Latar Belakang Analisis Willingness to Pay Pendaki terhadap Pelestarian Jalur Pendakian Cemoro Kandang di Wana Wisata Puncak Lawu, Jawa Tengah

2. Mengestimasi besarnya nilai Willingness to Pay WTP maksimum pendaki terhadap pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang di Wana Wisata Puncak Lawu dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan khasanah keilmuan bagi akademisi dan peneliti ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. 2. Memberikan rekomendasi bagi pengelola Wana Wisata Puncak Lawu jalur pendakian Cemoro Kandang dalam mengambil kebijakan terkait retribusi yang mencakup biaya pelestarian lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang. 3. Sebagai informasi bagi stakeholder-stakeholder terkait dalam mengambil kebijakan pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang di Wana Wisata Puncak Lawu .

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian bertujuan untuk mengetahui batas penelitian. Penelitian dilakukan di jalur pendakian Cemoro Kandang Wana Wisata Puncak Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Responden adalah pendaki yang melakukan pendakian di jalur pendakian Cemoro Kandang Wana Wisata Puncak Lawu. Aspek yang diteliti pada penelitian ini adalah persepsi pendaki terhadap kualitas lingkungan di jalur pendakian Cemoro Kandang, Willingness to Pay WTP maksimum pendaki terhadap pelestarian lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar WTP maksimum pendaki terhadap pelestarian lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang. WTP pendaki terhadap pelestarian lingkungan jalur pendakian Cemoro Kandang menjadi rekomendasi bagi pengelola terkait upaya pelestarian jalur pendakian Cemoro Kandang. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pariwisata dan Dampak Pariwisata

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I pasal 1, definisi tentang pariwisata yaitu: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. 3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. 4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Pariwisata adalah perjalanan untuk bersenang-senang Yoeti 2010. Menurut Yoeti 2008, pariwisata telah berkembang menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting dalam suatu negara. Sektor pariwisata akan melebihi sektor migas minyak bumi dan gas alam serta industri lainnya dalam fungsinya sebagai sumber pendapatan negara jika dikembangkan secara berencana dan terpadu. Pariwisata juga mampu mempercepat proses pembangunan nasional. Peran pariwisata dalam pembangunan nasional antara lain: 1. Meningkatkan perolehan devisa negara 2. Memperluas dan mempercepat proses kesempatan usaha 3. Memperluas kesempatan kerja 4. Mempercepat pemerataan pendapatan 5. Meningkatkan penerimaan pajak negara retribusi daerah 6. Meningkatkan pendapatan nasional 7. Memperkuat posisi neraca pembayaran 8. Mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah yang memiliki potensi alam yang terbatas. Selain memberikan dampak positif bagi pembangunan nasional, pengembangan pariwisata juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan hidup. Dampak-dampak negatif pariwisata bagi lingkungan hidup tersebut antara lain: 1. Pembuangan sampah sembarangan oleh wisatawan yang membuat bau tidak sedap di kawasan wisata 2. Pembuangan limbah yang merusak ekosistem alam seperti sungai, danau atau laut 3. Kerusakan terumbu karang yang mengakibatkan hilangnya daya tarik wisata 4. Perambahan hutan yang merusak habitat fauna yang mengakibatkan hilangnya daya tarik wisata alam 5. Perusakan sumber-sumber hayati yang tidak terkendali

2.2 Konsep Ekowisata, Wisata Alam, dan Wisata Minat Khusus

Pendakian Gunung Menurut The Ecotourism Society 1990 dalam Fandeli et al. 2000, ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan, serta melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Menurut Black 1999 dalam Fandeli et al. 2000, ekowisata adalah wisata yang berbasis pada alam dengan mengikuti aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alam serta budaya masyarakat setempat dengan pengelolaan kelestarian ekologis, sedangkan pengertian wisata alam menurut Panitia Lokakarya Wana Wisata Perum Perhutani 1987 adalah bentuk pariwisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan ekosistemnya. Perbedaan ekowisata dengan wisata alam terletak pada adanya konsep pendidikan konservasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat setempat yang melekat pada ekowisata. Pada wisata alam, potensi sumberdaya dan ekosistemnya baik secara asli alami maupun perpaduan hasil kemasan dimanfaatkan untuk wisata dan menjadi daya tarik bagi wisata alam itu sendiri Panitia Lokakarya Wana Wisata Perum Perhutani 1986. Bentuk kegiatan wisata pada wisata alam identik dengan pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan Suswantoro 1997, sehingga wisata alam harus dibangun secara baik dan memberikan nilai tambah bagi fungsi obyek wisata tersebut Hayati 2012. Salah satu wisata alam yang ada di Indonesia adalah wisata minat khusus pendakian gunung. Wisata minat khusus special interest tourism merupakan bentuk kegiatan wisata secara individu, berkelompok atau rombongan kecil yang bertujuan untuk belajar dan berupaya mendapatkan sesuatu hal yang baru dari daerah yang dikunjungi Fandeli 2002. Pengunjung wisata minat khusus pada umumnya merupakan wisatawan kelompok umur tertentu dan memiliki konsumen tersendiri. Wisata pendakian gunung termasuk sebagai salah satu wisata minat khusus tersebut Nepal dan Chipeniuk 2005. Wisata pendakian gunung termasuk dalam jenis wisata petualangan adventure tourism yang ditawarkan oleh wisata berbasis pegunungan mountain tourism. Konsep dari wisata gunung yaitu wisata yang mengacu kepada kegiatan pariwisata yang dilakukan di daerah pegunungan secara berkelanjutan, mencakup kegiatan wisata seperti tracking, mendaki gunung, arung jeram, wisata budaya dan ziarah Kruk et al. 2007. Wisata berbasis pegunungan seperti mendaki gunung memang masih menjadi pilihan kedua setelah wisata kepulauan dan pesisir pantai, namun potensi wisata yang dimiliki oleh pegunungan menjadikan wisata berbasis pegunungan patut diperhitungkan sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Charters dan Saxon 2007. Menurut Charters dan Saxon 2007, kegiatan berbasis gunung seperti mendaki gunung hiking and walking dan berkemah mempunyai dampak negatif pada kelestarian ekosistem jika tidak dikelola dan dipantau dengan baik.

2.3 Pengelolaan Wana Wisata

Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara yang mengelola, mengusahakan dan melindungi kawasan hutan di wilayahnya juga memiliki wewenang dalam pengusahaan dan pengelolaan wisata alam di dalam kawasan hutan lindung atau hutan produksi. Wisata alam yang dikelola oleh Perum Perhutani dan berlokasi di hutan lindung atau hutan produksi ini disebut sebagai wana wisata Suryanti 1987.