Kondisi Lingkungan dan Pola Pendakian

menghasilkan skor 267 Lampiran 2. Gambar 9 menunjukkan skala skor penilaian untuk persepsi responden terhadap kualitas lingkungan jalur pendakian yang kotor karena sampah berada pada daerah SS Sangat Setuju. 267 80 160 240 320 STS TS S SS Gambar 9 Skor penilaian persepsi jalur pendakian kotor karena sampah Aktivitas wisata berbasis gunung seperti pendakian gunung dapat berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan jalur pendakian dan keberlanjutan wisata berbasis gunung tersebut. Kerusakan vegetasi akibat penebangan oleh pendaki, pencemaran mata air oleh zat-zat kimia sampah pendaki, kebakaran hutan akibat kelalaian pendaki dan kotornya lingkungan jalur pendakian oleh sampah pendaki menjadi ancaman bagi kelestarian jalur pendakian. Penelitian ini juga melihat persepsi pendaki terhadap dampak-dampak dan potensi eksternalitas negatif oleh aktivitas pendakian yang mengancam kelestarian lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang dan keberlanjutan wisata di Wana Wisata Puncak Lawu dengan menggunakan Skala Likert. Tabel 8 menunjukkan pernyataan dan alternatif jawaban dari 80 responden selama peneitian terkait persepsi terhadap dampak negatif karena aktivitas pendakian. Tabel 8 Persepsi responden terhadap dampak negatif aktivitas pendakian No Pernyataan Alternatif jawaban SS S TS STS Σ Σ Σ Σ 1 Kelalaian pendaki dalam mematikan sisa api unggun dapat menyebabkan kebakaran hutan di sekitar jalur pendakian. 28 35.00 43 53.75 8 10.00 1 1.25 2 Penebangan pohonranting oleh pendaki dapat merusak vegetasi di jalur pendakian 30 37.50 38 47.50 11 13.75 1 1.25 3 Membuang sampah di sekitar jalur pendakian dapat mengancam kelestarian lingkungan jalur pendakian 24 30.00 47 58.75 8 10.00 1 1.25 Sumber : Hasil olahan data primer 2014 Tabel 8 menunjukkan sebanyak 43 orang 53.75 persen setuju dan 28 orang 35.00 persen sangat setuju bahwa kelalaian pendaki dalam mematikan sisa api unggun dapat menyebabkan kebakaran hutan. Jumlah responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju lebih besar daripada jumlah responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Responden yang menjawab tidak setuju berjumlah 8 orang 10.00 persen, sedangkan responden yang menjawab sangat tidak setuju yaitu 1 orang 1.25 persen. Penjumlahan skor terhadap pernyataan bahwa kelalaian pendaki dalam mematikan sisa api unggun dapat menyebabkan kebakaran hutan di jalur pendakian Cemoro Kandang menghasilkan skor 258 Lampiran 2. Gambar 10 menunjukkan skala skor penilaian untuk persepsi responden terhadap pernyataan tersebut berada pada daerah SS Sangat Setuju. 258 80 160 240 320 STS TS S SS Gambar 10 Skor penilaian persepsi kelalaian pendaki mematikan sisa api unggun Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 38 orang 47.50 persen setuju dan 30 orang 37.50 persen sangat setuju jika penebangan pohonranting oleh pendaki dapat merusak vegetasi di jalur pendakian. 11 orang 13.75 persen menyatakan tidak setuju, sedangkan 1 orang 1.25 persen menyatakan sangat tidak setuju jika penebangan rantingpohon dapat merusak vegetasi di jalur pendakian Cemoro Kandang. Penjumlahan skor penilaian dari penyataan tersebut menghasilkan skor sebesar 257 Lampiran 2. Gambar 11 menunjukkan skala skor penilain untuk persepsi responden terhadap pernyataan tersebut berada pada daerah SS Sangat Setuju. 257 80 160 240 320 STS TS S SS Gambar 11 Skor penilaian persepsi terhadap penebangan pohonranting Tabel 8 juga menunjukkan persepsi pendaki terhadap perilaku pendaki yang membuang sampah di sekitar jalur pendakian dapat mengancam kelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Sebanyak 47 orang 58.75 persen setuju dan 24 orang 30.00 persen sangat setuju jika perilaku membuang sampah di sekitar jalur pendakian dapat mengancam kelestarian jalur pendakian. Sebanyak 8 orang 10.00 persen menyatakan tidak setuju dan 1 orang 1.25 persen menyatakan sangat tidak setuju jika perilaku membuang sampah di sekitar jalur dapat mengancam kelestarian jalur pendakian. Penjumlahan skor penilaian dari persepsi responden menghasilkan skor 254 Lampiran 2. Gambar 12 menunjukkan skala skor penilaian untuk persepsi responden terhadap pernyataan bahwa kelestarian jalur pendakian terancam karena perilaku membuang sampah di sekitar jalur pendakian berada pada daerah SS Sangat Setuju. 254 80 160 240 320 STS TS S SS Gambar 12 Skor penilaian persepi perilaku membuang sampah VII WILLINGNESS TO PAY MAKSIMUM PENDAKI TERHADAP PELESTARIAN JALUR PENDAKIAN CEMORO KANDANG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Kesatuan Bisnis Mandiri KBM Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya JLPL Perhutani Unit 1 Jawa Tengah sebagai pengelola Wana Wisata Puncak Lawu membutuhkan dana untuk melakukan upaya pelestarian lingkungan di jalur pendakian Cemoro Kandang seperti pembersihan sampah sisa pendakian, penanaman bibit pohon untuk pencegahan tanah longsor, serta penambahan tenaga kerja untuk mencegah kebakaran hutan dan kerusakan vegetasi. Upaya pelestarian lingkungan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pendaki sebagai konsumen Wana Wisata Puncak Lawu diharapkan ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan dengan diketahui kesediaan membayar pendaki untuk pelestarian lingkungan, sehingga keberlanjutan Wana Wisata Puncak Lawu tercapai. Analisis Willingness to Pay WTP pada Contingent Valuation Method CVM dilakukan untuk mengetahui seberapa besar WTP seseorang untuk menerima perubahan layanan barang dan jasa dari sumberdaya alam dan lingkungan Fauzi 2014. Pada penelitian ini, analisis WTP dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pendaki sebagai pengunjung Wana Wisata Puncak Lawu menginginkan perbaikan kualitas lingkungan pada jalur pendakian Cemoro Kandang. Untuk mengetahui nilai WTP pendaki, maka diperlukan metode elisitasi. Pada penelitian ini, digunakan format elisitasi single-bounded dichotomous choice CVM. Menurut Fauzi 2014, model Dichotomous-Choice CVM atau DC-CVM, khususnya dengan elisitasi single-bounded menjadi metode yang paling popular untuk analisis CVM. Penelitian ini menggunakan Dichotomous Choice CVM untuk mengetahui besarnya WTP maksimum pendaki terhadap pelestarian lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang. Teknik yang digunakan untuk mengetahui besarnya nilai WTP adalah dengan analisis regresi logistik dan menggunakan metode non-parametrik yaitu metode Turnbull Fauzi 2014. Penggunaan dua metode untuk mengetahui besarnya nilai WTP maksimum tersebut dimaksudkan untuk membandingkan hasil nilai WTP maksimum dari metode yang berbeda. Menurut Fauzi 2014, metode Turnbull memungkinkan peneliti untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepercayaan peneliti terhadap pendugaan WTP dengan menghitung keragaman variance. Menurut Fauzi 2014, model Dichotomous-Choice CVM menggunakan nilai bid berbeda yang ditawarkan pada setiap kelompok. Setiap kelompok sampel akan diambil secara purposive, yaitu responden adalah pendaki yang pernah melakukan pendakian di jalur pendakian Cemoro Kandang lebih dari satu kali. Pada penelitian ini responden menjawab “ya” atau “tidak” terhadap nilai bid yang ditawarkan. Nilai penawaran bid yang ditawarkan kepada responden terdiri dari empat kategori kelompok. Maing-masing kategori kelompok memiliki nilai penawaran sebesar Rp 2 500, Rp 5 000, Rp 10 000, dan Rp 15 000. Setiap kategori kelompok menawarkan nilai bid kepada 20 responden secara purposive, yaitu melakukan survei kepada pendaki yang pernah melakukan pendakian di jalur pendakian Cemoro Kandang lebih dari satu kali. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 80 responden. Gambar 13 menunjukkan hasil struktur elisitasi model single-bounded DC-CVM pada penelitian ini. Apakah anda sanggup membayar ? n1 n2 n3 n4 Rp 2 500.00 Rp 5 000.00 Rp 10 000.00 Rp 15 000.00 Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 19 1 18 2 12 8 6 14 Gambar 13 Hasil struktur elisitasi model single-bounded DC-CVM Pada Gambar 13 , responden yang menjawab “ya” pada nilai penawaran bid Rp 2 500.00 sebanyak 19 orang sedangkan responden yang menjawab “tidak” hanya satu orang. Sebanyak 18 responden menjawab “ya” dan dua responden menjawab “tidak” pada kategori kelompok bid Rp 5 000.00. Pada nilai bid Rp 10 000.00 , sebanyak 12 orang menjawab “ya” dan delapan orang menjawab “tidak”. Perbedaan terlihat pada nilai bid Rp 15 000.00, dimana responden yang menjawab “ya” lebih sedikit daripada responden yang menjawab “tidak”. Pada nilai bid tersebut sebanyak enam orang menjawab “ya” dan 14 orang menjawab “tidak”. Hasil struktur elisitasi menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai bid maka jumlah responden yang menjawab “ya” semakin sedikit. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai bid, maka proporsi kesediaan membayar bid terhadap pendapatan responden semakin tinggi, sehingga peluang responden menjawab “ya” semakin kecil.

7.1 Perhitungan WTP dengan Model Logit

Teknik analisis regresi logistik dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai WTP pendaki terhadap pelestarian lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang. Pada penelitian ini, perhitungan WTP dengan regresi logistik menggunakan Software Minitab 15. Variabel respon pada pene litian ini adalah keputusan “ya” atau “tidak” terhadap kesediaan membayar nilai bid untuk pelestarian lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah nilai penawaran bid, tingkat pendapatan, persepsi pendaki terhadap kualitas lingkungan, dan biaya kunjungan. Tabel 9 menunjukkan hasil penghitungan regresi logistik dengan software Minitab 15. Tabel 9 Hasil analisis regresi logistik dengan software Minitab 15 Parameter Koefisien P-Value Odds ratio Konstanta 3.12714 0.018 Nilai penawaranbid Rpkunjungan -0.0003343 0.000 1.00 Pendapatan Rp 0.0000010 0.013 1.00 Biaya kunjungan Rp -0.0000058 0.102 1.00 Perspesi kualitas lingkungan -1.27344 0.126 0.28 Log-Likelihood = -23.226 Test that all slopes are zero: G = 52.922, DF = 4, P-Value = 0.000 Godness of Fit Test Method Chi-Square DF P Pearson 73.9992 73 0.445 Deviance 46.4522 73 0.993 Hosmer-Lemeshow 7.2128 8 0.514 Sumber : Hasil olahan data primer 2014 Perhitungan model logit tersebut didapatkan EWTP sebesar Rp 9 354.29 Lampiran 4. Total WTP diperoleh dari perkalian nilai WTP Rp 9 354.29 dengan jumlah pengunjung Wana Wisata Puncak Lawu pada tahun 2013 yaitu 7 129 pendaki, sehingga diperoleh total WTP sebesar Rp 66 686 733.41tahun Lampiran 4. 7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar Maksimum Pendaki Terhadap Pelestarian Jalur Pendakian Cemoro Kandang Kesediaan membayar Willingness to Pay maksimum pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang di Wana Wisata Puncak Lawu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada Penelitian ini, faktor-faktor tersebut merupakan variabel bebas yang mempengaruhi kesediaan membayar pendaki untuk pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Faktor-faktor yang merupakan variabel bebas pada model logit antara lain nilai penawaran bid, pendapatan, biaya kunjungan, dan persepsi pendaki terhadap kualitas lingkungan. Variabel-variabel bebas model logit pada penelitian ini dianalisis dengan Software Minitab 15 untuk diketahui apakah faktor-faktor tersebut berpengaruh signifikan atau tidak. Tabel 9 menunjukkan hasil analisis regresi logistik yang menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar maksimum pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Tabel 9 menunjukkan nilai log-likelihood yang didapatkan pada model yaitu sebesar -23.226. Menurut Firdaus et al. 2011, semakin kecil nilai log-likelihood maka semakin bagus model yang didapatkan. Pengujian bahwa semua koefisien model sama dengan nol menghasilkan statistik G sebesar 52.922 dengan nilai p- value sebesar 0.000 yang berarti bahwa terdapat minimal satu slope model yang tidak sama dengan nol. Statistik uji G adalah uji hipotesis untuk melihat apakah semua faktor-faktor sama dengan nol. Menggunakan taraf nyata sebesar satu persen, maka pada penelitan ini hipotesis nol harus ditolak yang berarti ada minimal satu slope model yang tidak sama dengan yang nol. Tabel 9 juga menunjukkan uji Pearson, Deviance dan Hosmer-Lemeshow. Uji tersebut adalah uji kebaikan model. Pada penelitian ini dihasilkan kesimpulan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa model yang diperoleh tidak baik dalam mengepas dengan data, karena dengan nilai p-value yang diharapkan dari masing-masing metode adalah lebih besar dari 0.05 bila taraf nyata yang digunakan adalah lima persen. Hipotesis nolnya adalah model baik dalam mengepas data. Maka dari ketiga metode tersebut dihasilkan tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa model yang diperoleh tidak baik dalam mebgepas data. Tabel 9 menunjukkan variabel-variabel pada penelitian ini, yaitu variabel nilai penawaran bid, pendapatan, biaya kunjungan, dan persepsi terhadap kualitas lingkungan. Berikut penjelasan masing-masing faktor-faktor tersebut: 1. Nilai penawaran bid Nilai penawaran merupakan variabel yang penting terhadap kesediaan membayar pendaki untuk pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Besarnya nilai penawaran yang ditawarkan kepada pendaki menentukan apakah pendaki bersedia membayar atau tidak untuk pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Variabel bid bukan berupa variabel kategorik atau dummy. Pada Tabel 9 menunjukkan p-value pada variabel ini adalah 0.000, sehingga variabel ini berpengaruh signifikan pada taraf nyata satu persen. Koefisien nilai penawaran bertanda negatif - yang berarti variabel ini berpengaruh negatif terhadap variabel respon, yaitu semakin tinggi nilai penawaran maka semakin kecil peluang menjawab “ya” untuk kesediaan membayar terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Hal ini sesuai hipotesis awal. Perhitungan odds ratio didapatkan adalah 1.00, artinya pendapatan yang rendah memiliki peluang lebih besar untuk bersedia membayar WTP terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. 2. Pendapatan Pendapatan merupakan variabel yang penting terhadap kesediaan membayar pendaki untuk pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Variabel pendapatan bukan berupa variabel kategorik atau variabel dummy. Pada Tabel 9 menunjukkan nilai P-value pada variabel pendapatan adalah 0.013, sehingga variabel ini berpengaruh signifikan pada taraf nyata lima persen. koefisien nilai pendapatan bertanda positif yang berarti variabel ini berpengaruh positif + terhadap variabel respon, yaitu semakin tinggi pendapatan responden berarti semakin besar peluang responden menjawab “ya” untuk kesediaan membayar terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Hal ini menunjukkan hasil sesuai dengan hipotesis awal. Odds ratio yang didapatkan adalah 1.00, artinya semakin tinggi pendapatan responden, maka semakin besar peluang responden bersedia membayar WTP terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. 3. Biaya kunjungan Biaya kunjungan merupakan variabel yang penting terhadap kesediaan membayar pendaki untuk pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Variabel biaya kunjungan bukan berupa variabel kategorik atau dummy. Pada Tabel 9 menunjukkan nilai p-value pada variabel biaya kunjungan adalah 0.102, sehingga variabel ini berpengaruh signifikan pada taraf nyata 15 persen. Koefisien biaya kunjungan bertanda negatif - yang berarti variabel ini berpengaruh negatif terhadap variabel respon, yaitu semakin rendah biaya kunjungan responden berarti semakin besar peluang responden menjawab “ya” untuk kesediaan membayar terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal. Odds ratio yang didapatkan adalah 1.00, artinya semakin rendah biaya kunjungan responden, maka semakin besar peluang responden bersedia membayar WTP terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. 4. Persepsi kualitas lingkungan Variabel persepsi kualitas lingkungan adalah variabel yang menunjukkan persepsi penilaian responden terhadap kualitas lingkungan di jalur pendakian Cemoro Kandang. Penilaian responden yang menganggap kualitas lingkungan jalur pendakian masih baik diberi dengan nilai satu, sedangkan responden yang menganggap kualitas jalur pendakian kurang baik dinilai dengan nilai nol. Pada Tabel 9 menunjukkan p-value pada variabel ini adalah 0.126, sehingga variabel ini berpengaruh signifikan pada taraf nyata 15 persen. Koefisien variabel persepsi kualitas lingkungan bertanda negatif -, yaitu variabel persepsi kualitas lingkungan berpengaruh negatif terhadap variabel respon. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal. Tabel 9 menunjukkan variabel persepsi kualitas lingkungan yang menampilkan odds ratio untuk persepsi responden terhadap kualitas lingkungan “baik” dibandingkan persepsi responden terhadap kualitas lingkungan “kurang baik”. Nilai odds ratio yang didapatkan pada variabel ini adalah 0.28, yang berarti pada kondisi bid, pendapatan, dan biaya kunjungan yang sama, odds ratio antara persepsi responden terhadap kualitas lingkungan “baik” dibandingkan persepsi responden terhadap kualitas lingkungan “kurang baik” adalah sebesar 0.28. Dengan demikian, pada kondisi bid, pendapatan, dan biaya kunjungan yang sama, responden yang menganggap kualitas lingkungan “kurang baik” memiliki peluang lebih besar untuk bersedia membayar WTP terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang.

7.3 Perhitungan WTP dengan Metode Non-Parametrik Turnbull

Menurut Fauzi 2014, selain dengan metode ekonometrik, perhitungan nilai WTP juga dapat dilakukan dengan pendekatan non-parametrik. Pada penelitian ini menggunakan metode non-parametrik Turnbull. Pendekatan ini mengandalkan distribusi jawaban “tidak” dari responden terhadap respon pertanyaan lelang bid. Jika responden menjawab “tidak” terhadap nilai lelang yang ditawarkan, maka nilai maksimum WTP dia akan lebih rendah dari nilai lelang Fauzi 2014. Menurut Fauzi 2014, untuk menentukan batas bawah dari WTP lower bound WTP dan nilai rataan WTP pada metode Turnbull didapatkan dari perhitungan dengan distribusi yang bersifat monotonically increasing atau non-monotonically increasing . Jika distribusi “tidak” F j terlihat meningkat secara monotonik, maka nilai mean WTP dapat dihitung langsung dengan formula EWTP. Tabel 10 menunjukkan perhitungan rataan WTP monotonically increasing dengan metode Turnbull pada penelitian ini. Tabel 10 Perhitungan rataan WTP monotonically increasing dengan metode Turnbull Lelangbid Rp Jumlah N j Respon “tidak” Total Respon T j Distribusi “Tidak” F j Nilai f j F j+1 - F j 2 500 1 20 0.05 0.05 5 000 2 20 0.10 0.05 10 000 3 20 0.40 0.30 15 000 14 20 0.70 0.30 15 000 1.00 0.30 Mean WTP 9125 Sumber : Hasil olahan data primer 2014 Tabel 10 menunjukkan perhitungan rataan WTP metode Turnbull dengan monotonically increasing karena distirbusi “tidak” F j terlihat meningkat secara monotonik. Hasil rataan WTP diperoleh sebesar Rp 9 125. Perhitungan rataan WTP adalah sebagai berikut: ∑ ∑ Menurut Fauzi 2014, salah satu kelebihan menggunakan metode Turnbull adalah adanya pendugaan melalui lower bound. Kelebihan menggunaan pendugaan melalui lower bound yaitu terkait dengan distribusi Turnbull estimator di mana terdistribusi normal dan nilai tetap, sehingga juga normal. Dengan kedua kondisi tersebut, Haab dan McConnel 2002 dalam Fauzi 2014, merumuskan formula untuk menghitung keragaman variance yang dapat digunakan untuk menghitung seberapa besar tingkat kepercayaan kita terhadap pendugaan nilai rataan WTP. Nilai variance dapat dihitung sebagai berikut: ∑ ∑ Perhitungan nilai variance atau keragaman dapat digunakan untuk menghitung seberapa besar tingkat kepercayaan kita terhadap pendugaan nilai rataan WTP. Hasil perhitungan didapatkan variance sebesar 605 468.75 dan standard error sebesar 778.12. Selang kepercayaan 95 persen untuk lower bound WTP adalah 9125±1.96778.12 atau Rp 7 599.89 dan Rp 10 650.11. Total WTP dengan metode Turnbull diperoleh dari perkalian nilai rataan WTP metode Turnbull sebesar Rp 9 125 dengan jumlah pengunjung Wana Wisata Puncak Lawu pada tahun 2013 yaitu 7 129, sehingga diperoleh total WTP maksimum sebesar Rp 65 052 125tahun Lampiran 5. Tabel 11 Besar WTP maksimum pendaki No Metode Rataan WTP Rp Total WTP Rp 1 Regresi Logistik 9 354.29 66 686 733.41 2 Turnbull 9 125.00 65 052 125.00 Sumber: Hasil olahan data primer 2014 Tabel 11 menunjukkan besar rataan WTP dan Total WTP maksimum dari metode regresi logit dan metode Turnbull. Hasil rataan WTP pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang dari kedua metode tersebut berada pada selang kepercayaan yang diperoleh, yaitu berkisar dari Rp 7 599.89 sampai Rp 10 650.11orang. Rataan nilai WTP pendaki pada regresi logistik yaitu sebesar Rp 9 354.29orang, sedangkan rataan WTP pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang dengan menggunakan metode Turnbull adalah sebesar Rp 9 125orang. Total WTP dalam waktu setahun untuk metode regresi logistik adalah sebesar Rp 66 686 733.41, sedangkan untuk metode Turnbull adalah Rp 65 052 125tahun. Hasil tersebut merupakan kesediaan membayar pendaki untuk pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang di Wana Wisata Puncak Lawu. Hasil nilai WTP maksimum tersebut juga menunjukkan non-use