BEBERAPA TEKNIK DAN CARA PEMERIKSAAN TERHADAP TERSANGKA YANG MASIH DIRGUKAN KESALAHANNYA.
Pemeriksaan terhadap tersangak yang masih diragukan kesalahannya, adalah lazim menggunakan siasat sebagai berikut:
a. Mengapa tersangka diperiksa
Pertanyaan pertama yang biasanya dipergunakan adalah “tahukah anda mengapa anda diperiksa?” atau pertanyaan-pertanyaan yang senada dengan itu.
Seorang yang telah melakukan kesalahan bilamana mendengar pertanyaan demikian itu, akan menunjukkan sikap waspada. Maka ia akan berhati-hati, mungkin menarik
napas panjang untuk memperoleh kelegaan, mungkin tersenyum atau mungkin juga menjadi pucat, bahakan ada yang langsung menunjukkan wajah bermusuhan.
Pemeriksa yang bijaksana, adalah pemeriksa yang dapat membaca situasi waspada itu. Bilamana tersangka memberikan jawaban “ya”, iapun tetap
menunjukkan sikap waspada. Kebalikannya adalah meraka yang tidak bersalah, bilamana mendengar pertanyaan tadi, ia akan menunjukkan sikap semakin heran dan
mungkin juga curiga. Jawaban akan muncul secara spontan “tak tahu”, atau “mengapa? saya pun ingin bertanya”. Dikatakan semakin heran, oleh karena sikap
heran dan curiga sudah nampak. Segera ia akan merubah seluruh sikap heran dan curiga, oleh karena ia merasa memperoleh kesempatan untuk menghadapi situasi yang
akan membawa kea rah kebenaran. Dengan demikian ia akan riang bercampur cemas, matanya bercahaya bercampur sayu dan sebagainya. Riang adalah lambang daripda
harapan-harapan sedangkan campuran cemas dan sayu adalah peninggalan rasa curiga yang belum dapat ditinggalakan sebelum keadaan menjadi jelas.
Universitas Sumatera Utara
b. Tanyakan kegiatan tersangka sebelum terjadinya peristiwa, ketika dan
setelah peristiwa itu terjadi
Menanyakan kegiatan tersangka sekitar peristiwa sebelum, sedang dan sesudah terjadinya tindak pidana adalah termasuk usaha untuk menyesuaikan alibi
tersangka. Pertanyaan demikian akan menempatkan tersangka pada tiga peristiwa yang terpisah-pisahnamun mempunyai kaiatan antara peristiwa yang satu dengan
yang lain. Kemungkinan besar, tersangka akana sangat bersifat waspada bilamana menjelaskan kegiatannya di sekitar phase kedua ialah phase terjadinya peristiwa
pidana. Kewaspadaan yang terpusat pada phase kedua itu dapat secara tak sadar melemahkan kewaspadaan terhadap phase pertama dan ketiga. Sifat waspada pada
phase kedua yang melebihi kewaspadaan pada kedua phase lainnya adalah termasuk indikasi akan adanya kesalahan tersangka, yang sebenarnya sudah nampak ketika
dilakukan pertayaan pada point A. Maka pertanyaan point B ini biasanya dilakukan terhadap tersangka yang mencoba hendak memungkiri perbuatannya.
Kelemahan-kelemahan yang dijumpai ketika tersangka menjelaskan kegiatannya sekitar phase pertama dan ketiga akan merupakan kunci, apakaha tersangka telah
memberikan keterangan yang lengkap, jelas dan benar. Pertanyaan-pertanyaan mengenai phase pertama, tidak saja menyangkut hal-hal yang ada hubungan langsung
dengan peritiwa pidana, tetapi mungkin menyangkut pula hal-hal yang terjadi jauh sebelum peristiwa pidana. Hal-hal termasuk harus diteliti sedemikian rupa untuk
dipergunakan sebagai latar belakang atau background daripada peritiwa pidana yang baru terjadi. Keterangan-keterangan yang biasanya disebut background information
itu adalah menyangkut tempat kelahirannya, pendidikan, pekerjaan, kegemaran, pergaulan dan sebagainya. Background information itu dapat diperguanakan untuk
pemeriksa analisa, baik mengenai watak tersangka maupun mengenai kondisi-kondisi
Universitas Sumatera Utara
yang mempunyai hubungan dengan peristiwa pidana. Riwayat hidup tersangka yang menyangkut pengalaman-pengalaman dalam bidang kejahatan, misalnya pernah
dihukum, pernah ditahan, pernah terlibat dalam kejahtan anak-anak, penjudi, pemabuk dan sebagainya adalah keterangan yang berguna untuk analaisa dan
evaluasi. Pada bagian yang membicarakan mengenai kasus-kasus kriminal, akan kita jumpai hal-hal yang menyangkut background ini.
Apa yang kita sebut dengan menguji alibi tersangka ialah pengamatan
terhadap kegiatan tersangka pada phase kedua khususnya mengenai tersangka di
tempat terjadinya peristiwa pidana itu. Yang dimaksud dengan “alibi” ialah tidak
hadirnya tersangka pada tempat kejadian peristiwa pidana dan karena itu kepadanya tidak dapat dinyatakan “bersalah”. Jika tersangka mengemukakan alibinya, maka
pembuktian alibi itu tidak akan cukup hanya dengan pemeriksaan lisan belaka. Tugas penyidikan akan sangat menetukan kebenaran alibi yang dikemukakan oleh tersangka
itu. Kebenaran alibi ini pun sedikit banyak ditentukan pula oleh hasil-hasil pertanyaan mengeni kegiatan tersangka phase pertama, bahkan juga mungkin mempunyai
hubungan dengan kegiatan tersangka pada phase ketiga. Di atas tadi telah dikemukakan bahwa seorang yang bersalah akan sangat waspada memberikan
jawaban mengenai kegiatanya di sekitar phase kedua ialah pada waktu terjadinya peristiwa pidana.
Kewaspadaan pada phase kedua ini mungkin menimbulkan kelemahan- kelemahan keterangan-keterangan, maksudnya berkurang kewaspadaan pada waktu
menjawab pertanyaan pemeriksa mengenai kegiatan di sekitar phase pertama dan ketiga. Jika tersangka mengemukakana alibi yang dibuat-buat, maka kelemahan-
kelemahan pada phase pertama dan ketiga akan menunjukkan kontradiksi-kontradiksi. Kontradiksi materiil mungkin tersangka dapat menyesuaikan keterangan-keterangnya.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi kontradiksi psychologis yaitu sikap tersangka, cara mengemukakan keterangan serta gejala-gejala psychologis lainnya yang nampak secara somatis, dapat
menunjukkan atau sekurang-kurangnya menjaid pertanda tentang benar tidaknya keterangan tersangka.
c. Pelajari persoalan sebelum melakukan pemeriksaan