Analisis Penerapan Alternatif Pengaturan Hasil di dalam Unit

menjadi keputusan bersama. Dengan ditabung, uang dapat diambil sewaktu-waktu saat dibutuhkan tanpa harus banyak menebang pohon bahkan tanpa harus menebang pohon sama sekali. Namun, ternyata masih terdapat responden yang keberatan dengan solusi ini. Sebanyak 28 responden beralasan bahwa pendapatan petani yang kecil belum tentu kebutuhannya dapat terpenuhi sekalipun memperoleh gaji setiap bulan, sehingga hal ini hanya dapat menambah beban keluarga. Oleh karena itu, petani lebih memilih menggunakan seluruh gajinya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Meski demikian, hal ini dapat dimaklumi asal petani tetap memegang komitmen untuk tidak menebang pohon, sehingga pengaturan hasil dapat berjalan dan unit kelestarian hutan rakyat yang berkesinambungan dapat dibentuk.

5.7 Analisis Penerapan Alternatif Pengaturan Hasil di dalam Unit

Kelestarian Hutan Rakyat Pada sub bab sebelumnya telah diuraikan mengenai kesediaan petani untuk menerapkan pengaturan hasil menurut jumlah batang. Dari sejumlah dua puluh lima orang responden, terdapat sebanyak 56 responden yang bersedia, dan sebanyak 44 responden yang keberatan. Petani yang keberatan belum memiliki gambaran, informasi, serta pengalaman mengenai implementasi pengaturan hasil menurut jumlah batang di hutan rakyatnya. Penerapan pengaturan hasil menurut jumlah batang dikhawatirkan oleh petani dapat menurunkan sumber pendapatan dibandingkan apabila petani menerapkan pengaturan hasil berdasarkan limit diameter. Hal ini berpengaruh pada pemahaman dan kepastian petani dalam mengambil keputusan penebangan. Pengaturan hasil berdasarkan limit diameter relatif lebih mudah dipahami. Penebangan pohon berdiameter 20 cm up disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diperlukan. Sedangkan pengaturan hasil menurut jumlah batang yang menerapkan penebangan pada beberapa kelas diameter tertentu, masih belum dipahami dengan baik oleh petani terutama mengenai kepastian jumlah pohon yang boleh ditebang. Hal ini berimplikasi pada pembatasan jumlah tebangan dalam memenuhi kebutuhan dana petani. Meski kendala tersebut dihadapi, namun telah disediakan solusi yang dapat diterima oleh petani dan bisa ditawarkan seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Dengan demikian, pembentukan unit kelestarian berbasis kepada pengaturan hasil menurut jumlah batang masih berpeluang untuk diimplementasikan. Tabel 11 yang menyajikan perbandingan pendapatan petani antara alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang dengan realisasi pendapatan berdasarkan limit diameter dan dibandingkan juga dengan kebutuhan dana untuk rumah tangga petani, menunjukkan potensi pendapatan tegakan menurut jumlah batang sistem penjualan petani adalah jual tegakan bukan log dan yang melakukan pemanenan adalah pembeli. Pengaturan hasil menurut jumlah batang bila telah mencapai kondisi normal memberikan pendapatan hasil tebangan jati sebesar Rp 13,4 jutaKKth dan mahoni sebesar Rp 17,7 jutaKKth, sehingga total keseluruhan adalan Rp 31,1 jutaKKth. Jumlah ini melebihi realitas pendapatan petani berdasarkan limit diameter yang rata-rata dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 secara keseluruhan adalah sebesar Rp 15,4 jutaKKth. Apabila potensi pendapatan ini dihubungkan dengan kebutuhan dana untuk berbagai kebutuhan hidup petani yang besarnya kurang lebih Rp 13 jutaKKth, maka pendapatan dari pengaturan hasil menurut jumlah batang ini sudah memenuhi kebutuhan tersebut bahkan melebihi realisasi pendapatan dari hasil tebangan berdasarkan limit diameter. Di sisi lain, pembentukan unit kelestarian hutan rakyat berdasarkan kesediaan petani menunjukkan bahwa petani lebih cenderung memiliki ikatan pada tingkat dusun. Namun berdasarkan realitas pengelolaan saat kini, kesepakatan berdasarkan limit diameter dapat juga dibangun pada tingkat desa. Oleh karena itu, yang dianalisis adalah unit kelestarian hutan rakyat berbasis pengaturan hasil menurut jumlah batang pada tingkat desa. Berikut adalah luas unit kelestarian hutan rakyat di Desa Sumberejo. Tabel 27 Luas unit kelestarian hutan rakyat di Desa Sumberejo Dusun Jumlah KK Luas lahan hutan rakyat ha Tegalan Pekarangan Total Rembun 60 32,50 7,36 39,86 Rowo 86 47,80 10,84 56,64 Puthuk 54 72,52 16,37 88,89 Gembuk 96 32,64 7,37 40,01 Kalinekuk 31 32,73 7,38 40,11 Semawur 64 56,60 12,78 69,38 Ngandong 50 55,57 12,54 68,11 Wates 96 96,35 21,74 118,09 Jumlah 537 426,71 96,38 521,09 Rata-rata 67 53,34 12,05 65,39 Sumber: Potensi Desa Sumberejo 2011 Sedangkan berikut adalah tabel yang menunjukkan alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang untuk unit kelestarian hutan rakyat Desa Sumberejo berdasarkan jenis. Tabel 28 Alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang pada unit kelestarian hutan rakyat untuk jenis jati batangth Parameter Kelas Diameter cm 1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 Riap diameter rata-rata tahunan cmth 2,31 1,41 0,81 0,66 0,41 Kerapatan tegakan pohon 608.435 245.025 47.163 2.306 2.049 Tegakan yang pindah ke kelas diameter berikutnya pohonth 76.258 6.980 4.121 48 38 Tegakan yang boleh ditebang batangth - - 2.859 4.073 10 Total tegakan yang boleh ditebang batang th 6.942 Tabel 29 Alternatif pengaturan hasil menurut jumlah batang pada unit kelestarian hutan rakyat untuk jenis mahoni batangth Parameter Kelas Diameter cm 1-10 11-20 21-30 31-40 Riap diameter rata-rata tahunan cmth 1,52 2,05 2,44 2,28 Kerapatan tegakan pohon 492.233 178.200 20.457 561 Tegakan yang pindah ke kelas diameter berikutnya pohon th 95.243 15.375 333 83 Tegakan yang boleh ditebang batangth - - 15.042 250 Total tegakan yang boleh ditebang batangth 15.292 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan