Jenis satwa buruan utama dan status perlindungan

Gambar 19 Minyak Babi.

5.1.4 Jenis satwa buruan utama dan status perlindungan

Sebagai sumber pemenuhan kebutuhan protein utama masyarakat, maka saat berburu para pemburu mengutamakan menangkap satwa yang memiliki daging banyak dan memiliki rasa yang enak. Jenis ini banyak diperoleh dari mamalia. Babi berjenggot Sus barbatus merupakan satwa buruan utama dan paling disukai bagi masyarakat Dayak Kenyah. Hal ini sesuai pernyataan Sutedja 2005 dan Puri 1999 bahwa babi merupakan satwa kesukaan Suku Dayak dan spesies yang paling banyak diburu. Dalam setiap perburuan, satwa ini menjadi tujuan utama para pemburu. Selain babi berjenggot, jenis mamalia lain yang menjadi buruan adalah rusa sambar Cervus unicolor, kijang Muntiacus muntjak dan pelanduk kancil Traggulus javanicus. Walaupun semua satwa yang ditemui bisa saja ditangkap namun yang menjadi buruan utama adalah mamalia dari ordo Ungulata tersebut. Satwa liar selain buruan utama tersebut hanya menjadi buruan sampingan jika sudah benar-benar tidak mendapat hasil buruan atau tidak bertemu dengan satwa buruan yang diinginkan sementara pemburu harus segera pulang. Status perlindungan berdasarkan IUCN International Union for Conservation of Nature memiliki beberapa kategori. Kategori tersebut antara lain Vulnerable VU, Near Threatened NT dan Least Concern LC. Vulnerable diterapkan pada takson yang tidak termasuk dalam kategori Critically Endangered CR atau Endangered EN namun mengalami resiko kepunahan yang tinggi di alam dalam waktu dekat sehingga dapat digolongkan dalam Extinct in the wild EW. Suatu takson disebut Near Threatened setelah penilaian yang dilakukan tidak sesuai dengan criteria CR, E, atau VU pada masa sekarang tetapi lebih dekat untuk mengelompokkannya pada suatu kategori terancam di masa dekat mendatang. Sedangkan suatu takson disebut Least Concern setelah penilaian yang dilakukan tidak sesuai dengan CE, E, atau VU dan NT pada masa sekarang. Selain status perlindungan berdasarkan IUCN, juga dikategorikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan tumbuhan dan satwa. Tabel 4 Jenis satwa buruan utama dan status perlindungannya No Jenis Satwa Liar Status Perlindungan IUCN PP No. 7 Tahun 1999 1 Babi berjenggot Sus barbatus VU - 2 Rusa sambar Cervus unicolor VU √ 3 Kijang Muntiacus muntjak LC √ 4 Pelanduk kancil Tragulus javanicus DD √ Berdasarkan status perlindungan diatas Tabel 4 dapat dilihat bahwa satwa buruan utama dan paling disukai oleh masyarakat Dayak Kenyah yaitu babi berjenggot memilik status Vulnerable. Dengan kategori ini berarti bahwa babi berjenggot menghadapi resiko kepunahan di alam liar. Namun demikian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan tumbuhan dan satwa, babi berjenggot tidak termasuk dalam daftar satwa liar yang dilindungi oleh pemerintah. Rusa sambar memiliki status perlindungan yang sama dengan babi berjenggot yaitu Vulnerable. Sementara itu, berdasarkan status perlindungan IUCN kijang memiliki status Least Concern. Dengan kategori berarti bahwa saat ini kijang memiliki resiko rendah terhadap kepunahan dan mendapat perhatian paling rendah. Pelanduk kancil berdasarkan status perlindungan IUCN termasuk ke dalam Data Deficient. Hal ini berarti bahwa dalam evaluasi dan penetapan risiko kepunahannya baik secara langsung maupun tidak langsung terdapat kekurangan datainformasi mengenai distribusi danatau status populasinya sehingga belum diketahui dengan pasti keterancamannya di alam. Berdasarkan peraturan pemerintah, baik rusa sambar, kijang maupun pelanduk kancil termasuk ke dalam satwa liar yang dilindungi oleh pemerintah. Berdasarkan aturan adat, terdapat beberapa jenis satwa liar yang dilarang untuk dibunuh dan diburu. Peraturan adat ini berdasarkan mitos nenek moyang yang telah turun temurun dan terus dipraktikkan sampai saat ini. Satwa liar yang dilarang dibunuh dan diburu berdasarkan aturan adat adalah buaya Crocodylus porosus dan ular kobra Ophiophagus hannah. Satwa ini dilarang dibunuh karena berdasarkan mitos satwa ini merupakan jelmaan dari nenek moyang sehingga masyarakat dilarang mengganggu dan bahkan membunuhnya. Untuk burung rangkong badak dan rangkong gading, perburuan satwa ini mulai dibatasi jumlahnya karena kekhawatiran akan kepunahan.

5.1.5 Kearifan Lokal Pengetahuan Berburu