IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di jalur pendakian Cemoro Kandang Wana Wisata Puncak Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja purposive karena lokasi penelitian merupakan objek wisata pendakian yang mengandalkan keindahan alam dan kelestarian lingkungan,
sehingga dibutuhkan pendekatan secara ekonomi untuk membantu menjaga kelestarian objek wisata. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai
Mei 2014.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuisioner kepada pendaki gunung
di jalur pendakian Cemoro Kandang dan wawancara dengan pihak-pihak yang mengetahui terkait pengelolaan objek wisata tersebut, sedangkan data sekunder
diperoleh dari Kesatuan Bisnis Mandiri KBM Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya JLPL Perhutani Unit 1 Jawa Tengah, Kesatuan Pemangku Hutan KPH
Surakarta dan berbagai pustaka dari buku, jurnal ,dan internet.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive secara sengaja, yaitu mewawancarai pendaki yang telah melakukan pendakian di jalur pendakian
Cemoro Kandang lebih dari satu kali. Hal ini dimaksudkan untuk mewancarai responden yang mengetahui penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di jalur
pendakian Cemoro Kandang. Responden yang diambil sebanyak 80 responden. Responden dibagi dalam empat kategori yang masing-masing terdiri dari 20
orang. Hal ini sesuai dengan tingkat WTP yang ditawarkan yaitu empat kategori WTP.
4.4 Metode dan Prosedur Analisis
Data yang diperoleh dalam penelitian diolah menggunakan komputer dengan program Ms. Office Excel dan Minitab 15. Tabel 3 menyajikan antara
tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data pada penelitian ini. Tabel 3 Matriks model analisis data
No Tujuan Penelitian
Sumber Data Metode Analisis Data
1 Mengkaji persepsi pendaki
terhadap kualitas lingkungan di jalur pendakian Cemoro
Kandang Data primer
Analisis deskriptif dengan Skala Likert.
2 Mengestimasi besarnya
Willingness to Pay maksimum pendaki terhadap pelestarian
jalur pendakian Cemoro Kandang dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Data primer
Analisis Willingness To Pay menggunakan format
elisitasi Single-Bounded Dichotomous Choice CVM
dengan perhitungan menggunakan analisis
regresi logistik dan Turnbull.
4.4.1 Analisis Deskriptif mengenai Persepsi Pendaki terhadap Kualitas
Lingkungan di Jalur Pendakian Cemoro Kandang
Analisis deskriptif adalah jenis analisis data yang dimaksudkan untuk mengungkapkan keadaan atau karakteristik data sampel. Analisis deskriptif
dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik statistik deskriptif seperti tabel frekuensi, grafik, ukuran pemusatan atau ukuran penyebaran Muljono 2012.
Persepsi pendaki terhadap kualitas lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang dianalisis secara deskriptif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persepsi
pendaki terhadap kualitas lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang. Persepsi yang dianalisis antara lain terkait keadaan vegetasi, mata air, udara, dan
kebersihan lingkungan sekitar jalur pendakian Cemoro Kandang. Persepsi tentang kebakaran hutan karena aktivitas pendakian, pengetahuan pendaki tentang akibat
penebangan pohon di sekitar jalur pendakian, serta persepsi terhadap perilaku membuang sampah di sekitar jalur pendakian juga dianalisis. Analisis deskiptif
tentang persepsi pada penelitian ini menggunakan Skala Likert. Menurut Riduwan dan Sunarto 2007, Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pada penelitian ini digunakan Skala Likert untuk
mengetahui persepsi pendaki pendaki terhadap kualitas lingkungan di sekitar jalur
pendakian seperti kualitas vegetasi, mata air, udara, dan kondisi jalur pendakian yang kotor karena sampah. Skala Likert juga digunakan untuk mengetahui
persepsi pendaki terhadap aktivitas pendakian yang dapat mengancam kelestarian lingkungan.
Persepsi pendaki dengan skala Likert diketahui dengan memilih alternatif jawaban seperti “Sangat Setuju SS”, “Setuju S”, “Tidak Setuju TS” dan
“Sangat Tidak Setuju STS” terhadap pernyataan yang diajukan. Alternatif
jawaban Alternatif jawaban Sangat Setuju SS memiliki poin 4, Setuju S memiliki poin 3, Tidak Setuju TS memiliki poin 2 dan Sangat Tidak Setuju
STS memiliki poin 1. Masing-masing jumlah responden yang memilih alternatif jawaban dikalikan dengan masing-masing poin dari alternatif jawaban tersebut,
kemudian hasilnya dijumlahkan untuk mengetahui kriteria interpretasi skor dari pernyataan yang ditanyakan kepada responden.
4.4.2 Analisis Willingness to Pay WTP maksimum pendaki terhadap
pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Menurut Fauzi 2014, analisis Willingness to Pay WTP pada Contingent Valuation Method CVM digunakan untuk menanyakan seberapa besar WTP
seseorang dalam menerima perubahan kualitas dan kuantitas dari layanan barang dan jasa sumber daya alam dan lingkungan. Maka dari itu, pada penelitian ini
analisis WTP digunakan untuk mengetahui kemampuan membayar maksimum pendaki terhadap upaya pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Kesediaan
membayar WTP maksimum pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang menggambarkan seberapa besar pendaki menginginkankan
perubahan kualitas lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang yang lebih baik, sehingga pendaki dapat menikmati keindahan alam yang ditawarkan di Wana
Wisata Puncak Lawu secara nyaman. Menurut Fauzi 2014, CVM adalah metode analisis yang mengandalkan
teknik survei, sehingga pada penelitian ini dibutuhkan kontruksi skenario hipotetik yang akan sangat berpengaruh kepada nilai WTP yang diduga. Menurut
Fauzi 2014, kontruksi skenario hipotetik juga akan sangat bergantung dari
konteks yang dianalisis. Jenis pertanyaan dan skenario yang diajukan juga sangat berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan.
Skenario hipotetik pada penelitian ini dibentuk berdasarkan penurunan kualitas lingkungan dan ancaman terhadap kelestarian jalur pendakian Cemoro
Kandang Wana Wisata Puncak Lawu. Skenario hipotetik pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Wana Wisata Puncak Lawu mengandalkan kualitas lingkungan dan kelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang sebagai daya tarik wisata. Saat ini
kualitas lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang mengalami penurunan. Kelestarian jalur pendakian juga terancam. Banyaknya sampah yang menumpuk
di sekitar jalur pendakian mengganggu kenyamanan pendaki di jalur pendakian Cemoro Kandang. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh kelalaian pendaki
dalam mematikan sisa api unggun dan kecerobohan dalam membuang puntung rokok berpotensi menyebabkan kebakaran hutan di sekitar jalur pendakian.
Penebangan pohon untuk api unggun juga mengancam kelestarian vegetasi dan ekosistem di sekitar jalur pendakian Cemoro Kandang. Masalah-masalah tersebut
menyebabkan penurunan kualitas dan ancaman bagi kelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang yang akan berdampak pada hilangnya potensi wisata di Wana
Wisata Puncak Lawu. Hilangnya potensi tersebut juga berdampak kepada tidak tercapainya keberlanjutan wisata di Wana Wisata Puncak Lawu. Untuk mengatasi
hal tersebut, pengelola Wana Wisata Puncak Lawu berencana melakukan upaya pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang yang bertujuan untuk mengurangi
sampah yang ada di jalur pendakian, menjaga kelestarian vegetasi dan ekosistem dari kebakaran dan penebangan pohon, serta melakukan perawatan jalur
pendakian dan pengembangan sarana yang mendukung kelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Pengelola Wana Wisata Puncak Lawu sebagai pihak
yang bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian jalur pendakian memerlukan partisipasi dari pendaki yang berperan sebagai konsumen jasa lingkungan di Wana
Wisata Puncak Lawu. Diperlukan kesediaan membayar pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian.
Setelah skenario hipotetik diajukan kepada responden, tahapan beriktunya adalah metode elisitasi. Metode elisitasi adalah teknik mengekstrak informasi
kesanggupan membayar dari responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui format tertentu Fauzi 2014. Pada penelitian ini akan menggunakan
format single bounded dichotomous. Menurut Fauzi 2014, format elisitasi single-bounded referendum adalah metode yang paling popular untuk analisis
CVM. Metode dilakukan dengan menanyakan kepada responden sejumlah nilai penawaran bid tertentu yang diajukan sebagai nilai kesediaan membayar untuk
pelestarian lingkungan jalur pendakian, sehingga akan didapatkan jawaban “ya”
at au “tidak” terhadap nilai bid. Pada penelitian ini digunakan empat bid yang
ditanyakan kepada responden. Tiap bid ditanyakan masing-masing kepada 20 responden. Berikut bid yang ditawarkan :
1. Bid untuk WTP sebesar Rp 2 500.00
2. Bid untuk WTP sebesar Rp 5 000.00
3. Bid untuk WTP sebesar Rp 10 000.00
4. Bid untuk WTP sebesar Rp 15 000.00
Besarnya bid diperoleh berdasarkan wawancara dan diskusi dengan pihak pengelola, pendaki, dan beberapa pakar. Menurut Fauzi 2014, penentuan tarif
pricing terkait dengan tiket masuk suatu kawasan wisata alam, semestinya bukan hanya didasarkan pada hitungan retribusi semata, namun juga harus
mempertimbangkan “harga” dari jasa lingkungan yang dihasilkan dari kawasan tersebut. Berdasarkan studi literatur, wawancara dan diskusi, maka ditentukan
batas bawah nilai penawaran bid yaitu sebesar Rp 2 500.00 dan batas atas bid sebesar Rp 15 000.00. Menurut Fauzi 2014, penentuan retribusi pada tempat
wisata seringkali tidak sesuai dengan nilai objek wisata yang sebenarnya, sehingga pada penentuan bid pada penelitian ini dilakukan studi literatur, diskusi
dan wawancara terlebih dahulu kepada pengelola, pendaki ,dan beberapa pakar untuk menghindari underpricing atau overpricing. Gambar 3 menunjukkan
struktur elisitasi untuk single bounded dichotomous choice pada penelititan ini.
Apakah anda sanggup membayar ?
n1 n2
n3 n4
Rp 2 500.00 Rp 5 000.00 Rp 10 000.00 Rp 15 000.00
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Gambar 3 Struktur elisitasi single bounded dichotomous choice Pada Gambar 3 tersebut n1 sampai n4 menggambarkan jumlah sampel pada
setiap kelompok bid dari Rp 2 500.00 sampai Rp 15 000.00, di mana setiap kelompok sampel diambil secara purposive. Jumlah sampel pada tiap kelompok
yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah sebesar 20 responden tiap kelompoknya, sehingga total sampel keseluruhan adalah 80 responden.
Perhitungan nilai Willingness to Pay WTP pada penelitian ini dengan menggunakan model Logit. Pengolahan model Logit dilakukan menggunakan
software Minitab 15 dengan pengolahan regresi Logistik dimana variabel respon adalah keputusan responden Ya atau Tidak pada setiap bid yang ditawarkan
kepada tiap responden. Dengan pengolahan regresi logistik tersebut, maka kemudian didapatkan model persamaan Logit. Menurut Fauzi 2014, pada model
logit nilai WTP dapat diduga dengan koefisien yang diperoleh dari l ogit yakni α =
β σ vektor koefisien yang berhubungan dengan variabel bebas dan δ = -1 σ, vektor koefisien yang berhubungan dengan variable bid. Nilai harapan rataan
WTP dapat diduga dari kedua koefisien tersebut, yaitu : ........................................... 10
Menurut Fauzi 2014, selain dengan metode ekonometrik, perhitungan nilai WTP dapat dilakukan dengan pendekatan non-parametrik Turnbull. Pendekatan
metode Turnbull mengandalkan distribusi jawaban “tidak” dari responden
terhadap respon pertanyaan lelang bid. Dengan mengetahui distribusi responden yang menjawab “tidak”, maka batas bawah lower bound WTP dari WTP dan
nilai rataan WTP. Nilai lower bound WTP pada metode Turnbull dihitung dengan formula sebagai berikut:
∑ .................................. 11
Pada perhitungan rataan WTP dengan metode Turnbull, distribusi jawaban “tidak” dapat dikategorikan pada monotonically increasing atau non-
monotonically increasing. Ji ka distribusi jawaban “tidak” menunjukkan
peningkatan yang monotonik, maka perhitungan WTP dapat dilakukan dengan formula untuk mencari nilai lower bound WTP pada metode Turnbull, namun jika
tidak menunjukkan peningkatan yang monotonik maka dilakukan langkah- langkah untuk menggabungkan pooled nilai lelang sehingga nilai mean WTP
dapat dihitung berdasarkan formula yang sama untuk mencari nilai lower bound WTP pada metode Turnbull Fauzi 2104.
Menurut Fauzi 2014, dengan metode non-parametrik Turnbull terdapat perhitungan variance keragaman yang digunakan untuk menghitung seberapa
besar tingkat kepercayaan kita terhadap pendugaan nilai rataan WTP. Menurut Haab dan McConnel 2012 dalam Fauzi 2014, untuk menghitung keragaman
variance dari WTP dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: ∑
.................. 12
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP maksimum pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang juga diketahui dengan analisis
regresi logistik menggunakan software Minitab 15 Faktor-faktor tersebut merupakan variabel yang dimasukkan ke dalam model logit. Berikut variabel yang
akan dimasukkan ke dalam model : 1.
Nilai penawaran bid Variabel ini dianggap penting karena besarnya nilai penawaran bid
mempengaruhi kesediaan pendaki apakah menjawab “ya” atau “tidak”