BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Taman Nasional Kayan Mentarang
4.1.1 Sejarah Kawasan
Kayan Mentarang awalnya ditunjuk sebagai cagar alam seluas 1,6 juta hektar berdasarkan SK No. 84 KptsUmII25 November 1980, mengingat
tingginya keanekaragaman hayati di lokasi tersebut. Pada tahun 1989, PHPA, LIPI serta WWF Indonesian Programme menandatangani MoU untuk memulai proyek
kerjasama penelitian dan pengembangan untuk Kayan Mentarang yang bertujuan untuk mengembangkan sistem pengelolaan yang mengintegrasikan konservasi
dengan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar cagar alam. Dengan statusnya sebagai cagar alam
maka terdapat hambatan secara hukum bagi mayarakat adat untuk melanjutkan cara hidup trsdisional mereka yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Pada tahun 1992, WWF mengusulkan perubahan status Kayan Mentarang menjadi taman nasional mengingat status taman nasional memungkinkan
pemanfaatan sumberdaya alam secara tradisional di zona yang telah ditentukan. Departemen Kehutanan membentuk tim unutk mengevaluasi rekomendasi WWF
tersebut. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1996, Menteri Kehutanan menyetujui dan menunjuk Kayan Mentarang sebagai taman nasional melalui SK Menteri
Kehutanan no. 631Kpts-II1996. Melalui keputusan ini pemerintah Indonesia memberi hak secara khusus bagi masyarakat adat untuk memanfaatkan
sumberdaya alam secara tradisional di zona taman nasional yang telah ditunjuk Tim Penyusun 2002a.
4.1.2 Letak dan Luas
Taman Nasional Kayan Mentarang TNKM berada pada posisi diantara 2
O
LU dan 4
O
LU dari khatulistiwa. Taman nasional ini memiliki luas wilayah lebih kurang 1.360.500 hektar yang terletak di Kabupaten Nunukan dan
Kabupaten Malinau, Propinsi Kalimantan Timur. TNKM berbentuk panjang dan
menyempit, dan mengikuti batas internasional dengan negara bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Tim Penyusun 2002b.
4.1.3 Iklim
Berdasarkan sistem Koppen, iklim bagian kawasan taman nasional yang memiliki elevasi rendah diklasifikasikan sebagai tipe A atau iklim tropis hujan
tanpa musim kemarau serta suhu tinggi disepanjang tahun. Sementara itu di daerah elevasi tinggi diperkirakan memiliki iklim C atau iklim temperatur hangat
dengan hujan tanpa musim kemarau. Secara keseluruhan wilayah taman nasional termasuk tipe A atau agroklimatik paling basah di Indonesia sehingga iklim
tersebut terlalu basah dan berawan untuk pertumbuhan tanaman pertanian Tim Penyusun 2002b.
Penyebaran curah hujan di dalam taman nasional sangat kompleks. Daerah paling kering terdapat di pedalaman dan lembah-lembah di sepanjang hulu Sungai
Kayan dengan curah hujan kurang dari 2500 mmtahun. Sedangkan di daerah lain di dalam kawasan tersebut curah hujan berkisar antara 3000-4000 mmtahun.
Secara umum dari bagian barat ke bagian timur kawasan, curah hujannya makin berkurang Tim Penyusun 2002b.
Keadaan angin di wilayah ini relatif kecil dan tidak terpengaruh oleh topan tropis karena lokasinya berdekatan dengan garis khatulistiwa. Pada daerah yang
berbukit biasanya tertutup awan hampir sepanjang tahun sehingga jumlah radiasi matahari untuk fotosintesis berkurang.
4.1.4 Hidrologi