Analisis Willingness to Pay WTP maksimum pendaki terhadap

jalur pendakian Cemoro Kandang. Persamaan regresi logit pada penelitian ini adalah sebagai berikut : ....... 13 Keterangan : : Peluang pendaki bersedia membayar “ya” atau “tidak” 1 = Jawaban “Ya” 0 = Jawaban “Tidak” : Intersep : Koefisien regresi : Nilai penawaran atau bid rupiahpendakian : Pendapatan rupiahbulan : Biaya kunjungan rupiah : Persepsi pendaki terhadap kualitas lingkungan 1 = persepsi pendaki untuk kualitas lingkungan “baik” 0 = persepsi pendaki untuk kualitas l ingkungan “kurang baik” Variabel-variabel peubah diatas diduga berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar WTP pendaki untuk pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Variabel BID, BKU, dan PER diduga berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar WTP pendaki, sedangkan variabel PDP diduga berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar WTP pendaki untuk pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Wana Wisata Puncak Lawu terletak di Kabupaten Karanganyar, Gunung Lawu, Jawa Tengah. Secara geografis, gunun g Lawu terletak pada 111° 15’ BT dan 7° 30’ LS. Gunung Lawu adalah gunung vulkanik tidak aktif dengan ketinggian 3 265 m dpl dan memiliki luas sebesar 15 000 ha. Gunung ini adalah gunung ketiga tertinggi di pulau Jawa yang termasuk pegunungan vulkanik tidak aktif. Gunung Lawu terletak di dua provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lereng barat termasuk Provinsi Jawa Tengah, sedangkan lereng timur termasuk Provinsi Jawa Timur US Army Map Service 1963. Gambar 4 menunjukkan lokasi Wana Wisata Puncak Lawu. Sumber: Googlemap 2014 Gambar 4 Peta lokasi Wana Wisata Puncak Lawu Wana Wisata Puncak Lawu terletak di hutan lindung Gunung Lawu yang dikelola oleh Kesatuan Pemangku Hutan KPH Surakarta, sedangkan Wana Wisata Puncak Lawu dikelola oleh Kesatuan Bisnis Mandiri KBM Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya JLPL Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Wana Wisata Puncak Lawu memiliki jalur pendakian bernama Cemoro Kandang. Pos induk Cemoro Kandang terletak di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jalur pendakian ini memiliki panjang track sejauh 12 kilometer dengan satu pos induk pendakian, empat pos pendakian serta satu pos bayangan. Pos induk pendakian Cemoro Kandang terletak di ketinggian 1 946 m dpl pada posisi 111° 11’ 14” BT dan 7° 39’ 49” LS. Pada pos induk terdapat fasilitas bagi pendaki seperti kamar mandiWC, ruang istirahat, area parkir, mushola dan balairung. Pos induk pendakian adalah gerbang utama pendakian dimulai, dimana pendaki wajib melaporkan diri sebelum melakukan pendakian di jalur pendakian Cemoro Kandang. Pada pos induk pendakian juga terdapat papan informasi seperti peta pendakian dan peraturan pendakian. Pendakian dari pos induk menuju Pos I dimulai dengan jalan setapak yang melewati hutan Pinus dan hutan Akasia. Pada perjalanan mencapai Pos I terdapat jalan setapak di sebelah kanan jalan menuju air terjun. Pos I Pos Taman Sari Bawah berbentuk bangunan untuk berteduh bagi pendaki. Pos ini terdapat di sebelah kiri jalan dan terletak di ketinggian 2.237 m dpl dengan koordinat 111° 11’ 19’’ BT dan 07° 39’ 00’’. Pos 2 Pos Taman Sari Atas berada di ketinggian 2 470 m dpl dengan posisi 111° 11’ 16” BT dan 07° 38’ 33” LS. Jalur pendakian dari Pos 1 menuju Pos 2 Pos Taman Sari Atas memiliki kondisi jalur setapak yang lebih curam. Pada perjalanan menuju Pos 2 mulai tercium bau belerang dari kawah Condrodimuko. Sepanjang jalur menuju Pos 2 terdapat hutan bersemak di sebelah kanan dan kiri jalur pendakian. Pos 3 Pos Penggik terletak di ketinggian 2 780 m dpl dengan posisi 111° 11’ 03” BT dan 07° 38’ 07” LS. Jalur pendakian dari Pos Taman Sari Atas menuju Pos Penggik merupakan jalur terpanjang dibandingkan dengan jalur pos lain. Pada perjalanan menuju Pos Penggik, pendaki akan melewati tebing-tebing batu dan Jurang Pangarip-arip di sebelah kiri jalan. Kondisi jalur menuju pos tiga rawan longsor dan licin jika terjadi hujan. Pos 4 Pos Cokro Suryo berada pada posisi 111° 11’ 11” BT dan 07° 37’ 54” LS. Jalur pendakian dari Pos 3 menuju Pos 4 terdapat mata air bernama Sendang Panguripan. Perjalanan menuju Pos Cokro Suryo, pendaki harus melewati jalur Ondo-Rante. Jalur Ondo-Rante adalah jalur yang berbentuk menyerupai tangga dan rantai. Pada jalur ini sudah jarang ditemukan vegetasi pohon-pohon tinggi. Pada Pos 4 terdapat padang Sabana yang luas. Pos ini merupakan bangunan untuk berteduh di sekitar Padang Sabana. Jika cuaca cerah, pendaki dapat menyaksikan gumpalan awan yang indah menyerupai lautan. Pos 4 adalah bangunan terakhir sebelum mencapai Puncak Hargo Dumilah. Gambar 5 menunjukkan peta jalur pendakian Cemoro Kandang di Wana Wisata Puncak Lawu. Sumber: Googleearth 2014 Gambar 5 Peta jalur pendakian Cemoro Kandang

5.2 Karakteristik Pendaki di Wana Wisata Puncak Lawu

Karakteristik pendaki di Jalur Pendakian Cemoro Kandang Wana Wisata Puncak Lawu dijelaskan berdasarkan karakteristik responden yang diteliti. Karakteristik responden yang diteliti yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat usia, jenis pekerjaan, dan pendapatan. Jumlah responden yang diteliti karakteristiknya pada penelitian ini berjumlah 80 orang. Tabel 4 menunjukkan data karakteristik responden di jalur pendakian Cemoro Kandang. Tabel 4 Karakteristik responden di jalur pendakian Cemoro Kandang No Kategori Jumlah orang Presentase persen 1 Jenis kelamin a. Laki-laki 63 78.75 b. Perempuan 17 21.25 2 Tingkat pendidikan a. SD 3 3.75 b. SMP 3 3.75 c. SMA 26 32.50 d. Diploma 14 17.50 e. S1 24 30.00 f. S2 2 2.50 3 Usia a. 18 tahun - 28 tahun 51 63.75 b. 29 tahun - 39 tahun 21 26.25 c. 40 tahun - 50 tahun 8 10.00 4 Pekerjaan a. MahasiswaPelajar 27 33.75 b. Wiraswasta 19 23.75 c. Pegawai Swasta 11 13.75 d. PNS 11 13.75 e. Pegawai BUMN 7 8.75 f. TNIPOLRI 5 6.25 5 Pendapatan a. Kurang dari Rp 1 juta 19 23.75 b. Rp 1 000 001.00 sampai Rp 1 500 000.00 14 17.50 c. Rp 1 500 001.00 sampai Rp 2 500 000.00 20 25.00 d. Rp 2 500 001.00 sampai Rp 3 500 000.00 9 11.25 e. Lebih dari Rp 3 500 000.00 18 22.50 Sumber : Hasil olahan data primer 2014 Berdasarkan data karakteristik responden yang diperoleh pada Tabel 4, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 78.75 persen dari total responden. Hal ini menunjukkan bahwa wisata pendakian gunung di Wana Wisata Puncak Lawu lebih banyak digemari oleh laki-laki daripada wanita. Tingkat pendidikan pendaki yang menjadi responden pada penelitian ini dikategorikan dari jenjang pendidikan formal yang dilalui. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal responden maka semakin baik tingkat pengetahuan responden terhadap pentingnya kualitas lingkungan, sehingga hasil nilai WTP yang didapatkan akan lebih besar. Mayoritas tingkat pendidikan responden pada penelitian ini adalah SMA dan S1. Berdasarkan penggolongan tingkat pendidikan, maka dapat disimpukan tingkat pendidikan responden cukup tinggi. Usia responden pada penelitian ini berkisar dari 18 tahun sampai 50 tahun. Responden yang berusia 18 tahun sampai 28 tahun berjumlah 51 orang dari total 80 responden atau 63.75 persen. Hal ini menunjukkan mayoritas responden tergolong masih muda, yaitu berusia 18 tahun sampai 28 tahun. Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini beragam, namun mayoritas responden merupakan mahasiswapelajar yaitu sebanyak 27 responden atau 33.75 persen dari total responden, sedangkan 23.75 persen dari total responden merupakan wiraswasta. Sebanyak 13.75 persen bekerja sebagai pegawai swasta dan 8.75 persen bekerja sebagai pegawai BUMN. Jenis pekerjaan yang beragam menyebabkan pendapatan responden pada penelitian ini juga bervariasi. Pendapatan adalah rata-rata total pendapatan responden setiap bulan. Pendapatan mempengaruhi kesediaan membayar responden untuk pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Semakin besar pendapatan responden maka semakin kecil presentase proporsi nilai WTP yang dikeluarkan oleh responden terhadap pendapatan responden, Tingkat pendapatan responden pada penelitian ini sangat bervariasi, yaitu kurang dari Rp 1 000 000.00 sampai lebih dari Rp 3 500 000.00.

5.3 Kondisi Lingkungan dan Pola Pendakian

Pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas pendakian. Hasil pengamatan menunjukkan keadaan dimana pada lokasi penelitian terdapat banyak sampah yang dibuang oleh pendaki di sekitar jalur pendakian. Hasil pengamatan juga menunjukkan adanya kerusakan vegetasi akibat penebangan pohonranting oleh pendaki Lampiran 7. Potensi kebakaran hutan akibat kelalaian pendaki dalam mematikan sisa api unggun dan perilaku pendaki dalam membuang puntung rokok di sekitar jalur pendakian juga menjadi ancaman bagi keberlanjutan wisata di Wana Wisata Puncak Lawu. Kondisi lingkungan di sekitar jalur pendakian Cemoro Kandang Wana Wisata Puncak Lawu relatif kotor karena sampah yang dibuang oleh pendaki. Tumpukan sampah juga terlihat di beberapa titik seperti di sekitar pos pendakian Lampiran 7. Hasil survei kepada 80 responden selama penelitian pada bulan Maret sampai bulan Mei 2014 menunjukkan bahwa sebanyak 54 orang 67.50 persen pernah membuang sampah di sekitar jalur pendakian Cemoro Kandang, sedangkan 26 orang 32.50 persen tidak pernah membuang sampah di sekitar jalur pendakian. Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sampah yang paling banyak dibuang di jalur pendakian Cemoro Kandang adalah sampah bungkus mie instanmakanan ringan. Tabel 5 menunjukkan jenis dan jumlah sampah yang dibuang oleh 80 responden di jalur pendakian Cemoro Kandang pada bulan Maret sampai Mei 2014. Tabel 5 Jenis sampah yang dibuang di jalur pendakian Cemoro Kandang pada bulan Maret-Mei 2014 No Jenis Sampah Jumlah bungkusbotol Persentase persen 1 Bungkus mie instan makanan ringan 117 29.85 2 Botol air mineral soft drink 59 15.05 3 Kantong plastik 67 17.09 4 Bungkus tisu 10 2.55 5 Bungkus permen 60 15.31 6 Bungkus rokok 52 13.26 7 Sachet minumanmadu 27 6.89 Total 392 100 Sumber : Hasil olahan data primer 2014 Penebangan rantingpohon oleh pendaki dan kelalaian pendaki dalam membuat api unggun juga menjadi ancaman bagi kelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. Hasil survei terhadap 80 responden selama bulan Maret sampai Mei 2014 menunjukkan bahwa sebanyak 43 orang 53.75 persen pernah membuat api unggun di sekitar jalur pendakian Cemoro Kandang dan sebanyak 37 orang 46.25 persen tidak pernah membuat api unggun di sekitar jalur pendakian Cemoro Kandang. Hasil survei dengan pendaki sebagai responden juga menunjukkan sebanyak 42 orang 52.50 persen pernah menebang rantingpohon dan 38 orang 47.25 persen tidak pernah menebang rantingpohon. Penebangan pohonranting oleh pendaki sebagian besar digunakan untuk membuat api unggun, yaitu sebanyak 126 ranting 64.61 persen. Tabel 6 menunjukkan jumlah penebangan rantingpohon oleh 80 responden pada bulan Maret sampai Mei 2014. Tabel 6 Penebangan rantingpohon di jalur pendakian Cemoro Kandang pada bulan Maret-Mei 2014 No Alasan penebangan rantingpohon Jumlah batang Persentase persen 1 Membuat api unggun 126 64.61 2 Mendirikan tendabivak 36 18.46 3 Alat bantu mendaki 27 13.85 4 Membuat tandu 2 1.03 5 Alat bantu evakuasi rescue 4 2.05 Total 195 100 Sumber : Hasil olahan data primer 2014 Berdasarkan Pasal 50 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pendaki sebenarnya dilarang melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan, membakar hutan, membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong atau membelah pohon di dalam hutan dan dilarang membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan. Pengelola dan Kesatuan Pemangku Hutan KPH juga menghimbau pendaki untuk tidak melakukan penebangan rantingpohon di jalur pendakian Cemoro Kandang, namun kondisi di lapangan menunjukkan masih terjadi penebangan rantingpohon oleh pendaki.