Produksi Susu Pemerahan Analisis finansial usaha ternak sapi perah (Studi kasus di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor)

14 sangat peka terhadap penyakit dan mudah terserang penyakit lainnya. Umumnya penyakit-penyakit pada anak sapi disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau karena tatalaksana pemberian pakan yang buruk Sudono et al. 2003.

2.5 Penanganan Limbah

Limbah usaha ternak sapi perah berasal dari kotoran sapi perah baik dalam bentuk padat feces maupun cair urine serta sisa pakan yang tidak dimakan atau tercecer. Sapi laktasi yang mempunyai bobot badan 450 kilogram dapat menghasilkan limbah berupa feces dan urine kurang lebih sebanyak 25 kilogram per ekor per hari Sudono 1999. Penanganan yang biasa dilakukan oleh peternak adalah menampung di kolam terbuka, untuk kemudian digunakan sebagai pupuk untuk lahan hijauan atau dijual kepada petani sayur.

2.6 Produksi Susu

Menurut Sudono et al., 2003 kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus atau birahi, umur sapi, selang beranak, masa kering kandang, frekuensi pemerahan, tata laksana pemberian pakan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu keterampilan dan pengetahuan yang baik tentang tata laksana peternakan sapi perah. Sapi-sapi yang beranak pada umur yang lebih tua tiga tahun akan menghasilkan susu yang lebih banyak daripada sapi-sapi yang beranak pada umur muda dua tahun. Produksi susu akan terus meningkat dengan bertambahnya umur sapi sampai sapi berumur tujuh sampai delapan tahun, yang kemudian setelah umur tersebut produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi berumur 11-12 tahun. Hal ini disebabkan kondisi telah menurun sehingga aktivitas kelenjar ambing sudah berkurang dan senilitas Sudono 2003. Menurut Sudono 1999, peningkatan hasil susu tiap laktasi dari umur dua sampai tujuh tahun disebabkan pertambahan besar sapi karena pertumbuhan, dan jumlah tenunan dalam ambing juga bertambah. 15

2.7 Pemerahan

Pada umumnya pemerahan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Jarak pemerahan sama, yaitu 12 jam, maka susu yang dihasilkan pagi hari akan sama dengan jumlah susu sore hari. Setiap kali akan memerah susu, ambing dan tanganalat pemerah harus bersih agar susu yang dihasilkan bersih dan sapi tetap sehat, terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan susu sapi perah yaitu bangsa atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besar sapi, estrus, umur sapi, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan dan tata laksana pemberian pakan Sudono 2003. Pengaturan jadwal pemerahan yang baik memberi kesempatan bagi pembentukan air susu di dalam ambing secara berkesinambungan, tidak ada saat berhenti untuk mensintesa air susu, sehingga produksi menjadi maksimal. Sapi diperah dua kali sehari dengan selang waktu yang sama antara pemerahan itu, maka sedikit sekali terjadi perubahan kualitas susu. Sapi yang diperah empat kali sehari, kadar lemak akan tinggi pada besok paginya pada pemerahan yang pertama. Susu segar yang dihasilkan harus segera ditangani dengan cepat dan benar karena sifat susu segar sangatlah mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Peralatan yang digunakan untuk menampung susu adalah milk can. Sebelum dimasukkan ke dalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bulu sapi dan vaselin yang tercampur dengan susu tidak terbawa masuk ke dalam wadah. Pendinginan susu pada suhu 4°C bertujuan agar susu dapat tahan lebih lama dan bakteri tidak mudah berkembang biak.

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu