Upaya penangkapan ikan kurisi di Teluk Banten Tangkapan per satuan upaya TPSU ikan kurisi di Teluk Banten

55 musim banyak ikan kurisi di daerah penangkapan yang dikehendaki akan tetapi gelombang laut tinggi sehingga nelayan tidak melaut dan menyebabkan jumlah hasil tangkapan ikan kurisi berkurang. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2005-2007 dikarenakan sumberdaya tersebut sudah mulai pulih kembali sehingga produksi ikan kurisi meningkat. Peningkatan hasil tangkapan juga dapat disebabkan oleh upaya penangkapan yang meningkat sehingga daerah penangkapanpun meluas. Menurut Widodo Suadi 2006, laju produksi sangat bervariasi karena faktor fluktuasi lingkungan, pemangsaan dan berbagai interaksi dengan populasi yang lain. Pada umumnya, produksi menurun pada tingkat ukuran populasi rendah maupun tinggi. Fluktuasi hasil tangkapan terjadi dikarenakan faktor lingkungan, ekonomi dan nelayan. Faktor lingkungan merupakan faktor umum yang mempengaruhi hasil tangkapan ikan kurisi karena lingkungan memberikan pengaruh yang langsung terhadap ikan kurisi. Contohnya, jika keadaan lingkungan perairan yang buruk maka akan mempengaruhi kisaran ukuran ikan yang tertangkap dalam kaitannya dengan ketersediaan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan ikan Komara 1983 in Broho Sari 2002. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan ikan kurisi adalah jenis substrat, ketersediaan makanan dan pemangsaan.

4.2.2. Upaya penangkapan ikan kurisi di Teluk Banten

Upaya penangkapan merupakan masukan dari kegiatan penangkapan. Upaya penangkapan ikan kurisi di Teluk Banten terdiri dari 8 macam upaya yang berbeda dogol, payang, bagan tancap, bagan apung, sero, jaring rampus, pancing dan gillnet. Ikan kurisi merupakan hasil tangkapan utama bagi alat tangkap dogol sedangkan pada alat tangkap lainnya merupakan hasil tangkapan sampingan by cacth. Hasil tangkapan dari dogol, payang, bagan tancap, bagan apung, sero, jaring rampus, pancing dan gillnet tersebar di Teluk Banten yang menggunakan perahu motor yang kapasitas 6 GT dengan operasi penangkapan selama satu hari. Upaya penangkapan ikan kurisi di PPN Karangantu dicatat setiap harinya dalam satuan trip perjalanan. Upaya penangkapan ikan kurisi tahunan dapat dilihat pada Gambar 7. Upaya penangkapan ikan kurisi mengalami peningkatan dan penurunan pada setiap tahunnya. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan 56 ekonomi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah cuaca atau musim yang mempengaruhi operasi penangkapan ikan. Faktor ekonomi, seperti kecenderungan nelayan dalam memperhitungkan untungruginya dalam melakukan operasi penangkapan ikan sehingga upaya penangkapan terkadang mengalami peningkatan dan terkadang mengalami penurunan. Apabila dibandingkan antara hasil tangkapan ikan kurisi Gambar 6 dengan upaya penangkapan Gambar 7, maka dapat dilihat fluktuasi cenderung berbeda, seperti pada tahun 2009 dimana hasil tangkapan menurun hingga mencapai titik terendah 83.4090 ton, sementara upaya penangkapan meningkat. Hubungan yang berbanding terbalik antara hasil tangkapan dan upaya penangkapan disebabkan oleh upaya penangkapan yang menyebabkan menurunnya produksi ikan sehingga kelimpahannya diperairanpun berkurang.

4.2.3. Tangkapan per satuan upaya TPSU ikan kurisi di Teluk Banten

Masing-masing alat tangkap dogol, bagan tancap, bagan apung, payang, sero, pancing, jaring rampus dan gillnet memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangkap ikan kurisi. Maka diperlukan suatu proses standarisasi upaya penangkapan terlebih dahulu sebelum mncari nilai TPSU. Proses untuk mencari nilai upaya penangkapan standar masing-masing dapat dilihat pada lampiran 3. Tangkapan per satuan upaya TPSU menggambarkan suatu kelimpahan ikan di suatu wilayah. Menurut Widodo Suadi 2006, kecenderungan kelimpahan relatif selang beberapa tahun dan dapat diukur dengan menggunakan data hasil tangkapan per satuan upaya atau catch per unit effort CPUE yang diperoleh dari penelitian penarikan contoh. Oleh karena itu, kelimpahan dalam suatu area dapat digambarkan melalui trend CPUE namun dalam hal tertentu CPUE bukan ukuran yang sahih bagi kelimpahan. Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa nilai CPUE ikan kurisi berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 0.17 tontrip sedangkan nilai CPUE yang terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 0.04 tontrip. Peningkatan nilai CPUE, sperti yang terjadi pada tahun 2006 menggambarkan pada masa tersebut kelimpahan ikan kurisi cukup banyak serta merupakan musim penangkapan yang baik bagi nelayan. Nilai CPUE yang rendah, seperti pada tahun 57 2009 disebabkan kelimpahan ikan yang cenderung menurun karena sudah ditangkap pada tahun-tahun sebelumnya.

4.2.4. Model surplus produksi