oknum kepolisian yang membacking dan diproses secara undang-undang yang berlaku dan tidak dibawa ke Mahkamah Militer langsung dan ditahan bersama-sama
dengan sipelaku. Tentu saja jika oknum kepolisian turut dalam membacking usaha pencurian memiliki alasan-alasan yaitu merasa kurang dengan apa yang didapatnya
dari pekrjaannya dan dikarenakan adanya pergaulan bebas yang mana pergaulan bebas berarti adanya keinginan untuk memperkaya dan memuaskan diri sendiri.
Tentu akan terasa berat jika penyidik mengetahui bahwa rekan satu profesi di kepolisian turut serta dalam melakukan pencurian atau pun yang membacking usaha
pencurian. Akan tetapi berdasarkan keterangan yang didapat, jika terjadi hal demikian rekanan tersebut harus dikesampingkan demi tegaknya hukum, dalam hal ini penyidik
yang mengemban tugas dalam menuntaskan kasus pencurian, tidak perlu merasa tertekan dalam menegakkan hukum kepada oknum yang melenceng.
Dua tahapan dalam menjatuhkan hukuman kepada oknum kepolisian tersebut yaitu: 1.
Oleh institusi kepolisian memecat oknum tersebut dan diproses dalam peradilan umum dimana oknum tersebut disamakan dengan masyrakat umum dan
dijatuhkan vonis hukuman; 2.
setelah vonis hukuman dari pengadilan negeri dijatuhkan, maka oknum tersebut disidang profesi oleh kepolisian dan jika bersalah akan dipecat atau dimutasikan
dan pangkatnya diturunkan.
B. Kurangnya Kepercayaan dari Masyarakat
Dalam hal ini adanya oknum-oknum yang tidaka mempunyai pengetahuan tentang intitusi kepolisian sehingga dengan mudahnya menyebar rumor tentang
keolisiana dalam melakukan tugasnya.
Universitas Sumatera Utara
Aparat kepolisian kini sudah melakukan reformasi diberbagai bidang sehingga masyarakat dapat melihat dan membedakan bahwa POLRI yang sekarang ini jauh
lebih baik dari yang dahulu. Yang lebih mengutamakan kepentingan masyarakat dan membuat masyarakat sebagai rekan sekerja dalam memberantas tindak pidana yang
marak terjadi dikalangan masyarakat.
C. Kurangnya Kesadaran Hukum ditengah-tengah masyarakat.
Hal ini sangatlah jelas sekali terlihat dalam kehidupan masyarakat kita. Yaitu main hakim sendiri terhadap pelaku tindak pidana. Seperti yang saya lihat pada saat
mengadakan penelitian di Polsekta Medan Baru, saya melihat langsung pelaku pencurian yang babak belur dihajar massa karena ketahuan mencuri di Pasar Petisah.
Tetapi pihak keluarga tidak terima karena anggota keluarga dihajar massa maka pada kahirnya pihak kepolisian yang menjadi sasaran kemarahan keluarga karena dikira
dihajar Polisi pada saat diadakan penyidikan. Dalam mengemban tugasnya penyidik harus memperhatikan hal-hal seperti
dengan cermat dimana jika terjadi suatu tindak pidana dan orang itu dihajar massa maka Polisi harus membuat berita acara penerimaan tersangka oleh dua orang saksi
dan ditanda-tangani oleh saksi dan dijelaskan tentang keadaan dari tersangka kenapa sampai babak belur. Hal ini diperbuat agar tidak terjadi tudingan terhadap aparat
kepolisian yang main hakim sendiri dalam melakukan tugasnya. Masyarakat dewasa ini harus diberikan penyuluhan tentang bagaimana kedudukannya
dalam hukum agar masyarakat mengerti dan sadar bahwa hukum ada bukan untuk dilanggar melainkan untuk di patuhi.
Universitas Sumatera Utara
B. UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM MENGATASI KENDALA DALAM MELAKUKAN INTEROGASI
Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang “kebiijakan kriminal” “criminal policy”. Kebijakan
kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu “kebijakan sosial” “social policy” yang terdiri dari “kebijakanupaya-upaya untuk kesejahteraan
sosial” “social welfare policy” dan “kebijakan upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat” “social defence policy”. Dengan demikian sekiranya kebijakan
penanggulangan kejahatan politik kriminal dilakukan dengan menggunakan sarana “penal” hukum pidana, maka “kebijakan hukum pidana” “penal policy”,
khususnya pada tahap kebijakan yudikatifaplikatif penegakan hukum pidana in concreto harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan
sosial itu, berupa “social welfare” dan “social defence” . Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan “goal”,
“kesejahteraan masyarakat social welfare” dan “perlindungan masyarakat social defence”. Kedua aspek itu yang sangat penting adalah aspek kesejahteraan
perlindungan masyarakat yang bersifat IMMATERIIL, terutama nilai kepercayaan, kebenaran kejujuran dan keadilan. Upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan
harus dilakukan dengan “pendekatan integral”; ada keseimbangan sarana “penal” dan “non penal”. Dilihat dari sudut politik kriminal, kebijakan paling startegis melalui
sarana “non penal” karena lebih bersifat preventif dan kareana kebijakan “penal mempunyai keterbatasan dan kelemahan yaitu fragmentis simplistis tidak structural
fungsional; simptomatik tidak kausatif tidak eliminatif; individualistik atau “offender-oriented tidak victim-oriented”; lebih bersifat represif tidak preventif;
hanya didukung oleh infrastruktur dengan biaya tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Pencegahan dan penangggulangan kejahatan dengan sarana “penal” merupakan “penal policy” atau “penal law enforcement policy” yang fungsionalisasi
operasionalisasinya melalui beberapa tahap: a.
Tahap formulasi kebijakan legislatif b.
Tahap aplikasi kebijakan yudikatif c.
Tahap eksekusi kebijakan eksekutif administratif. Dengan adanya tahap “formulasi”, maka upaya pencegahan dan penanggulangan
kejahatan bukan hanya tugas aparat penegak hukum dan penerap hukum, tetapi juga tugas aparat pembuat hukum aparat legislatif; bahkan kebijakan legislatif
merupakan tahap paling startegis dari “penal policy”. Karena itu, kesalahankelemahan kebijakan legislatif merupakan kesalahan startegis yang dapat
menjadi penghambat upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan pada tahap aplikasi dan eksekusi.
BEBERAPA UPAYA MENINGKATKAN PERANAN MASYRAKAT DALAM PENEGAKAN HUKUM
1. Masyarakat harus menyadari bahwa dalam proses penegakan hukum, bukan
merupakan tanggung jawab aparatur penegak hukum semata, tetapi merupakan tanggung jawab masyarakat dalam upaya menghadapi, menanggulangi berbagai
bentuk kejahatan yang merugikan dan meresahkan masyrakat itu sendiri. 2.
Dari Doktrin Ketahanan dan Keamanan Nasional, di masyarakat telah dibentuk Hanra Pertahanan Rakyat Semesta dan Hansip Pertahanan Sipil. Dalam
keadaan damai Hanra dan Hansip harus berperan dalam penanggulangan pelanggaran dan kejahatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Dalam proses penegakan hukum, anggota masyarakat sangat berperan dalam
mengungkapkan pelanggarankejahatan yang terjadi selaku saksi dalam perkara tersebut.
Kesadaran untuk menjadi saksi dan melaporkan peristiwa pelanggaran, kejahatan kepada aparatur GAKKUM dalam hal ini Kepolisian dan aparatur Kejaksaan
untuk pidana khusus merupakan kewajiban hukum setiap warga negara anggota masyarakat yang baik.
4. Masyarakat dilarang menghakimi sendiri, apabila terjadi pelanggarankejahatan di
daerahnya. 5.
Peranan masyarakat dalam proses GAKKUM ini sangat diharapkan dan dilindungi oleh hukum.
Khusus dalam Hukum lingkungan masyarakatindividu memilki hak atas lingkungan hidup yang baik, artinya apabila ada perusakan lingkungan,
pencemaran lingkungan iamereka berhak menuntut perusakpencemar lingkungan sesuai ketentuan Undang-undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok
Lingkungan hidup. 6.
Penerangan Hukum, penyuluhan hukum yang dilakukan oleh instansi pemerintah selama ini ditujukan juga agar masyarakat menyadari hak dan kewajibannya
termasuk peran serta tanggung jawabnya dalam proses penegakan hukum. 7.
Dengan penerangan dan penyuluhan hukum tersebut diharapkan agar individu, kelompok mastarakat, pemuka masyarakat dan organisasi social lainnya
memahami peran dan tanggung jawabnya dalam setiap proses penegakan hukum. Proses penegakan hukum adalah upaya pemulihanreaksi hukum masyarakat
terhadap terjadinya pelanggarankejahatan dengan tujuan bagi pelakunya dapat dijatuhi hukuman yang adil dan dimasyarakat terwujud kepastian hukum yang
Universitas Sumatera Utara
mengayomi masyarakat. Proses penegakan hukum yang berasas cepat, sederhana dan biaya murah, memang belum memenuhi seluruh harapan masyarakat, dan
masih menemui hambatan dan kendala yang bersumber juga dari masyarakat sendiri, di samping adanya faktor lain. Proses penegakan hukum secara cepat,
sederhana dan biaya ringan sangat mendorong peran masyarakat dalam proses GAKKUM selanjutnya.
8. Proses penegakan hukum secara cepat, sederhana, dan biaya ringan akan dapat
terwujud apabila didukung sepenuhnya oleh sikap dan tindak seluruh jajaran aparatur hukum.
Prinsip dasar dalam hal ini adalah sikap dan cara pandang aparatur adalah abdi masyarakat atau kelompok pelayanabdi masyarakat, yang bertugas dalam proses
penegakan hukum. Aparatur hukum harus selalu menyadari, meyakini bahwa kekuasaankewenangan tersebut dimilki sebagai abdi masyarakatabdi negara
untuk melindungi dan mengayomi masyarakat. Di samping kesadaran, keyakinan pada dirinya sebagai abdi negara, abdi masyarakat untuk selalu mengayomi,
melindungi masyarakat dengan kewenangan, kekuasaan yang dimilikinya, para aparatur juga dituntut kemahiran di bidang tugasnya secara maksimal.
9. Banyak ketentuan yang dapat digunakan sebagai dasar mempercepat proses
penegakan hukum secara cepat, sederhana dan biaya ringan antara lain: a.
Pasal 50 KUHP b.
Pasal 326 KUHP c.
Pasal 234 ayat 1 KUHP d.
Pasal 248 KUHP e.
Pasal 257 KUHP
Universitas Sumatera Utara
Penyusunan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 menyadari sepenuhnya bahwa ketentuan untuk memacu mempercepat proses penegakan hukum prasyarat
terwujudnya asas penegakan hukumyang baik tersebut sekaligus akan memberi daya semangat masyarakat untuk meningkatkan perannya dalam proses penegakan
hukum. Dan akan terjadi sebaliknya masyarakat akan apatis, masa bodoh dan enggan ikut
berprean dalam proses penegakan hukum apabila proses penegakan hukum itu berjalan dengan proses yang lambat, birokratis, berbelat-belit, dan menyusahkan
masyarakat. Bisa dibayangkan oleh kita semua bila saksisaksi korban sudah engganm hadir di
tahap penyelidikan, penyidikan, pra-penuntutan maupun di persidangan, karena merasa proses penegakan hukum yang terjadi lebih menyulitkan diri dan
keluarganya, bahkan secara ekonomis pengorbanan waktu kerja, waktu cari nafkah, telah mendapat imbalan perlakuan yang tidak baik.
10. Peanambahan sarana, dana, dan prasarana dalam perangkat proses penegakan
hukum perlu terus diselenggarakan oleh pemerintah. Hal ini mencegah timbulnya biaya yang memberatkan masyarakat yang terlibat proses penegakan hukum
tersebut. Di samping itu pembinaan, pengembangan perlu terus ditingkatkan sehingga
terwujud adanya: Aparatur hukum yang memiliki kemampuan utnuk mengayomi masyarakat dan
mendukung pembangunan nasional dan peningkatan kemampuan profesionalisme aparat.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas aparat hukum harus tercermin dalam sikap yang menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan, bersih, berwibawa dan bertanggung jawab
dalam perilaku keteladanan. Selanjutnya mengingat bahwa aparatur hukum adalah juga aparatur pemerintah,
maka pembinaan dan pengembangannya harus dapat diarahkan pada: Pembangunan aparatur pemerintah diarahkan pada peningkatan kualitas efisiensi,
dan efektivitas seluruh tatanan administrasi pemerintah, termasuk peningkatan kemampuan dan disiplin, pengabdian, keteladanan dan kesejahteraan aparatnya,
sehingga secara keseluruhan makin mampu melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya, khususnya dalam melayani, mengayomi
serta menumbuhkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan serta tanggap terhadap kepentingan dan aspirasi masyarakat. Aparat penegak
hukum yang juga aparatur pemerintah pada dirinya juga terikat pada Sapta Prasetia Korpri atau Sumpah Prajurit yang akan mengikat batin dan jiwa untuk
melaksanakan wewenang yang dimiliki pada proses penegakan hukum yang selalu berasas melindungi, mengayomi masyarakat.
Apabila masyarakat mendapat pelayanan yang penuh perhatian, cepat, sederhana tanpa menyulitkan dan merugikan masyarakat, maka masyarakat akan lebih
meningkatkan partisipasi dan perannya dalam setiap tugas penegakan hukum. Yang harus dicegah dari masyarakat adalah jangan sampai masyarakat yang
terlibat langsung atau tidak langsung dalam proses penegakan hukum ini mempengaruhi aparatur yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
11. Pada tahap penyelidikan dan penyidikan proses cepat, sederhana dan biaya ringan
juga berlaku. Karena para saksi dan saksi korban hendaknya mendapat pelayanan dan perhatian yang sungguh-sungguh oleh aparatur penegak hukum, mulaidari
Universitas Sumatera Utara
saat penyampaian laporan, penyelidikan, penyidikan, penggeledahan, penyitaan, maupun dalam proses penangkapan terdakwa agar tetap dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan selalu memperhatikan harkat martabat manusia, mengayomi masyarakat secara cepat, lugas dan professional.
Harus disadari oleh aparat penegak hukum, bahwa banyak anggota masyarakat kita terutama yang ada di pedesaan msih wam dengan hukum, perlu pendekatan
dan pelayanan hukum yang sederhana dan tidak menyulitkan masyarakat. Contoh:
Dalam pelaporan peristiwa terjadinya kejahatan yang menimpa anggota masyarakat agar penerima laporan cukup pandai menuangkan dalam laporan
pengaduan tersebut apa yang disampaikan secara lisan, syukur-syukur kalau sudah ada formulir isiannya, sehingga dapat dengan cepat, mudah, dan akurat. Perhatian
yang lebih banyak lagi apabila yangmenyampaikan pengaduan tidak bisa menulis atau membaca.
Dalam tahap penyelidikan, penyidikan, baik terhadap saksi korban, saksi-saksi lainnya juga terhadap tersangka, agar dilakukan secara cepat, sederhana dan tidak
berbelat-belit, ringkas padat tapi memenuhi unsur dan ketentuan yang berlaku. Pemeriksaaan saksi-saksi hendaknya jangan sampai berlarut-larut, karena para
saksi akan menderita kehilangan waktu untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Berlarut-larutnya pemeriksaan terhadap saksi saksi korban kurang mendapat
perhatian aparatur penegak hukum. Perlu dipikirkan dan dirumuskan kemungkinan disiapkan formulir pemeriksaan para saksi, agar memudahkan para
penyidik dan mempercepat proses.
Universitas Sumatera Utara
12. Peranan dan wewenang masyarakat dalam melakukan koreksi, penilaian dan
pengawasan terhadap tindakan yang dilakukan aparatur penegak hukum penyidik, penuntut umum dengan melalui lembaga pra-peradilan.
Keberhasilan penegakan hukum perlu didukung oleh peranan dan wewenang masyarakat untuk ikut mengawasi tindakan aparat penyidikpenuntut umum dalam
proses penegakan hukum, agar aparatur penyidikpenuntut umum tidak sewenang- wenang menggunakan kekuasaannya, sehingga merugikan masyarakat.
Pengaturan tentang pra-peradilan dalam KUHAP dapat kita perhatikan pada Pasal 1 Butir 10, Bab X Bagian Kesatu yang meliputi Pasal 77 s.d. 83 KUHAP.
Menurut ketentuan dalam KUHAP tersebut dapat kita ketahui siapa-siapa saja yang berhak mengajukan permintaan pemeriksaan pra-peradilan, yaitu yang dapat
dikelompokkan dalam 5 kelompok: a.
Tersangka, keluarganya dan kuasanya seperti diatur dalam Pasal 79 KUHAP,
b. Penuntut Umum dan pihak ketika yang berkepentingan dalam Pasal 80
KUHAP. c.
Penyidik atau pihak ketiga yang berkepentingan. d.
Tersangka, ahli warisnya atau kuasanya Pasl 95 ayat 2 KUHAP. e.
Tersangka, atau pihak ketiga yang berkepentingan Pasal 81 KUHAP. Kewenangan dan peranan masyarakat untuk mengawasi, mengoreksi dan menilai
tindakan penyidikpenuntut umum belum sepenuhnya dilakuakn oleh masyarakat, karena rasa takut, segan atas kekuasaan dari aparat penyidikpenuntut umum atau
masyarakat merasa diuntungkan karena penghentian penyidikanpenuntutan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan penyidik dan penuntut umum tidak melakukan permintaan pemeriksaan pra-peradilan karean segan dan demi menjaga hubungan kerja yang
baik selama inidimasa yang akan datang. Sikap ini dari segi kepentingan hukum sangat merugikan masyarakat. Terutama pihak Kejaksaan yang bertindak untuk
dan atas nama masyarakat, harus meninggalkan sikap segan untuk mengajukan permintaan pemeriksaan pra-peradilan tersebut. Hingga sekarang belum diperoleh
pola system untuk dapat mengetahui atau diketahuai oleh umum, jumlah pengaduan yang dilaporkan masyarakat, jumlah penyelidikanpenyidikan yang
telah dilakukan, jumlah perkara yang telah diteruskan ke Kejaksaan dan jumlah perkara yang diputus Pengadilan Negeri.
Tingginya angka kriminal gelap saat ini sudah dapat dijadikan indicator bahwa masih terdapat banyak hambatan dalam proses penegakan hukum.
Model formulir A dari Pemda sebenarnya daapt dijadikan dasar untuk mengetahui jumlah kejahatanpengaduan di masyarakat.
13. Masih seringnya kita temui tindakan aparat penyelidikpenyidik yang melakukan
penganiayaan, pemukulan terhadap tersangka selama proses pemeriksaaan pada tahap penyelidikan maupun penyidikan.
Masalah ini dapat diketahui oleh Kejaksaan saat penyerahan berkas perkara dan tersangkanya oleh aparat penyidik. Sebenarnya kita tidak dapat membiarkan hal
tersebut. Apabila ada pihak yang menaruh perhatian untuk ikut membela masyarakat yakni
para tersangka yang mendapat perlakuan tersebut melalui jalur hukum atau jalkur pengawasan fungsionali, maka mayarakat aakan merasa terayomi dan akan aktif
berperan dalam proses penegakan hukum.
Universitas Sumatera Utara
14. Harus diakui pula bahwa ada beberapa anggota masyarakat atau para penasihat
hukum yang belum sepenuhnya mendukung terwujudnya proses peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya ringan. Hal ini dilakukan melalui upaya hukum
banding, kasasi, peninjuan kembali PK, meskipun mereka sadar bahwa terdakwa cukup bukti akan kesalahannya.
Tujuan utamanya adalah memperlambat proses pemeriksaan di pengadilan, semata-mata untuk menunda eksekusi.
Akibat dari tindakan prinsip pengajukan upaya hokum banding, kasasi, PK oleh sementara masyarakat, saat ini pengadilan tingkat banding dari Mahkamah Agung
tiap tahun dibebani puluhan ribu perkara untuk diselesaikan. 15.
Khusus terhadap media massa yang menjadi sarana komunikasi masyarakat, di samping telah banyak peranan yang positif dalam proses penegakan hokum,
namun perlu dicatat bahwa masih kita jumpai sementara media cetak telah membentuk opini umum yang tidak pada tempatnya tentang suatu kasus perkara,
menilai putusan pengadilan tingkat pertama, tingkat banding, maupun kasasi, bahkan kita pun menemui data-data yang dapat dikualifikasikan sebagai trial by
the press , seperti kasus Ria irawan, putusan PK kasus kedungombo dan lain- lainnya.
Rasanya perlu juga dilakukan seminar tentang peranan dan tanggung jawab persmedia massa dlam proses penegakan hokum, sebagai bahan masukan guna
dipergunakan oleh kalangan media cetak. 16.
Di samping media cetak, kita pun sering menemukan pendapat beberapa anggotakelompok masyarakat yang dimuat dalam majalahmedia cetak yang
isinya menilai keputusan pengadilan secara sepihak.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip dalam Hukum Acara Pidana yang berlaku bahwa setiap orang maupun aparat wajib hukumnya untuk menghormati putusan pengadilan. Apabila merasa
putusan tersebut kurang tepat, dirasa merugikan dapat dan terbuka untuk mengajukan upaya-upaya hokum baik banding maupun kasasi.
Sebagai Penuntut Umum yang berkaitan dengan tugas penuntutan, hal yang dirasakan kurang tepat adalah berlakunya Pasal 67 KUHAP yang menetapkan
ketentuan: “Terdakwa atau penuntut umum berhak untuk minta banding pengadilan tingkat pertama, kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala
tuntutan yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hokum dan putusan pengadilan dalam acara cepat.”
Memang sampai saat ini banyak ahli-ahli hukum dan para praktisi hokum yang berpendapat bahwa Pasal 67 KUHAP merupakan tanggung jawab, melakukan
kelalaian, dan kurang tepat menerapkan hukum. Upaya Kejaksaan akan selalu banding apabila ternyata putusan tersebut bebas
terselubung bukan bebas murni, merupakan langkah yang tepat sesuai ketentuan yurisprodensi yang berlaku tentang hal tersebut.
17. Dalam tahap prapenuntutan, penuntutan dan pemeriksaan disidangkan pengadilan asas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan agar diterapkan dengan
sungguh-sungguh. Selama ini yang sering kita dapati adanya penundaan pemeriksaan dipersidangkan karena hakim atau jaksa penmuntut hukum tidak
hadir tersebut. Para anggota masyarakat yang terlibat sebagai saksi sering mengeluh karena proses pemeriksaan perkara berlarut-larut hingga mencapai
berbulan-bulan sejak penyelidikan sampai perkaranya tersebut diputus peradilan apalagi apabila kasus tersebut sering tertunda-tunda pemeriksaanya. Hal seperti ini
Universitas Sumatera Utara
perlu dicegah di kemudian hari agar masyarkat tidak merasa dikecewakan dan dirugikan secara ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN