BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM HUKUM
POSITIF DI INDONESIA
C. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Pencurian dalam KUHP.
Jenis tindak pidana pencurian merupakan jenis tindak pidana yang terjadi hampir dalam setiap daerah di Indonesia. Oleh karenanya menjadi sangat logis apabila
jenis tindak pidana ini menempati urutan teratas di antara tindak pidana terhadap harta kekayaan yang lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya terdakwatertuduh dalam
tindak pidan pencurian yang diajukan ke sidang pengadilan. Berikut akan dikaji secara mendalam tindak pidana pencurian beserta unsur-unsurnya yang diatur dalam
KUHP.
I. PENCURIAN BIASA PASAL 362 KUHP
Pencurian biasa ini perumusannya diatur dalam pasal 362 KUHP yang menyatakan :
“Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu
dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,-
sembilan ratus rupiah”
2
1. mengambil
Berdasarkan rumusa pasal 362 KUHP diatas, maka unsur-unsur tindak pidana pencurian biasa adalah sebagai berikut:
a. Unsur obyektif, yang meliputi unsur-unsur:
2. suatu barang
3. yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain
2
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 1994, hal.249
Universitas Sumatera Utara
b. Unsur subyektifnya, yang meliputi unsur-unsur: 2.
dengan maksud 3.
untuk memiliki barang benda tersebut untuk dirinya sendiri. 4.
secara melawan hukum. Tindak pidana ini oleh pasal 362 KUHP dirumuskan sebagai: mengambil barang,
seluruhnya atau ssebagian milik orang lain dengan tujuan memiliknya secara melanggar hukum.
3
Dilihat dari makana ketika aturan ni dibuat, perbuatan “mengambil” sebagaimana dirumuskan di dalam pasal 362 KUHP telah mengalami perluasan
makna. Terjadinya perluasan makna atas unsure “mengambil” dalam tindak pidana pencurian seiring dengan adanya perkembangan masyarakat. Pada awalnya, perbuatan
“mengambil” itu bermakna sebagai “setiap perbuatan untuk membawa atau mengaihkan suatu barang ke tempat lain”. Perbuatan mengambil pada awalnya
menunjuk pada “erbuatan dengan menggunakan sentuhan tangan”. Tetapi dalam pekembangannya, pengertian “mengambil” ini tidak hanya terbatas pada pengertian
sebagaimana tersebut diatas. Perbuatan “mengambil” pada akhirnya mempunyai pengertian yang lebih luas. Sekarang ini pengertian “mengambil” tidak hanya terbatas
pada “membawa atau mengalihkan dengan sentuhan tangan”, tetapi termasuk juga perbvuatan-perbuatan untuk mengalihkan atau memindahkan suatu barang dengan
berbagai cara. Sekalipun demikian, perbuatan tersebut tetap mempunyai makna ”memindahkan atau mengalihakan suatu barang atau benda”. Oleh karenanya, belum
Sehingga patutlah kiranya dikemukakan, bahwa cirri-ciri khas tindakpidana pencurian adalah mengambil barang orang lain untuk memilikinya.
A. Unsur obyektif