Sumber: Badan Pusat Statistik 2012
Gambar 3. Perkembangan Ekspor Minyak Inti Sawit Indonesia Tahun 1990- 2011
2.4. Perkembangan Kebijakan Ekspor Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Indonesia
Pemasaran minyak sawit Indonesia pada tahun 1984 dikendalikan oleh pemerintah
melalui Keputusan
Menteri Keuangan
KMK Nomor
47KMK01184, tentang pengenaan pajak ekspor minyak sawit telah menetapkan persentasi tarif pajak ekspor minyak sawit sebesar 5. Setelah dua tahun
peraturan ini dibuat, pada tanggal 20 Juni 1986 pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 549KMK.01186 menetapkan pembebasan tarif ekspor
perdagangan kelapa sawit, minyak sawit, dan turunannya. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga kesinambungan ekspor minyak sawit.
Pada tahun 1994 pemerintah mengeluarkan kebijakan pajak ekspor minyak sawit melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 439KMK.0171994, tentang
penetapan pajak ekspor minyak sawit secara progresif. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kelangkaan minyak sawit dalam negeri sebagai akibat naiknya
harga minyak sawit di pasar internasional. Pada tanggal 3 Desember 1996 pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 666KMK.0171996
mengeluarkan penetapan tarif terhadap ekspor minyak sawit. Tarif ekspor yang dikenakan besarnya berdasarkan harga ekspor. Besarnya tarif yang dikenakan
menurut KMK Nomor 439KMK.0171994 dan Nomor 666KMK.0171996 dapat dilihat dalam Tabel 9.
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800
V ol
u m
e 000
T on
Tahun
Pada tahun 1997, Menteri Keuangan melalui Surat Keputusan Nomor 300KMK011997 melakukan perubahan tarif pajak ekspor bagi minyak sawit
sebesar 5. Pada 17 Desember 1997 Pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 622KMK.011997 menetapkan pajak ekspor untuk minyak
sawit 30. Pada tanggal 24 Desember 1997 pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 420DJPDNXII1997 tentang
larangan ekspor selama januari hingga maret tahun 1998, pada tanggal 26 Februari 1998 melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
102MPPKep21998 bahwa semua hasil minyak sawit hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada 17 April 1998 pemerintah membuat
kesepakatan dengan IMF sehingga mencabut larangan ekspor tersebut melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 181MPPKep41998
yang berlaku mulai 22 April 1998.
Tabel 9. Tarif Bea Keluar Menurut KMK Nomor 439 Tahun 1994 dan Nomor 666 Tahun 1996
Tingkat Harga USTon Tarif Bea Keluar
Minyak Sawit
Harga Dasar 435 436-470
60 471-505
56 506-540
52 541-575
48 576-610
44 Lebih dari 610
40
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia 1996
Pemerintah kembali menetapkan pajak ekspor melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 242KMK011998 yang berisikan pengenaan pajak
ekspor sebesar 40 untuk minyak sawit dan 35 untuk minyak inti sawit. Pada tanggal 7 Juli 1998 pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 334KMK.071998 tentang penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 60 dan untuk minyak inti sawit sebesar 50, dalam rangka program stabilisasi
perekonomian nasional. Pada tanggal 29 Januari 1999 Menteri Keuangan melalui Surat Keputusan
Nomor 30KMK.011999 menetapkan tarif ekspor minyak sawit sebesar 40 dan untuk minyak inti sawit sebesar 30. Pada 3 Juni 1999 Menteri Keuangan
merubah tarif bea keluar minyak sawit dan minyak inti sawit dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 189KMK.0171999 yang
menetapkan pajak ekspor untuk minyak sawit sebesar 30 dan untuk minyak inti sawit sebesar 20. Pemerintah kembali merubah Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 189KMK.0171999 menjadi Keputusan Menteri Keuangan Nomor 360KMK.0171999 per tanggal 2 Juli 1999 dengan menetapkan pajak ekspor
untuk minyak sawit sebesar 10 dan minyak inti sawit 0. Pada tanggal 12 september 2000 pemerintah melalui Keputusan Menteri
Keungan Nomor 387KMK.0172000 menurunkan tarif ekspor minyak sawit menjadi 5. Pada tahun 2001 pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 66KMK.0172001 yang menyatakan bahwa tarif ekspor minyak sawit adalah sebesar 3. Pada tanggal 10 oktober 2005 Pemerintah melalui Peraturan
Menteri Keuangan PMK Nomor 92PMK.022005 menetapkan pajak ekspor untuk minyak sawit sebesar 3. Pada tanggal 23 Desember 2005 kembali
Pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai pengenaan bea tarif keluar melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130PMK.0102005 tarif ekspor minyak
sawit diturunkan menjadi 1.5. Pada tanggal 15 Juni 2007 Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61PMK.0112007 dengan
menetapkan tarif ekspor untuk minyak sawit dan minyak inti sawit sebesar 6,5. Pemerintah melalui Menteri Keuangan kembali mengeluarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 94KMK.0112007 pada tanggal 31 Agustus 2007 yang menetapkan tarif ekspor minyak sawit dan minyak inti sawit secara progresif yang
bergantung pada besarnya harga referensi. Harga referensi yang digunakan yaitu harga minyak sawit dan minyak inti sawit yang berpedoman pada harga C.I.F
Rotterdam. Besarnya tarif ekspor tercantum dalam Tabel 10.
Tabel 10. Tarif Bea Keluar Menurut PMK Nomor 94 Tahun 2007
Harga Referensi USTon
Tarif Pajak Ekspor Minyak Sawit
Tarif Pajak Ekspor Minyak Inti Sawit
550 0,00
0,00 550-650
2,50 2,50
650-750 5,00
5,00 750-850
7,50 7,50
≥ 850 10,00
10,00
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2007
Pemerintah melalui Menteri keuangan pada 4 Februari tahun 2008 mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09PMK.0112008 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94PMK.0112007. Penetapan dan pengenaan tarif pungutan ekspor berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 09PMK.0112008 terhadap barang ekspor berupa minyak sawit dan minyak inti sawit yang berlaku sebagaimana Tabel 11.
Tabel 11. Tarif Bea Keluar Menurut PMK Nomor 09 Tahun 2008
Harga Referensi USTon Tarif Pajak Ekspor
Minyak Sawit Tarif Pajak Ekspor
Minyak Inti Sawit
Hingga 550 0,00
0,00 550-650
2,50 1,50
650-750 5,00
4,00 750-850
7,50 5,50
850-1100 10,00
9,00 1100-1200
15,00 13,00
1200-1300 20,00
18,00 ≥1300
25,00 23,00
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2008
Pada tanggal 30 Oktober 2008 pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159PMK.0112008 menetapkan tarif pungutan ekspor minyak
sawit dan minyak inti sawit secara progresif. Besarnya tarif yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159PMK.0112008 dapat
dilihat dalam Tabel 12.
Tabel 12. Tarif Pungutan Ekspor Menurut PMK Nomor 159 Tahun 2008
Harga Referensi USTon Tarif Pajak Ekspor
Minyak Sawit Tarif Pajak Ekspor
Minyak Inti Sawit
Hingga 700 0,00
0,00 701-750
1,50 0,00
751-800 3,00
1,50 801-850
4,50 3,00
851-900 6,00
4,50 901-950
7,50 6,00
951-1000 10,00
8,50 1001-1050
12,50 11,00
1051-1100 15,00
13,50 1101-1150
17,50 16,00
1051-1200 20,00
18,50 1201-1250
22,50 21,00
Lebih dari 1251 25,00
23,00
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2008
Kemudian, pada 17 Desember 2008 Pemerintah Indonesia melalui Menteri keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223PMK.0112008
kembali menetapkan tarif bea keluar secara progresif, pada tanggal 22 Maret 2010 Pemerintah Indonesia kembali mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
67PMK.0112010 tentang penetapan barang ekspor yang dikenakan tarif bea keluar. Besarnya tarif bea keluar untuk minyak sawit dan minyak inti sawit
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223PMK.0112008, dan Nomor 67PMK.0112010 tercantum dalam Tabel 13.
Tabel 13. Tarif Pungutan Ekspor Nomor 223 Tahun 2008, dan Nomor 67 Tahun 2010
Harga Referensi USTon Tarif Pajak Ekspor
Minyak Sawit Tarif Pajak Ekspor
Minyak Inti Sawit
Hingga 700 0,00
0,00 700-750
1,50 0,00
750-800 3,00
1,50 800-850
4,50 3,00
850-900 6,00
4,50 900-950
7,50 6,00
950-1000 10,00
8,50 1000-1050
12,50 11,00
1050-1100 15,00
13,50 1100-1150
17,50 16,00
1050-1200 20,00
18,50 1200-1250
22,50 21,00
Lebih dari 1251 25,00
23,00
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2010
Besarnya tarif pungutan ekspor untuk minyak sawit dan minyak inti sawit pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223PMK.0112008, dan Nomor
67PMK.0112010 besarnya sama dikarenakan perubahan tarif bea keluar terjadi pada komoditas diluar kelapa sawit dan turunnya diantaranya adalah rotan, kulit,
dan kayu serta biji kakao. Pemerintah kembali mengeluarkan Kebijakan restrukturisasi tarif bea keluar
pada tanggal 15 Agustus 2011 yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128PMK.0112011 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 67PMK.0112010 dalam rangka menjamin terpenuhinya kebutuhan bahan baku untuk industri minyak goreng serta menjaga stabilitas
harga minyak goreng di dalam negeri, besarnya tarif bea keluar yang ditetapkan secara progresif dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tarif Bea Keluar Menurut PMK Nomor 128 Tahun 2011
Harga Referensi USTon Tarif Pajak Ekspor
Minyak Sawit Tarif Pajak Ekspor
Minyak Inti Sawit
Hingga 750 0,00
0,00 751-800
7,50 7,50
801-850 9,00
9,00 851-900
10,50 10,50
901-950 12,00
12,00 951-1000
13,50 13,50
1001-1050 15,00
15,00 1051-1100
16,50 16,50
1101-1150 18,00
18,00 1151-1200
19,50 19,50
1201-1250 21,00
21,00 Lebih dari 1250
22,50 22,50
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2011
Berdasarkan KMK dan PMK yang telah disebutkan, besarnya tarif bea keluar yang berlaku untuk komoditas minyak sawit dan minyak inti di Indonesia
sejak tahun 1984 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Kebijakan Tarif Bea Keluar Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Indonesia Tahun 1984- 2011
Kebijakan Tanggal
Penetapan Besarnya Tarif
Minyak Sawit
Minyak Inti Sawit
KMK Nomor 47KMK.0111984 31011984
5,00 0,00
KMK Nomor 549KMK.0111986 20061986
0,00 0,00
KMK Nomor 439KMK.0171994 31081994
Progresif 0,00
KMK Nomor 666KMK.0171996 03121996
Progresif 0,00
KMK Nomor 300KMK.011997 01071997
5,00 0,00
KMK Nomor 622KMK.011997 17121997
30,00 0,00
KMK Nomor 242KMK.011998 28041998
40,00 35,00
KMK Nomor 334KMK.011998 07071998
60,00 50,00
KMK Nomor 30KMK.011999 29011999
40,00 30,00
KMK Nomor 189KMK.011999 03061999
30,00 20,00
KMK Nomor 360KMK.011999 02071999
10,00 0,00
PMK Nomor 387KMK.0172000 12092000
5,00 0,00
KMK Nomor 66KMK.0172001 09022001
3,00 0,00
PMK Nomor 92PMK.022005 10102005
3,00 0,00
PMK Nomor 130PMK.0102005 23122005
1,50 0,00
PMK Nomor 61PMK.0112007 15062007
6,50 6,50
PMK Nomor 94KMK.0112007 31082007
Progresif Progresif
PMK Nomor 09PMK.0112008 04022008
Progresif Progresif
PMK Nomor 159 PMK.011 2008 30102008
Progresif Progresif
KMK Nomor 223PMK.0112008 17122008
Progresif Progresif
KMK Nomor 67PMK.0112010 22032010
Progresif Progresif
KMK Nomor 128PMK.0112011 15082011
Progresif Progresif
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2011
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan berbagai literatur untuk memperkuat landasan dalam memecahkan permasalahan, diantaranya artikel, jurnal nasional maupun
internasional, serta skripsi maupun tesis. Penelitian mengenai kelapa sawit, minyak sawit, minyak inti sawit, dan produk turunannya telah banyak dilakukan
dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian ini, berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya
adalah penelitian Hasan Mohamad et al 2001 , Rina Oktaviani dan Eka Puspitasari 2004, Purwantoro 2008, Dwita Mega Sari 2008, Obado Joseph et
al 2009, Agustian dan Hadi 2004, Dady Nurahmat 2011, Novindra 2011, Bachtiar Adella 2010, dan Murphy Denis 2014. Penelitian ini memiliki
beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang disajikan pada Tabel 15.
2.6 Kebaruan Penelitian
Kebaruan penelitian ini yaitu melihat perkembangan ekspor minyak sawit Indonesia ke tiga negara tujuan utama yaitu India, Belanda, dan Singapura serta
melihat perkembangan ekspor minyak inti sawit Indonesia ke tiga negara tujuan utama yaitu Malaysia, Belanda, dan Cina. Selain itu, penelitian ini juga
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor minyak sawit Indonesia ke India, Belanda, dan Singapura serta menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor minyak inti sawit Indonesia ke Malaysia, Belanda, dan
Cina.