tempuh menggunakan transportasi sungai ini sangat relatif karena tergantung pada kondisi aliran air sungai sehingga waktu tempuh relatif lebih lama.
4.2.3 Kependudukan
Menurut data dari Kecamatan Bahau Hulu yang berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik per Juni 2010 Desa Long Alango, jumlah penduduk di desa
ini adalah 558 jiwa dengan 296 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 262 jiwa berjenis kelamin perempuan.
Masyarakat di Desa Long Alango merupakan Suku Dayak Kenyah dan merupakan kelompok anak suku Leppo’ Maut. Meskipun telah ada sistem
pemerintahan desa, namun di desa ini juga masih berlaku pemerintahan berdasarkan adat. Setiap desa di dalam wilayah adat ini memiliki ketua adat desa.
Ketua adat dari enam desa di wilayah adat ini diketuai oleh kepala adat besar wilayah adat. Dengan kedudukannya sebagai pusat wilayah adat Bahau Hulu,
maka di desa ini terdapat ketua adat desa dan Kepala Adat Besar Wilayah Adat Bahau Hulu.
Sebagian besar mayarakat Desa Long Alango memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar dan hanya sedikit sekali yang bertingkat pendidikan diploma dan
sarjana. Di desa ini mayoritas agama yang dianut adalah Kristen Protestan yang masuk sejak tahun 1957. Mayoritas penduduk bermatapencaharian sebagai petani
dan setiap kepala keluarga memiliki lahan pertanian untuk diolah.
4.2.4 Fasilitas
Fasilitas publik yang terdapat di Desa Long Alango ini antara lain SD dan SMP negeri, gereja, Balai Pertemuan Umum BPU, kantor desa, dan Puskesmas.
Saat pengambilan data dilaksanakan, BPU yang baru sedang dalam proses penyelesaian. Di desa ini fasilitas listrik hanya ada antara pukul 18.00 sampai
dengan pukul 10.00 waktu setempat. Ha ini dikarenakan tenaga listrik hanya diperoleh dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro yang dipasok dari salah
satu aliran sungai di Long Alango, yaitu Sungai Arai. Keterbatasan aliran air dan peralatan menyebabkan pembangkit listrik ini tidak bisa dimanfaatkan sepanjang
hari agar pemanfaatan alat lebih tahan lama. Selain itu pada pagi sampai sore hari
masyarakat jarang beraktivitas di rumah yang membutuhkan tenaga listrik sehingga listrik dimatikan oleh petugas pembangkit listrik pada pagi hari.
Masyarakat desa Long Alango memanfaatkan aliran sungai Arai untuk kebutuhan sehari-hari. Aliran sungai ini dialirkan ke rumah-rumah masyarakat.
Sementara itu untuk fasilitas komunikasi, sinyal telepon seluler hanya ada saat listrik menyala dan sinyal telepon seluler tersebut hanya dapat digunakan dengan
jumlah orang yang terbatas. Semakin banyak pengguna telepon seluler pada suatu waktu, maka koneksi telepon akan semakin susah.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perburuan Satwa Liar oleh Suku Dayak Kenyah
5.1.1 Motivasi Berburu
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden baik informan kunci maupun responden pelaku berburu sebagai penelusuran data lebih dalam, kegiatan
berburu dalam kehidupan sehari- hari masyarakat suku Dayak Kenyah, Leppo’
Maut, pada dasarnya bukan merupakan kegiatan utama. Berburu merupakan kegiatan sampingan setelah mata pencaharian utama mereka sebagai petani.
Meskipun berburu bukan merupakan kegiatan utama, berburu menjadi salah satu kegiatan penting dalam kehidupan suku Dayak Kenyah. Hal ini dikarenakan
daging hasil buruan merupakan sumber protein hewani utama untuk mereka. Sesuai dengan penyataaan dari Moran 1982 dan Eghenter dan Sellato 1999
bahwa di daerah tropis, berburu merupakan salah satu kegiatan penting dan bentuk gambaran dari penyesuaian diri manusia terhadap sumberdaya alam demi
subsistensi. Pada zaman dahulu, motivasi utama masyarakat Dayak saat berburu benar-
benar dilakukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani untuk keluarga mereka. Saat mereka pergi berburu dan membawa pulang hasil buruan yang
banyak, mereka akan membagikan daging tersebut kepada orang-orang terdekat, baik saudara maupun tetangga, secara sukarela. Membagikan hasil buruan kepada
orang terdekat seperti ini merupakan kebiasaan yang telah turun temurun dari nenek moyang. Menurut penjelasan Devung 1998 jika ada mayarakat yang
melanggar kebiasaan membagikan hasil buruan ini, maka dianggap sebagai orang yang kikir.
Akan tetapi saat ini, motivasi berburu telah sedikit berubah. Selain untuk konsumsi pemenuhan kebutuhan protein bagi keluarga mereka, berburu juga telah
menjadi salah satu sumber pendapatan rumah tangga. Dari hasil ini mulai ada perbedaan jika dibandingkan dengan kegiatan perburuan pada penelitian-
penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian Devung di wilayah Sungai Bahau yang dipublikasikan pada 1998, tidak laporkan adanya kegiatan penjualan daging