sebuah saran bagi pemeriksa untuk menyatakan rasa tahu menghargai bahwa tersangka adalah manusia seperti pemeriksa juga. Akan tetapi penghargaan yang
diberikan itu jangan pula berkelanjutan sehingga menyebabkan pemeriksa kehilanagan pegangan untuk membimbing tersangka ke arah pengakuan. Menghargai
tersangka sebenarnya hanyalah dipergunakan sebagai umpan belaka, agar pihak tersangka pun akan menaruh perhatian dan memberikan kepercayaannya kepada
pemeriksa.
e. Rasa bersalah
Sebelum ini kita sering membicarakan mengenai tersangka yang berusaha menutup-nutupi kesalahannya dengan melakukan penyangkalan. Dapat pula terjadi
sebaliknya ialah tersangka segera mengakui akan kesalahannya, namun tak mampu kuntuk memberikan penjelasan tentang sebab musabab serta cara ia melakukan
perbuatannya. Golongan ini biasanya adalah mereka yang mengalamikecemasn dan kecemasan itu demikian rupa menekan jiwanya, mengaburkan kesehatn berpikirnya
bahkan menjadi pelupa, atau dengan kata lain tak mampu mengadakan pemusatan pikiran. Tentualah kecemasan itu dirangsang oleh perbuatan yang telah dilakukannya,
diikuti dengan rasa bersalah yang hebat, dan rasa bersalah itulah yng membangkitkan kecemasan. Rasa bersalah itu sebenarnya ditonjolkan oleh sautu instansi jiwa yang
penting yang disebut super ego. Menghadapi tersangka yang mengalami kecemasan sedemikian itu sebaiknya
pemeriksa membimbingnya lebih dahulu kea rah peristiwa-peristiwa yang sama terjadi pada orang lain, untuk menunjukkan bahwa dia bukanlah satu-satunya orang
yang berbuat demikian. Maksudnya adalah sekedar untuk menunjukkan kenyataan hidup dengan itu diharapkan pula agar kecemasan tersangka dapat berkurang. Jika
Universitas Sumatera Utara
pemeriksa melihat bahwa kecemasan tresangka bukanlah kurang bahkan semakin parah, sangat dianjurkan untuk berkonsentrasi dengan pschiater.
Oleh karena itulah, maka pemeriksa yang menghadapi tersangka dengan kondisi sedemikain itu, ia menghadapai tersangka secara yuridis telah melakukan
pelanggaran, tetapi psychologis pemeriksa akan berlaku sebagai asisten psychiater yang menghadapai seorang pasien. Air yang keruh jangan tambah diperkeruh, tapi
berusahalah memberikan kejernihan. Pengakuan yang diberikan oleh tersangka dalam keadaan tenang tentram adalah pengakuan yang dapat dipertanggung jawabkan, baik
secara moral maupun yuridis.
f. Memilih kalimat sopan
Terutama dalam menghadapi kejahatan kesusilaan atau yang dalam bahasa Inggrisnya lebih tegas disebut sebagai sexual crime, maka pemeriksa akan menemui
beberapa hal dimana istilah-istilah porno harus dikemukakan. Walaupun tersangka telah melakukan kejahatan asusila, namun penggunaan istilah-istilah porno tidak
dipergunakan dan menggantikannya dengan istilah lain yang tidak membwa arti langsung tapi harus tidak menghilangkan maksud sebenarnya.
Walaupun demikian, saran untuk tidak menggunakan kalimat-kalimat porno dalam pemeriksaan, adalah saran yang bermanfaat. Tapi ada pula orang dengan watak
humoris yang khusus menggunakan istilah porno, bukan tak mungkin bahwa kalimat- kalimat demikian itu dapat membuat mulut mereka k ears pengakuan. Sejau manakah
pemeriksa dapat menggunkannya, adalah taktik dan teknik pemeriksa yang didasarkan pada pengalamnyalah yang akan menentukan.
Universitas Sumatera Utara
g. Tujuan simpatik para tersangka, dalam hal ia mempersalahkan korbannya