Perbandingan model produksi surplus

48 Tabel 14. Jumlah hasil tangkapan ton, jumlah upaya penangkapan trip, U t , lnU t+1 , lnU t dan f t+1 +f t perikanan kurisi di Teluk Banten Tahun C t ton f t trip U t Ln U t+1 Ln U t f t +f t+1 2005 116.0940 2124 0.0547 -1.7675 -2.9067 2760 2006 108.5990 636 0.1708 -1.8247 -1.7675 1635 2007 161.1070 999 0.1613 -2.7707 -1.8247 2831 2008 114.7170 1832 0.0626 -3.3371 -2.7707 4179 2009 83.4090 2347 0.0355 0.0000 -3.3371 Diolah dari Ditjen Tangkap DKP 2010 Berikut ini adalah proporsi nilai dan berdasarkan nilai FPI terhadap jenis alat tangkap lain yang digunakan Tabel 15 : Tabel 15. Proporsi nilai dan berdasarkan nilai FPI terhadap jenis alat tangkap lain yang digunakan Alat tangkap Dogol 71.4052 366.5666 Gillnet 5.6852 29.1856 Payang 1.2454 6.3932 Bagan tancap 0.3237 1.6618 Bagan apung 0.3294 1.6908 Pancing 2.7322 14.0258 Sero 10.4718 53.7582 Jaring rampus 4.7664 24.4688 Lain-lain 0.0324 0.1662

4.1.12. Perbandingan model produksi surplus

Berikut ini adalah perbandingan model produksi surplus Schaefer, Fox, Gulland, Pella dan Tomlinson, Schnute, Walter dan Hilborn serta Clarke Yoshimoto Pooley dilihat dari hubungan antara hasil tangkapan dan upaya penangkapan Gambar 9. 49 Keterangan : Schaefer : Fox : Gulland : Pella : W-H : Schnute : CYP Gambar 9. Hubungan antara hasil tangkapan dan upaya penangkapan Berdasarkan Gambar 9, terlihat bahwa hubungan hasil tangkapan dan upaya penangkapan pada model Schaefer, Gulland, Pella dan Tomlinson serta Schnute, membentuk kurva parabola yang memiliki arti bahwa hasil tangkapan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan upaya penangkapan hingga mencapai titik maksimum MSY, kemudian menurun dan hasil tangkapan akan sama dengan nol pada tingkat upaya yang sangat besar. Sedangkan pada model Fox, Walter dan Hilborn serta Clarke Yoshimoto Pooley, hasil tangkapan akan meningkat dengan 50 peningkatan upaya penangkapan dan mencapai titik maksimum MSY kemudian menurun dan hasil tangkapan tidak akan mencapai nol pada tingkat upaya yang sangat besar. Selain hubungan antara hasil tangkapan dan upaya penangkapan, terdapat pula hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan yang terlihat pada Gambar 10. Berdasarkan Gambar 10, terlihat bahwa hubungan CPUE dan upaya penangkapan ikan kurisi di Teluk Banten pada model Schaefer, Gulland dan Pella dan Tomlinson serta Schnute menghasilkan garis lurus yang memiliki arti bahwa setiap kenaikan upaya penangkapan akan menyebabkan penurunan CPUE. Pada model Fox, Walter dan Hilborn serta Clarke Yoshimoto Pooley, hubungan CPUE dan upaya penangkapan tidak menghasilkan garis lurus akan tetapi, menghasilkan garis lengkung yang mendekati nol pada tingkat upaya tinggi tanpa pernah mencapainya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh beberapa model maka didapatkan perbandingan nilai koefisien determinasi, Standar error, F dan VIF sebagai berikut Tabel 16 Dari Tabel 16, dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi dari 7 model produksi surplus yang terbesar adalah model Schnute sebesar 99.61. Sedangkan nilai koefisien determinasi terkecil terdapat pada model Walter dan Hilborn sebesar 42.81. Nilai standar error terkecil terdapat pada model Schaefer sebesar 0.0124 dan nilai standar error terbesar terdapat pada model Walter dan Hilborn sebesar 1.6591. Nilai F terbesar terdapat pada model Schnute sebesar 127.3059 sedangkan yang terkecil pada model Walter dan Hilborn sebesar 0.3743. VIF mengindikasikan ada atau tidak adanya multikolonieritas adanya korelasi yang sangat tinggi antar peubah bebas. Jika nilai VIF 10 maka artinya terjadi multikolonieritas. Berdasarkan tabel 16, terlihat bahwa pada model Schnute dan Walter dan Hilborn memiliki multikolonieritas. Selain terdapat perbandingan nilai koefisien determinasi, standar error, uji F dan VIF, terdapat pula perbandingan antara model produksi surplus dengan data hasil tangkapan aktual. Hasil tangkapan aktual merupakan hasil tangkapan yang sebenarnya yang didapatkan dari data sekunder PPN Karangantu. Perbandingan model produksi surplus dengan data hasil tangkapan aktual terdapat pada Gambar 11. 51 Keterangan : Schaefer : Fox : Gulland : Pella : W-H : Schnute : CYP Gambar 10. Hubungan antara CPUE dan upaya penangkapan 52 50 100 150 200 2005 2006 2007 2008 2009 H a si l ta n g k a p a n to n Tahun Gambar 11. Perbandingan hasil tangkapan aktual dengan model produksi surplus Keterangan : Schaefer : Fox : Gulland : Pella : W-H : Schnute : CYP 50 100 150 200 2005 2006 2007 2008 2009 H a sil ta n g k a p a n to n Tahun 50 100 150 200 2005 2006 2007 2008 2009 H a si l ta n g k a p a n to n Tahun 50 100 150 200 2005 2006 2007 2008 2009 H a sil ta n g k a p a n to n Tahun 50 100 150 200 2005 2006 2007 2008 2009 H a sil ta n g k a p a n to n Tahun 50 100 150 200 2005 2006 2007 2008 2009 H a sil ta n g k a p a n to n Tahun 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2005 2006 2007 2008 2009 H a sil ta n g k a p a n to n Tahun 53 Berdasarkan Gambar 11, terlihat bahwa model Schnute dan Clarke Yoshimoto Pooley memiliki pola yang sama memiliki dengan hasil tangkapan aktual sedangkan model Walter dan Hilborn yang pola yang berbeda dengan hasil tangkapan aktual. Tabel 16. Perbandingan nilai Koefisien determinasi, Standar error, uji F dan VIF Model R 2 Standar error Uji F VIF Schaefer 97.19 0.0124 103.7911 - Fox 96.64 0.1470 86.3024 - Gulland 60.04 0.0530 3.0050 - Pella dan Tomlinson 97.21 0.0123 104.5254 - Walter dan Hilborn 42.81 1.6591 0.3743 35.6000 Schnute 99.61 0.0983 127.3059 2078.8000 Clarke Yoshimoto Pooley 99.15 0.1217 58.3602 1.7000

4.1.13. Pola musim penangkapan ikan kurisi di Teluk Banten