menyempit, dan mengikuti batas internasional dengan negara bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Tim Penyusun 2002b.
4.1.3 Iklim
Berdasarkan sistem Koppen, iklim bagian kawasan taman nasional yang memiliki elevasi rendah diklasifikasikan sebagai tipe A atau iklim tropis hujan
tanpa musim kemarau serta suhu tinggi disepanjang tahun. Sementara itu di daerah elevasi tinggi diperkirakan memiliki iklim C atau iklim temperatur hangat
dengan hujan tanpa musim kemarau. Secara keseluruhan wilayah taman nasional termasuk tipe A atau agroklimatik paling basah di Indonesia sehingga iklim
tersebut terlalu basah dan berawan untuk pertumbuhan tanaman pertanian Tim Penyusun 2002b.
Penyebaran curah hujan di dalam taman nasional sangat kompleks. Daerah paling kering terdapat di pedalaman dan lembah-lembah di sepanjang hulu Sungai
Kayan dengan curah hujan kurang dari 2500 mmtahun. Sedangkan di daerah lain di dalam kawasan tersebut curah hujan berkisar antara 3000-4000 mmtahun.
Secara umum dari bagian barat ke bagian timur kawasan, curah hujannya makin berkurang Tim Penyusun 2002b.
Keadaan angin di wilayah ini relatif kecil dan tidak terpengaruh oleh topan tropis karena lokasinya berdekatan dengan garis khatulistiwa. Pada daerah yang
berbukit biasanya tertutup awan hampir sepanjang tahun sehingga jumlah radiasi matahari untuk fotosintesis berkurang.
4.1.4 Hidrologi
TNKM merupakan daerah tangkapan air bagi tiga sungai besar di Kalimantan Timur yaitu Sungai Kayan, Sungai Sesayap dan Sungai Sembakung.
Sumber air untuk Sungai Kayan terletak berdekatan dengan batas taman nasional bagian selatan dan salah satu anak sungainya, yaitu Sungai Bahau, mengalir
melalui taman nasional. Pegunungan yang berada di bagian tengah dan utara kawasan merupakan sumber air untuk Sungai Mentarang dan Sungai Tubu yang
keduanya merupakan anak sungai dari Sungai Sesayap Tim Penyusun 2002b.
Puncak aliran permukaan sungai terbesar terjadi pada bulan November, Desember dan Mei. Sementara itu aliran permukaan terendah terjadi pada bulan
Juni sampai dengan September. Volume aliran dan tinggi air sungai naik dan turun dengan cepat tergantung dari tingkat kekeringan dan curah hujan yang
terjadi pada bagian hulu sungai di kawasan Tim Penyusun 2002b.
4.1.5 Topografi
Taman Nasional Kayan Mentarang terletak di punggung pegungungan yang membentang dari timur ke barat sepanjang perbatasan Malaysia-Indonesia.
Taman nasional ini berada pada ketinggian 300-2500 mdpl. Kemiringan lereng di kawasan ini umunnya lebih dari 40. Secara geomorfologis ada dua bagian
kawasan taman nasional yang menarik. Di wilayah kecamatan Long Pujungan terdapat formasi endapan yang tertutup dengan lapisan vulkanik dasar. Di sebelah
utara wilayah kecamatan Krayan, merupakan dataran tinggi 1000-11000 yang memiliki strata endapan yang sama seperti Long Pujungan tetapi tidak tertutupi
oleh lapisan batuan vulkanik.
4.1.6 Potensi Flora
Di dalam kawasan taman nasional terdapat beberapa tipe hutan, dari hutan pegunungan dataran rendah sampai hutan kerangas. Pada hutan pegunungan
dataran rendah, tumbuhan didominasi oleh famili Dipterocapaceae. Salah satu sifat hutan di Kalimantan adalah fenomena panen raya, yaitu famili
Dipterocarpaceae berbuah pada saat yang sama. Berdasarkan penelitian Puri 1999 fenomena ini terjadi antar bulan Juli dan November. Perkecambahan biji
yang terjadi secara bersamaan ini membanjiri satwa pemangsa dan membantu kelangsungan hidup sebagian anakan pohon. Dengan fenomena ini secara
bergantian Babi hutan dan satwa pemakan buah lainnya mengikuti kejadian tersebut sehingga melakukan migrasi dan akhirnya menjadi kebiasaan. Pohon Ara
dari genus Ficus kemungkinan besar adalah jenis makanan utama dan penting bagi kelangsungan hidup satwa di hutan.
Pada hutan pegunungan rendah yang meliputi 40 kawasan TNKM, famili tumbuhan terpenting adalah Myrtaceae, Fagaceae, Lauraceae, dan
Guttiferae. Beberapa jenis konifer khususnya Agathis borneensis merupakan jenis dominan di punggungan gunung. Sementara itu di hutan pegunungan tinggi famili
yang paling penting adalah Myrtaceae dan Fagaceae sera semak Ericaceae. Padang rumput di TNKM terdapat di hulu Sungai Bahau yaitu di utara
desa Apau Ping dan di hulu Sungai Iwan. Padang rumput ini kemungkinan terjadi akibat perladangan secara periodik oleh masyarakat setempat dengan melakukan
pembakaran berkali-kali. Munculnya padang rumput dan semak ini menarik kehadiran satwa-satwa besar seperti Banteng dan Kijang sehingga memungkinkan
kegiatan perburuan. Untuk di hutan kerangas, vegetasi bervariasi dari pohon sampai semak terbuka. Pohon dari genus Agathis merupakan jenis yang umum
dalam komunitas kerangas. Pada hutan riparian atau tepian sungai, umumnya dapat mencerminkan komposisi jenis yang terdapat pada hutan di pedalaman.
4.1.7 Potensi Fauna