BENTUK-BENTUK PENCURIAN DI LUAR KUHP

B. BENTUK-BENTUK PENCURIAN DI LUAR KUHP

Dalam bagian ini kita akan melihat bentuk-bentuk pencurian yang diatur di luar KUHP, seperti pencurian melalui dunia maya atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Cyber Crime dan Illegal Loging. Dimana unsur-unsur pencurian itu tidak diatur langsung oleh KUHP akan tetapi melalui undang-undang yang lain yang di luar KUHP.

I. PENCURIAN MELALUI DUNIA MAYA CYBER CRIME

Cybercrime merupakan salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa kini yang mendapat perhatian luas di dunia internasional. Volodymyr Golubev menyebutnya sebagai “the new form of antisocial behavior. Beberapa julukansebutan lain yang “cukup keren” diberikan kepada jenis kejahatan baru ini di dalam berbagai tulisan, antara lain, sebagai “kejaqhatan dunia maya” “cyberspacevirtual spaceoffence”, dimensi baru dari “hitech crime”, dimensi baru dari “transnatinal crime”, dan dimensi baru dari “white collar crime”. Bahkan dapat dikatakan sebagai dimensi baru dari “encironmental crime”. Cybercrime merupakan salah satu sisi gelap dari kemajuan teknologi yang mempunyai dampak negatif sangat luas bagi seluruh bidang kehidupan modern saat ini. Kekhawatiran demikian terungkap pula dalam makalah “Cybercrime” yang disampaikan oleh ITAC Information Technology Association of Canada pada “Internasional Information Industry Congress IIIC 2000 Millenium Congress” di Quebec pada tanggal 19 September 2000, yang menyatakan bahwa” Cybercrime is a real and growing threat to economic and social development around the world. Information technology touches every aspect of human life and so can electronically enabled crime.” Sehubungan dengan kekhawatiran akan Universitas Sumatera Utara ancamanbahaya cybercrime ini, karena berkaitan erat dengan dengan economic crimec dan organized crime terutama untuk tujuan money laundering, maka kongres PBB mengenai “The Prevention of Crime and Treatment of Offenders” yang diselenggarakan tiap 5 tahun telah pula membahas masalah ini. Sudah dua kali masalah ini diagendakan yaitu pada Kongres VIII1990 di Havana dan pada Kongres X 2000 di Wina. Dengan memperhatikan perkembangan dua Kongres Internasional tersebut, maka wajar Indonesia pun seyogianya melakukan antisipasi terhadap upaya penanggulangan “Cyber Crime” ini. Pada bulan November 1996, “European Committee on crime Problems” membentuk panitia ahli di bidang Cybercrime yang kemudian disebut dengan “Committee of Experts on Crime in Cyberspace dan berhasil menyusun “Draft Convention on Cybercrime”. Draft Konvensi Cybercrime ini terdiri dari 4 bab: I mengenai peristilahan,II mengenai tindakan-tindakan yang diambil di tingkat nasional domestic negara anggota di bidang Hukum Pidana Materiil dan Hukum Acara, III mengenai Kerja sama Internasional, dan IV ketentuan penutup. Bab “Hukum Pidana Substantif” memuat ketentuan mengenai: Title 1: Offences against the confidentiality, integrity and availability of computer data an systems; Illegal Access: sengaja memasuki mengakses system computer tanpa hak Art.2 Illegal Interception: sengaja dan tanpa hak mendengarmenangkapo secara diam-diam pengiriman tansmisi dan pemancaran emissi data computer yang tidak bersifat public ke, dari atau di dalam system computer dengan menggunakn alat bantu teknis Art.3 Universitas Sumatera Utara Data interference: sengaja dan tanpa hak melakukan perusakan, penghapusan, perubahan atau perubahan data computer Art.4 System Interference: sengaja melakukan gangguan rintangan serius tanpa hak terhadap berfungsinya system komlputer Art.5 Misuse of Devices: penyalahgunaan perlengkapan komputer, termasuk program komputer, password komputer, kode masuk access code – Art.6; Title 2: Computer related offences; Computer related Forgery Art. 7: Pemalsuan dengan sengaja dan tanpa hak memasukkan, mengubah, menghapus data autentik menjadi tidak autentik dengan maksud digunkan sebagai data auntentik; Computer related Fraud Art. 8: Penipuan dengan sengaja dan tanpa hak menyebabkan hilangnya barangkekayaan oranglain dengan cara memasukkan, mengubah, menghapus data komputer, atau dengan mengganggu berfungsinya komputer sistem komputer, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi bagi dirinya sendiri atau orang lain. Title 3: Content related offences; Delik-delik yang berhubungan demngan pornografi anak child pornography, Art. 9, meliputi perbuatan: memproduksi dengan tujuan didistribusikan melalui sistem komputer; menawarkan melalui sistem komputer; mendistribusi atau mengirim melalui sistem komputer; memperoleh melalui sistem komputer; memiliki di dalam sistem komputer atau di dalam media penyimpanan data. Title 4: “Offences related to infringements of copyright and related rights” Art. 10 Title 5: Ancillary liability and sanctions; Universitas Sumatera Utara Attempt and aiding or abetting Art. 11; Corporate liability Art.12; Sanctions and measures Art. 13. Walaupun Indonesia belum melakukan langkah-langkah kebijakan harmonisasi dengan negara-negara lain, khususnya dalam lingkungan AsiaAsean, namun sudah berusaha mengantisipasinya dalam penyusunan Konsep KUHP Baru. Kebijakan sementara yang ditempuh di dalam Konsep 2000 adalah sebagai berikut: Dalam Buku I Ketentuan Umum dibuat ketentuan mengenai: Pengertian “barang” Pasal 174 yang didalamnya termasuk banda tidak berwujud berupa data dan program komputer, jasa telepontelekomunikasijasa komputer; Pengertian “anak kunci” Pasal 178 yang di dalamnyatermasuk kode rahasia, kunci masuk komputer, kartu magnetis, signal yang telah diprogramkan untuk membuka sesuatu; Pengertian “surat” Pasal 188 termasuk data tertulis tersimpan dalam disket, pita magnetis, media penyimpanan komputer, atau penyimpan data elektronik lainnya; Pengertian “ruang” Pasal 189 termasuk bentangan atau terminal komputer yang dapat diakses dengan cara-cara tertentu; Pengertian “masuk” Pasal 190, termasuk mengakses komputer atau masuk ke dalam sistem komputer; Pengertian “jaringan telepon” Pasal 191, termasuk jaringan komputer atau sistem komunikasi komputer. b. Dalam Buku II Tindak Pidana: Dengan dibuatnya ketentuan umum seperti di atas, maka konsep tidakbelum membuat delik khusus untuk cybercrime. Dengan adanya perluasan pengertian dalam Buku I di atas, diharapkan dapat menjaring kasus-kasus cybercrime dengan tetap Universitas Sumatera Utara menggunakan rumusan delik yang ada dalam Buku II. Namun disamping itu, konsep juga mengubah perumusan delik atau menambah delik-delik baru yang berkaitan dengan kemajuan teknologi, dengan harapan dapat juga menjaring kasus-kasus cybercrime, anatara lain: Menyadap pembicaraan di ruangan tertutup dengan alat bantu teknis Pasal 263; Memasang alat bantu teknis untuk tujuan mendengarmerekam pembicaraan Pasal 264; Merekam memilikimenyiarkan gambar dengan alat bantu teknis di ruangan tidak untuk umum Pasal 266; Merusak membuat tidak dapat dipakai bangunan untuk saranaprasarana pelayanan umum antara lain, bangunan telekomunikasi komunikasi lewat satelit komunikasi jarak jauh Pasal 546; Pencucian uang Money Laundering Pasal 641-642[ Universitas Sumatera Utara

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang

Ketertiban dan keamanan dalam masyarakat akan terpelihara bilamana tiap- tiap anggota masyarakat mentaati peratuaran-peraturan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Namun walaupun peraturan-peraturan itu telah dikeluarkan masih ada saja yang melanggarnya, misalnya dalam hal pencurian yaitu mengambil barang yang dimiliki oleh orang lain dan yang bertentangan dengan hukum KUHP Pasal 362. Perkembangan pencurian dewasa ini tidak terlepas dari semakin pesatnya pembangunan di Negara kita ini. Pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, untuk itu pembangunan memerlukan sarana pendukung seperti transportasi, komunikasi dan informasi, tetapi setiap pembangunan memiliki dampak positif dan negatif, adapun dampak negatif dari pembangunan antara lain pencurian, pembunuhan, korupsi dan kemacetan lalu lintas. Pencurian dalam bentuknya yang pokok bentuk pencurian biasa diatur dalam pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Buku II Bab XXII, dalam pasal tersebut memuat batasan dan pengertian pencurian. Pasal 362 KUHP menyatakan : Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh ribu rupiah. Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: Universitas Sumatera Utara