wilayah itu suatu peristiwa yang sejenis; kapankah saksi-saksi dapat ditanyai selanjutnya; kapankah bukti-bukti dapat diperoleh seluruhnya; kapankah
diperkirakan akanterjadi lagi peristiwa yang sama.
5. Bagaimana how
Bagaimana peristiwa itu terjadi; bagaimana tersangka memasuki tempat peristiwa; bagaimana caranya ke luar dari tempat itu; bagaiaman peristiwa itu
diketahui; bagaiaman cara menggunakan alat-alat bukti; berapa lamakah pelaksanaanya; berapa banyakkah orang yang terlibat dalam peristiwa itu;
bagaimanakah pelaksanaan rencana yang dilakukan oleh tersangka dalam arti berhasil atau kurang berhasil atau sama sekali tidak cocok dengan rencana;
berapa banyakkah peristiwa sejenis yang terjadi di wilayah itu.
6. Mengapa why
Bentuk keenam dari sistematik “6W’ ini adalah mengemukakan pertanyaan- pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: mengapa peristiwa itu dilakukan oleh
tersangka; mengapa dia menggunakan metode tertentu dalam pelaksanaannya; mengapa justru seorang tertentu yang dijadikan korbandalam peristiwa itu;
mengapa pul suatu waktu atau jam tertentu telah dipergunakan untuk pelaksanaan; mengapa hanya benda-benda tertentu saja yang diambil dan
mengapa yang lain dibiarkan; mengapa pula tersangka telah menggunakan alat- alat atau senjata khusus dalam pelaksanaannya; mengapa laporan peristiwa itu
terlambat atau tidak tepat pada waktunya.
Universitas Sumatera Utara
Bab IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DALAM INTEROGASI OLEH
PENYIDIK
A. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI
Perkembangan kehidupan masyarakat yang begitu cepat sebagai hasil dan proses pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan social, politik,
ekonomi, keamanan dan budaya telah membawa pula dampak negatif berupa peningkatan kualitas dan kuantitas berbagai kejahatan yang sanagat merugikan dan
meresahkan masyarakat. Undang-undang No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana sebagai produk hukum nasional pengganti HIR yang
memilki 11 sebelas asas dalam upaya penegakan hukum tersebut dalam pelaksanaannya masih ditemui adanya berbagai kendala, hambatan terutama yang
menyangkut masalah peran dan perlindungan masyrakat daalm proses penegakan hukum.
Masih sering ditemui dalam proses penegakan hukum, banyak hal dan tindakan aparatur yang dirasa merugikan masyarakat, saksi korban, saksi-saksi lain
maupun kelompok masyarakat tertentu. Banyak kelompok masyarakat yang berpendapat bahwa Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP sangat
banyak memberi perlindungan dan perhatian atas hak-hak asasiharkat martabat para tersangka atau terdakwa, tetapi sedikit sekali mengatur tentang
perlindunganperhatian atas hak-hak asasiharkat martabat anggota masyarakat yang terlibat dalam proses penegakan hukum tersebut, baik saksi korban maupun saksi-
saksi lainnya.
Universitas Sumatera Utara