Perkembangan Kebijakan Ekspor Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Indonesia

Tabel 16. Persamaan dan Perbedaan A ntara Penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Indonesia ke Masing-Masing Tiga Negara Tujuan Utama ” dengan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Terdahulu Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian 1. Hasan F Mohamad et al 2001 Efek Pajak Ekspor Terhadap Daya Saing: Studi Kasus Industri Minyak Sawit Indonesia 1. Menganalisis ekspor minyak sawit CPO Indonesia 1.Menggunakan metode ekonometika dengan mode vector autoregressive VAR. Pajak ekspor memberi efek negatif pada daya saing industri minyak sawit Indonesia. Efek dari pajak ekspor tidak langsung muncul, baru pada bulan kedua terlihat dan mencapai puncaknya pada bulan keempat setelah pajak ekspor dikenakan. Lebih jauh, penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pajak ekspor mempengaruhi daya saing dan kinerja ekspor serta implikasi dinamis yang relevan apabila kebijakan pajak diterapkan untuk tanaman tahunan. Pemerintah harus berhati-hati ketika mempertimbangkan implementasi atau melakukan perubahan terhadap pajak untuk komoditas ekspor. 2. Rina Oktaviani dan Eka Puspitasari 2004 Tantangan dan Strategi Produk Pertanian Indonesia Meng- hadapi Era Globalisasi 1. Membahas produk pertanian Indonesia dalam perdagangan global . 1.Penelitian ini mengenai dampak globalisasi, tantangan di era globalisasi, dan strategi menghadapi globalisasi 2.Objek penelitian mengenai produk pertanian secara luas Strategi yang dapat dilakukan Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi adalah harmonisasi dan penyelarasan. Perlu pemahaman menyeluruh dan mendalam tentang perjanjian internasional yang sudah diratifikasi dan perlunya keselarasan dengan kebijakan domestik. Perlu dipersiapkan kebijakan dan langkah-langkah pembangunan pertanian tanpa merugikan kepentingan pihak yang belum mampu bersaing. Strategi kebijakan domestik yang dapat dilakukan guna menghadapi tantangan globalisasi yakni pembangunan dan perbaikan infrastruktur. 24 Tabel 16. Lanjutan No. Nama Peneliti Terdahulu Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian 3. R. Nugroho Purwantoro 2008 Sekilas Pandang Industri Sawit 1. Objek penelitian minyak sawit CPO 1. Penelitian ini melihat minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di dunia Sektor perkebunan telah menjadi sumber devisa utama bagi Indonesia dengan kelapa sawit sebagai ujung tombaknya. Produksi CPO Indonesia di tahun 2007 telah lebih unggul sekitar 1 juta ton dibanding Malaysia. Secara fundamental Indonesia tertinggal sangat jauh dari Malaysia akibat produktivitas yang lebih rendah. Minat untuk terus membuka kebun sawit baru, pada tahun- tahun mendatang akan sangat besar. Ini disebabkan oleh harga CPO di pasar dunia yang masih akan terus naik, mengikuti kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional. Selain itu, minyak nabati, terutama CPO akan terus dilirik sebagai bahan biodiesel. 4. Dwita Mega Sari 2008 Analisis daya saing dan strategi ekspor kelapa sawit CPO Indonesia di pasar internasional 1. Menganalisis ekspor CPO Indonesia di perdagangan internasional dan pangsa pasarnya 2. Melihat strategi yang sebaiknya dilakukan untuk memajukan ekspor kelapa sawit Indonesia 1.Metode yang digunakan RCA Revealed Comparative Advantages dan analisis SWOT 2.Mengetahui kelemahan minyak sawit Indonesia, kendala umum dalam produksinya dan pemasarana ekspornya. Pangsa pasar Indonesia terendah pada tahun 2001 dengan nilai 43 , sedangkan tertinggi pada tahun 2000 dengan nilai 67.5 . CPO Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Hal ini ditunjukkan nilai RCA yang lebih dari satu. Kendala umum dalam produksi dan pemasaran ekspor CPO Indonesia adalah rendahnya nilai dan mutu CPO Indonesia, regulasi dari pemerintah yang kurang mendukung, produktivitas perkebunan kelapa sawit yang tidak optimal, tingginya biaya ekspor CPO Indonesia, penyelundupan CPO, dan kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung. 2 9 25 Tabel 16. Lanjutan No. Nama Peneliti Terdahulu Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian 5. Obado Joseph et al 2009 Efek Kebijakan Pajak Ekspor Pada Industri Minyak Sawit Di Indonesia 1.Menganalisis kebijakan pajak ekspor minyak sawit CPO Indonesia 1. Menggunakan metode 2SLS Kebijakan pajak ekspor memiliki dampak yang signifikan terhadap industri CPO di Indonesia. Pajak ekspor menguntungkan konsumen dalam negeri karena mengurangi harga CPO domestik. Dengan kebijakan pajak ekspor pemerintah dapat menjaga kestabilan harga minyak goreng domestik pada saat harga CPO dunia meningkat atau ketika rupiah terdepresiasi. Perlu adanya pembangunan infrastruktur guna membuat produksi CPO Indonesia lebih kompetitif, berdaya saing, dan produktivitas yang tinggi. 6. Agustian dan Hadi 2004 Analisis Dinamika Ekspor dan Keunggulan Komparatif Minyak Kelapa Sawit di Indonesia 1. Menganalisis ekspor minyak sawit CPO Indonesia ke negara tujuan utama 2. Menganalisis perkembangan ekspor dengan metode tabulasi 1.Menganalisis keunggulan komparatif minyak sawit Indonesia dengan metode Domestic Resources Cost Ratio DRCR dan Private Cost Ratio PCR Selama kurun waktu 1996-2001 volume ekspor CPO Indonesia mengalami peningkatan yang pesat sebesar 19,91. Dari segi negara tujuan ekspornya, tiga negara tujuan ekspor terbesar yaitu India, Belanda, dan Cina. Pajak ekspor CPO secara langsung mempengaruhi harga CPO lokal. Kebijakan tidak adil masih cenderung dilakukan oleh pihak luar negeri seperti ASA dengan mengkampanyekan bahwa CPO mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi yang tidak baik bagi kesehatan. Hal ini sesungguhnya agar minyak nabati dari negara pesaing masuk 2 9 26 Tabel 16. Lanjutan No. Nama Peneliti Terdahulu Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian 7. Dady Nurahmat 2011 Analisis faktor-faktor yang memengaruhi penawaran ekspor CPO Indonesia ke India 1. Menggunakan model ekonometrika regresi linear berganda dengan metode ordinary least square OLS 2. Objek penelitian yaitu CPO 1.Hanya menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke India 2.Menganalisis perkembangan ekspor CPO Indonesia ke India Besarnya ekspor CPO Indonesia ke India dikarenakan telah terjadi pengalihan pasar CPO Indonesia dari Eropa ke Asia. Hal tersebut disebabkan pasar Eropa menginginkan CPO yang sudah diolah misal biofuel, sedangkan Indonesia belum mampu untuk memenuhi keinginan Eropa tersebut. Variabel harga ekspor CPO Indonesia ke India memiliki hubungan negative dengan jumlah ekspornya, hal tersebut disebabkan relatif rendahnya kualitas CPO Indonesia sehingga menyebabkan posisi CPO Indonesia di dunia menjadi lemah dibandingkan negara pesaingnya, seperti Malaysia. 8. Novindra 2011 Dampak Kebijakan Domestik dan Perubahan Faktor Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Minyak Sawit di Indonesia 1.Objek penelitian yaitu CPO 2.Melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor CPO 1. Menggunakan model ekonometrika 2SLS 2.Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan minyak sawit di pasar domestik 3. Peramalan dampak kebijakan domestik terhadap kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia dan Penerimaan devisa tahun 2012-2016 Pengembangan industri hilir meningkatkan permintaan minyak sawit dan meningkatkan harga yang diterima produsen. Kebijakan Pembatasan ekspor minyak sawit dengan penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 20 meningkatkan kesejahteraan netto dan peningkatan kuota domestik memberikan dampak negatif bagi kesejahteraan netto. 2 9 27 Tabel 16. Lanjutan No. Nama Peneliti Terdahulu Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian 9. Bachtiar Adella 2010 Analisis Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekspor Komoditas Minyak Kelapa Sawit Crude Palm Oil Indonesia: Kasus Indonesia- India. 1.Membahas ekspor minyak sawit Indonesia ke India 2.Menggunakan Analisis Regresi Linier dengan uji asumsi klasik 1.Menggunakan data sekunder tahun 2000 hingga tahun 2008 berupa data time series berupa data triwulanan. Pengaruh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap ekspor Indonesia dalam komoditi minyak sawit Indonesia-India. Faktor nilai tukar rupiah, harga minyak sawit dunia dan pertumbuhan ekonomi India berpengaruh signifikan dan positif terhadap ekspor minyak sawit Indonesia 10. Murphy J Denis 2014 Masa depan Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Unggulan Global: Peluang dan Tantangan. 1. Membahas Minyak Sawit yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan minyak nabati lainnya. 1.Membahas teknis bagaimana cara meningkatkan produksi minyak sawit dengan berbagai metode seperti bibit unggul yang lebih tahan hama dan penyakit tanaman. Industri minyak sawit akan menghadapi banyak tantangan dimasa depan. Namun, alat untuk mengatasi tantangan- tantangan ini sudah ada dan dapat merubah potensi yang lebih untuk mengubah tanaman ini menjadi sumber makanan bergizi dan produk non- pangan yang bernilai bagi penduduk dunia yang populasinya semakin meningkat. Perlu adanya peningkatan kualitas tanaman kelapa sawit yang tahan terhadap hama dan penyakit untuk membantu memfasilitasi manajemen dan pengolahan guna meningkatkan produksi memenuhi permintaan pasar. 2 9 28

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan teori-teori yang digunakan dalam penelitian dan merupakan landasan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian. Kerangka teoritis dalam penelitian ini terdiri atas konsep teori perdagangan internasional, teori penawaran ekspor, dan metode regresi linier berganda. 3.1.1.Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar individu, individu dengan pemerintah, atau antar pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara, karena merupakan salah satu komponen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto PDB. Peningkatan ekspor bersih merupakan faktor utama dalam meningkatkan PDB suatu negara. Perdagangan internasional juga merupakan cikal bakal bagi penemuan wilayah baru seperti benua Australia, dan terjadinya penjajahan suatu negara atas negara lainnya Oktaviani dan Novianti 2009. Menurut Krugman dalam Oktaviani dan Novianti 2009 menjelaskan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional dikarenakan 2 hal. Pertama, negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi economic of scale. Perdagangan internasional memungkinkan setiap negara melakukan spesifikasi produksi dan barang-barang tertentu sehingga mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dengan skala produksi yang besar. Adanya perbedaan sumberdaya yang dimiliki oleh setiap negara menyebabkan negara tersebut berusaha menghasilkan produk dengan biaya yang relatif lebih rendah. Perbedaan sumberdaya ini akan menyebabkan perbedaan harga dan akan menentukan keputusan suatu negara untuk melakukan ekspor dan impor Rahman 2013. Berdasarkan Gambar 4, jika suatu negara misal negara 1 akan mengekspor suatu komoditi x ke negara lain negara 2. Apabila harga domestik di negara 1 sebelum terjadinya perdagangan relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik di negara 2. Kondisi awal di negara 1 berada dalam kondisi keseimbangan dan harga berada pada P 1 . Pada kondisi ini tidak terjadi ekspor dari negara 1. Ketika harga berada pada posisi P 2 , ceteris paribus, struktur harga yang relatif lebih tinggi ini menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran excess supply di negara 1 yaitu sebesar Q a ’Q a ’’. Dalam hal ini faktor produksi di negara 1 relatif melimpah, dengan demikian negara 1 mempunya kesempatan menjual kelebihan produksi ke negara lain. Sebaliknya di negara 2, pada kondisi harga berada di P 2 , negara ini terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik excess demand sebesar Q b ’Q b ’’ sehingga harga menjadi lebih tinggi. Pada keadaan ini negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditi x dari negara lain dengan harga yang relatif lebih murah. Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara 1 dan negara 2 maka akan terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut. Penawaran di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih besar dari P 1 , sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi lebih rendah dari P 3 . Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara 1 akan mengekspor komoditi x sebesar BE sedangkan negara 2 akan mengimpor komoditas x tersebut sebesar B’E’. Pada pasar internasional, besarnya BE akan sama dengan B’E’. Dengan kata lain, besarnya ekspor suatu komoditas perdagangan akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut. Sumber: Salvatore 1997 Gambar 4. Kurva Perdagangan Internasional Panel PI Hubungan Perdagangan Internasional Komoditi X Panel A Pasar di Negara 1 Untuk Komoditi X Panel B Pasar di Negara 2 Untuk Komoditi X P x P P x P P x P P 3 P 2 P 1 Q A ’ Q A Q A ” A B S x E Q PI E S Q B ’ Q B Q B ” S X B’ E’ A D X