mereka lakukan. Tetapi sebagaimana telah dikemukakan di atas tadi, asalkan pemeriksa tidak tegas-tegas menantang seorang egosentrik yang dapat bersikap
subborn; pemeriksa mengikuti aliran pikiran mereka namun tetap pada persoalan pokok ialah kebenarn melalui proses pemeriksaan itu.
h. Manfaatkan saling pengertian antara pemeriksa dan yang diperiksa
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah usaha pemeriksa untuk menciptakan suasana saling mengerti antara pemeriksa dengan yang diperiksa.
Suasana saling mengerti itu dapat diciptakan dengan banyak cara. Setelah terciptanya suasana saling mengerti antara kedua belah pihak, tibalah kesempatan bagi pemeriksa
untuk maju memanfaatkan suasana itu. Tapi akan kelirulah seorang pemeriksa yang menyangka bahwa pemeriksa akan segera mencapai tujuan yang diharapkannya. Hal
yang penting yang harus diingat adalah yanhg diperiksa juga manusia dengan sifat- sifat kemanusiaan, mempunyai pola perhitungan untung rugi. Yang diperiksa pun
akan berusaha untuk memanfaatkan saling pengertian antara kedua belah pihak itu. Disinilah letaknya jurang-jurang yang banyak dimanfaatkan oleh tersangka untuk
melemahkan kedudukan pemeriksa. Adalah suatu alat yang ampuh yang dapat dipergunakan oleh pemeriksa ialah
menjamah atau menepuk tersangka dengan diiringi pertanyaan-pertanyaan yang terarah. Menjamah pundak orang, tentulah harus mengingat etika dan adat istiadat
manusia. Menjamah pundak wanita akan mengakibatkan hal yang bertentangan dengan tujuan. Perlakuan sedemikian itu hanyalah dapat ditujukan kepada tersangka
yang usianya lebih muda daripada pemeriksa atau sebaya. Walaupun misalnya tersangka berusia lebih muda atau sebaya dengan pemeriksa, tetapi seorang habitual
Universitas Sumatera Utara
atau profesional yang berpengalaman dalam dunia kejahatan, maka perbuatan menepuk pundak hanyalah dipandang sebagai hal yang menertawakan tersangka.
Jika usaha pemanfaatan itu mengalami kegagalan oleh karena tersangaka tidak mau mengakui kesalahannya, maka Inbau mengemukakan suatu metode yang
dinamakan “friendly unfriendly act”. Metode ini dilakukan dengan cara kerja sama antar dua orang pemeriksa, ataupun seorang pemeriksa saja. Jika yang digunakan
adalah dua orang pemeriksa, maka seorang bersikap bersahabat friendly dan yang lainnya bersikap tidak bersahabat unfriendly. Yang melaksanakan sifat unfriendly,
bersikap seperti oaring tidak tenang, keluar masuk ruangan dan sebagainya. Keluar dari ruangan sebenarnay adalah suatu kesempatan yang diberikan kepada tersangka
agar ia mendekati pemeriksa yang bersikap bersahabat. Jika metode yang dipergunakan adalah seoerang pemeriksa, maka pemeriksa
sewaktu-waktu menjadi kesal nampaknya lalu merobah sikap menjadi lunak dan seterusnya. Metode-metode sedemikian ini dapat dipandang sebagai anjuran belaka,
namun penulis tetap mengingatkan bahwa tersangka adalah manusia dengan reaksi sebagai manusia. Mereka memiliki keutuhan pribadi tetapi juga tidak luput dari
kelemahan-kelemahan. Tugas utama adalah mempercakapkan masalah-masalah yang nampaknya tidak berhubungan dengan pemeriksaan, tetapi sebenarnya mengarah pad
penelitian tentang kelemahan-kelemahan psychologis yang dimiliki oleh tersangka. Mengekspose kelemahan ini dapat merupakan penerobosan benteng penyangkalan
menjadi pengakuan. Suatu keuntungan bagi pemeriksa penyidik di Indonesia, ialah sistem
penahanan yang cukup luas untuk membuat perkara menjadi jelas. Pasal 75 HIR menyatakan dengan jelas mengenai alasan-alasan penahanan yang antara lain disebut
ialah “untuk kepentingan pemeriksaan”.
Universitas Sumatera Utara
BEBERAPA TEKNIK DAN CARA PEMERIKSAAN TERHADAP TERSANGKA YANG MASIH DIRGUKAN KESALAHANNYA.
Pemeriksaan terhadap tersangak yang masih diragukan kesalahannya, adalah lazim menggunakan siasat sebagai berikut:
a. Mengapa tersangka diperiksa