saya akan berlaku demikian”. Menghadapi ucapan-ucapan demikian, dianjurkan agar pemeriksa dengan tegas menyatakan: “bagaimana alimnya sekalipun kehidupan tuan,
adalah masalah tuan dengan Tuhan. Yang menjadi urusan dengan saya, adalah bahwa tuan berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan persoalan yang menyebabkan
tuan harus berhadapan dengan hukum. Demi untuk kebenaran agama yang tuan peluk, jelaskanlah duduk persoalan dengan sebenarnya”. Situasi tertentu, memerlukan
perlakuan tertentu pula.
7. “Tidak, bukan begitu”
Jika di atas tadi kita melihat tersangka yang hendak bersembunyi di balik sumpah palsu atau bersembunyi di balik kebenaran agama, maka disini kita
kemukakan pula tersangka yang langsung menyangkali perbuatannya dengan menjawab pertanyaan pemeriksa: “Tidak, bukan begitu”. Mengahadapi tersangka
yang demikian itu, pemeriksa harus berusaha mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya demikian rupa sehingga jawaban hanyalah: “ya” atau “tidak”.
Jawaban-jawaban tersangka yang mengatakan: “sepanjang ingatan saya bukan demikian” atau “saya kira bukan begitu”, adalah jawaban setengah-setengah dan ragu-
ragu. Tersangka dengan demikian berada di ambang penyangkalan dan pengakuan. Hanyalah keahlian pemeriksa yang akan menariknya ke dalam suasana pengakuan
atau kelalaian kecil dari pemeriksa dapat mendorong kea rah penyangkalan yang mempertele-telekan pemeriksaan.
d. Berikanlah rasa simpati kepada tersangka:
Kiranya cukup jelas contoh yang penulis kemukakan pada unsur kesepuluh dari sikap pemeriksa. Adalah agakcanggung untuk mengikuti penjelasan Inbau dan
Reid sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“criminal offender, and particularly one of the emotional type, derives considerable mental relief and comfort from an interrogator’s assurance else under similar
conditions or circumstances might havew done the same thing”.
Bahwa seorang tersangka akan merasa lega jika pemeriksa menyatakan bahwa siapapun akan berbuat sama dengan yang dilakuakn oleh tersangka, jika menghadapi
keadaan serupa. Memang ucapan demikian itu dapat memperbesar hati tersangka sen\hingga
situasi lunak antar pemeriksa dan pemeriksa yan dapat tercipta, kemudian memberi kesempatan pada pemeriksa untuk membimbing tersangka kea rah pengakuan. Hal ini
dapat terjadi pada tersangka yang kurang berpengalaman ata kurang membaca masalah psychology.
Sebab, reaksi manusia terhadap situasi yang asma, tidak selalu menciptakan reaksi yang sama. Manusia memiliki struktur psychologis yang berbeda sebagai
akibat perbedaan-perbedaan pengalaman, perbedaan kondisi psychis, perbedaan hiostoris. Bahkan anak kembarpun tidak selalu mempunyai reaaksi yang sama
terhadap impuls intern yang sama atau conflict extern yang sama. Perhatikanlah misalnya pengaruh tekanan ekonomi yang lazim mencekam kehidupan manusia.
Wanita A yang mengalami tekanan ekonomi bereaksi menjadi pelacur, ada pula yang rela menjadi pesuruh, lain lagi berusaha untuk belajar lebih keras, bekerja lebih keras
atau ada pual yang putus asa lalu memilih jalan-jalan yang penuh dengan pelarian psycholigis. Contoh ini hendak menjelaskan dengan singkat bahwa situasi yang sama,
atau tekanan yang sama tidak selalu menciptkan reaksi yang sama. Seorang memiliki sifat-sifat agresif akan balas menyerang bilamana ia
diserang. Kebalikannya adalah orang yang bersifat masochistic yang akan merasakan suatu kepuasaan bilamana dirinya disakiti orang. Kita akan berkepanjangan untuk
memberi contoh-contoh daripada aspek psychologis yang berliku-liku itu, namun
Universitas Sumatera Utara
sebuah saran bagi pemeriksa untuk menyatakan rasa tahu menghargai bahwa tersangka adalah manusia seperti pemeriksa juga. Akan tetapi penghargaan yang
diberikan itu jangan pula berkelanjutan sehingga menyebabkan pemeriksa kehilanagan pegangan untuk membimbing tersangka ke arah pengakuan. Menghargai
tersangka sebenarnya hanyalah dipergunakan sebagai umpan belaka, agar pihak tersangka pun akan menaruh perhatian dan memberikan kepercayaannya kepada
pemeriksa.
e. Rasa bersalah