden dengan pertimbangan x JRP = Jumlah responden yang memiliki pertimbangan x orang JSR = Jumlah seluruh responden orang 2. Persentase responden yang bersedia RB ∑ PR n Keterangan: RB = Persentase responden yang bersedia PR = Persentase responden dengan pertimbangan x n = Jumlah pertimbangan 3. Persentase responden yang keberatan RTB = 100 − RB Keterangan: RTB = Persentase responden yang keberatan RB = Persentase responden yang bersedia

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas Wilayah

Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 °32’ − 8°15’ LS dan 110 °41’ − 111°18’ BT. Jarak desa ke arah ibu kota kecamatan sejauh 6 km, sedangkan ke arah ibu kota kabupaten sejauh 40 km. Adapun batas wilayah desa sebelah Utara dengan Desa Ronggojati, sebelah Timur dengan Desa Batuwarno, sebelah Selatan dengan Kelurahan Selopuro, dan sebelah Barat dengan Desa Temon, Kecamatan Baturetno. Desa Sumberejo memiliki wilayah seluas 546 ha yang terdiri dari delapan dusun, yaitu: Dusun Puthuk, Dusun Rowo, Dusun Rembun, Dusun Gembuk, Dusun Kalinekuk, Dusun Semawur, Dusun Ngandong, dan Dusun Wates. Wilayah ini terbagi menjadi beberapa penggunaan lahan, antara lain: tanah sawah seluas 24 ha, rawa seluas 3 ha, tanah fasilitas umum seluas 29 ha, hutan rakyattegalan seluas 382 ha, pekarangan dan pemukiman seluas 109 ha.

4.2 Keadaan Fisik