9 2
Tujuan utama pemeliharaan sebagian hewan kerja sebagai pembajak sawah atau tegalan.
3 Peternakan rakyat semi komersil dengan keterampilan beternak dapat
dikatakan cukup. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan, dan makanan penguat cenderung meningkat. Tujuan utama pemeliharaan untuk
menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri. 4
Peternakan komersil dijalankan oleh peternak yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi
dan teknologi yang cukup modern. Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak dibeli
dari luar dalam jumlah besar. Sapi perah yang dewasa ini dipelihara di Indonesia pada umumnya
adalah sapi Fries Holland FH yang memiliki kemampuan produksi susu yang tinggi Sudono, 2003. Penelitian Haryati 2003 di Kelurahan Kebon Pedes
diketahui jumlah populasi ternak didaerah tersebut sebanyak 338 ekor, berasal dari sapi-sapi perah FH dan peranakannya PFH. Adapun pemilikannya sangat
bervariasi, yaitu berkisar antara dua ekor sampai tiga puluh empat ekor. Rataan peternak di Kelurahan Kebon Pedes memiliki sapi perah sekitar 11,27
ekorpeternak atau 9,61 STpeternak. Sementara itu dalam penelitian Sinaga 2003 di Kawasan usahaternak sapi perah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten
Bogor, sapi induk yang dipelihara umumnya juga berasal dari sapi perah FH dan PFH. Jumlah ternak yang dimiliki peternak di daerah tersebut adalah satu ekor
sampai 44 ekor betina dewasa, dengan rataan pemilikan sapi 6,98 – 8,73
STpeternak.
2.2 Kepemilikan Sapi Laktasi
Persentase kepemilikan sapi laktasi merupakan faktor penting dalam tata laksana yang baik suatu usaha ternak sapi perah. Hal tersebut dikarenakan sapi
laktasi inilah yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan peternak. Menurut Sudono 1999, satu ekor sapi dewasa setara dengan satu satuan ternak
ST, satu ekor dara atau sapi jantan muda setara dengan 0,50 ST, dan satu ekor pedet setara dengan 0,25 ST. Usaha ternak sapi perah yang menguntungkan
10 adalah usaha ternak sapi perah yang mempunyai sapi laktasi lebih dari 60
persen.
2.3 Faktor-faktor Produksi
2.3.1 Lahan
Menurut Sudono et al., 2003 dua hal yang harus diperhatikan dalam persiapan lahan beternak sapi perah yaitu lahan untuk kandang dan lahan untuk
penanaman rumput. Lahan yang dibutuhkan untuk kandang berdasarkan keadaan sapi perah terbagi menjadi 3 yaitu: 1 Kandang seekor sapi masa produksi
membutuhkan lahan seluas 380x140 m = 5,32 m2. Luas lahan ini sekaligus termasuk selokan, jalan kandang dan tempat pakan; 2 Kandang sapi dara siap
bunting sampai bunting membutuhkan lahan 12x20 m = 240 m2 untuk 10 ekor. Dalam hal ini, sapi dara dilepas secara berkelompok; dan 3 Kandang seekor
pedet membutuhkan lahan seluas 150 x 120 cm = 1,8 m2. Lahan untuk penanaman rumput harus disesuaikan dengan jumlah sapi perah yang dipelihara,
lahan seluas 1 ha bisa memenuhi kebutuhan hijauan sekitas 10 – 14 ekor sapi
dewasa selama satu tahun.
2.3.2 Pakan
Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah yaitu pemberian pakan. Sapi perah yang produksinya tinggi, bila tidak
mendapatkan pakan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya tidak akan menghasilkan susu yang sesuai dengan kemampuannya. Cara pemberian pakan
yang salah dapat mengakibatkan penurunan produksi, gangguan kesehatan bahkan dapat juga menyebabkan kematian. Selanjutnya dijelaskan untuk
memenuhi kebutuhan seekor sapi laktasi dengan bobot badan 450 kg dengan produksi susu rata-rata 13 kghari dan lemak susu 3,5 dibutuhkan konsentrat
6,05 kg, rumput alam 20,75 kg dan rumput gajah 7,60 kg Sudono, 1999. Hasil penelitian Rauf 2005 menunjukkan bahwa pemberian hijauan di
usahaternak sapi perah PT X Kecamatan Bogor Selatan dilakukan dengan cara cut and carry dimana rumput gajah dibawa ke kandang, namun sebelumnya
rumput sembilan dicacah terlebih dahulu. Sapi pedet sampai umur satu minggu
11 diberikan colostrums dilanjutkan dengan pemberian susu sampai umur empat
bulan sebanyak empat liter sehari dengan frekuensi dua kali sehari pagi dan sore. Selain diberikan susu setelah umur + 2 minggu pedet mulai diajari makan
rumput dan juga diberikan pakan penguat sebanyak 0,5 –1 kg per hari setelah
umur satu bulan. Sapi dara diberikan pakan dua kali sehari dengan rincian konsentrat sebanyak 3,5 kghari dan rumput sebanyak 25 kghari. Sapi induk
diberikan hijauan 30 kghari dan konsentrat dan ampas tahu sebanyak 5 kghari.
2.3.3 Tenaga Kerja
Usaha ternak diperlukan sejumlah tenaga kerja untuk menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi dalam rangka menghasilkan barang atau jasa
yang berasal dari ternak. Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan manajemen Hernanto 1996.
Sudono 1999 mengatakan bahwa faktor tenaga kerja di dalam usaha peternakan harus diperhitungkan karena biaya tenaga kerja merupakan biaya
produksi terbesar kedua setelah biaya pakan yaitu 20 –30 dari biaya
produksi. Efisiensi penggunaan tenaga kerja di Indonesia sebaiknya 6 –7 ekor
sapi dewasa cukup ditangani seorang tenaga kerja. Penelitian Haryati 2003 tenaga kerja yang digunakan dalam usaha
ternak sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes dibedakan atas tenaga kerja keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja keluarga yang terdiri atas suami, istri,
dan anak sebesar 50,79, sedangkan tenaga kerja luar keluarga sebesar 49,21. Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah mencari rumput 41,735, memberi
makan dan minum ternak 30,583, membersihkan kandang 10,11, memerah susu 10,79, mengantar susu ke penampungan 5,84 , dan
0,941 pekerjaan lainnya Hidayat, 2001.
12
2.3.4 Bangunan Kandang
Kandang merupakan tempat berlindung bagi ternak. Dilihat dari peruntukannya, kandang sapi perah dapat dibagi menjadi lima jenis kandang: 1
Kandang pedet, umur 0 – 4 bulan; 2 Kandang sapi remaja atau pedet lepas
sapih, umur 4 –8 bulan; 3 Kandang sapi dara, umur 8 bulan – 2 tahun; 4
Kandang sapi dewasa atau masa produksi, umur lebih dari 2 tahun dan laktasi; dan 5 Kandang sapi kering kandang Sudono et al., 2003.
Hasil penelitian Suhendar 2004 bangunan kandang sapi pada PT. Gurame Anugrah Tani terdiri dari enam kandang untuk sapi dewasa, muda dan
dara serta satu kandang untuk pedet. Tipe kandang adalah tipe ganda dengan ukuran 6x24 m
2
sebanyak tiga kandang dan 6x24 m
2
satu kandang dengan kapasitas masing-masing kandang sebanyak 48 ST dan 56 ST untuk sapi
dewasa. Dua kandang lainnya untuk sapi remaja dengan ukuran 4x18 m2 dan 4x10 m2 yang mempunyai kapasitas sebanyak 24 ekor dan 12 ekor. Kandang
untuk sapi pedet yang belum lepas sapih di bangun di dekat kandang induk yang dibuat per individu dengan ukuran 1,25x1 m2 sebanyak 50 bok.
Sementara itu, dalam penelitian Rauf 2005 pada usahaternak sapi perah PT. X Kecamatan Bogor Selatan, kandang untuk sapi dara dan induk kerangka
bangunannya terbuat dari beton dan kayu, atap kandangnya terbuat dari rumbia, lantai dan dindingnya terbuat dari semen. Kandang pedet yang berumur kurang
lebih empat bulan berjumlah 50 kotak terbuat dari bambu dengan ukuran 120x100x125 cm, sedangkan atapnya terbuat dari rumbia. Kandang untuk sapi
berumur 4 – 8 bulan dibuat dengan ukuran 10x5 m berjumlah satu buah,
kandang sapi dara berukuran 18x6 m, sedangkan kandang induk berjumlah lima buah dibuat dengan ukuran 24x8 m dengan kapasitas 56 ekor.
13
2.3.5 Peralatan
Dalam penelitian Hidayat 2001 menyebutkan peralatan yang digunakan oleh peternak di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali adalah sabit, keranjang
11 dengan umur pakai kurang dari satu tahun, sekop, ember kombor, ember minum, ember perah dan milk can dengan umur pakai lebih dari satu tahun.
Sabit biasa digunakan oleh peternak untuk mencari dan mencacah rumput, keranjang digunakan untuk mengangkat rumput dan kotoran ternak dengan
bantuan sekop. Ember kombor dan ember minum hanya digunakan oleh peternak yang tidak membuat tempat khusus untuk makanan dan minuman di
kandang. Ember perah digunakan oleh peternak untuk menampung air susu saat pemerahan, sedangkan untuk mengangkut susu ke Tempat Penampungan Susu
TPS digunakan milk can. Pada penelitian Rauf 2005 peralatan yang digunakan dalam mengelola
usaha ternak sapi perah PT. X Kecamatan Bogor Selatan adalah cooling unit, mesin chopper, sikat, ember susu, literan susu, kalkulator, saringan susu, selang,
cangkul, sabit, sekop dan tang. Cooling unit digunakan sebagai tempat mendinginkan susu sebelum dikirim ke PT. Fajar Taurus dan Koperasi Unit
Desa KUD Giri Tani. Mesin chopper digunakan untuk memotong hijauan dan tong plastik dipergunakan sebagai tempat menyimpan konsentrat dan mengirim
susu.
2.4 Pengendalian Penyakit
Program kesehatan pada peternakan sapi perah hendaknya dijalankan secara teratur, terutama di daerah-daerah yang sering terjangkiti penyakit
menular, misalnya Tuberkulosis TBC, Brucellosis, Penyakit Mulut dan Kuku PMK, Radang Limpa, dan lain-lain. Di daerah-daerah dimana sering terjadi
penyakit - penyakit, hendaklah dilakukan vaksinasi secara teratur terhadap penyakit Sudono 1999.
Pemeliharaan yang tidak baik dapat menyebabkan kematian anak sapi, terutama yang baru berumur dua sampai tiga minggu. Beberapa penyakit tidak
menyebabkan kematian pada anak sapi, namun anak sapi yang lemah dan kurus
14 sangat peka terhadap penyakit dan mudah terserang penyakit lainnya. Umumnya
penyakit-penyakit pada anak sapi disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau karena tatalaksana pemberian pakan yang buruk Sudono et al. 2003.
2.5 Penanganan Limbah
Limbah usaha ternak sapi perah berasal dari kotoran sapi perah baik dalam bentuk padat feces maupun cair urine serta sisa pakan yang tidak
dimakan atau tercecer. Sapi laktasi yang mempunyai bobot badan 450 kilogram dapat menghasilkan limbah berupa feces dan urine kurang lebih sebanyak 25
kilogram per ekor per hari Sudono 1999. Penanganan yang biasa dilakukan oleh peternak adalah menampung di kolam terbuka, untuk kemudian digunakan
sebagai pupuk untuk lahan hijauan atau dijual kepada petani sayur.
2.6 Produksi Susu