Kecemasan tersangka Sumpah tersangka Berlindung pada agama

4. Kecemasan tersangka

Gejala-gejala yang diterangkan pada point 3 di atas itu sebenarnya pun merupakan bagaian daripada proses psychologis sebagaimana halnya dengan kecemasan. Dengan kata lain, kecemasan dapat ditandai oleh gerakan-gerakan panca indera; ialah usaha untuk membentuk keseimbangan psychis, sedangkan kecemasan itu sendiri merupakan produk daripada conflict psychologis. Kecemasan antara lain dapat dilihat pada keringat dingin pucat atau gemetar dan sebagainya. Jika kecemasan tersangka dapat dimanfaatkan, maka pintu pengakuan segera terbuka. Tetapi jika kecemasan itu semakin dipertebal oleh sikap dan ucapan-ucapan pemeriksa yang kurang pengalaman menghadapinya, bahkan akan merupakan tembok tebal yang hendak menutup kebenaran atau sekurang-kurangnya mempersulit keadaan.

5. Sumpah tersangka

Lazim pula terjadi seorang tersangka hendak membenarkan keterangan dengan sikap bersumpah: “Demi Tuhan, aku akan terkutuk jika mngatakan kata-kata bohong”. Hal ini tidak selalu menunjukkan kesungguhan bahkan banyak yang berani membohong lalu berani pula berlindung di balik sumpah palsu. Jika misalnya tersangka hendak bersikap demikian dan hendak mengangkat tangannya sebagai syarat bahwa ia hendak bersumpah adalah bijaksana bila pemeriksa mengatakan: “Turunkanlah tangan anda, aku kebetualan dididik dan berpengalaman untuk melihat bentuk muka orang yang berkata benar atau bohong”. Keadaan demikian ini dapat kita sebut “akal dibalas akal, muslihat dibalas dengan muslihat”.

6. Berlindung pada agama

Sama halnya dengan keterangan point 5 di atas, maka di sini pun sering dijumpai tersangak yang mengatakan: “sebagai orang yang beragama mustahil bahwa Universitas Sumatera Utara saya akan berlaku demikian”. Menghadapi ucapan-ucapan demikian, dianjurkan agar pemeriksa dengan tegas menyatakan: “bagaimana alimnya sekalipun kehidupan tuan, adalah masalah tuan dengan Tuhan. Yang menjadi urusan dengan saya, adalah bahwa tuan berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan persoalan yang menyebabkan tuan harus berhadapan dengan hukum. Demi untuk kebenaran agama yang tuan peluk, jelaskanlah duduk persoalan dengan sebenarnya”. Situasi tertentu, memerlukan perlakuan tertentu pula.

7. “Tidak, bukan begitu”