Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 8 siswa yang berada pada kategori tingkat kemampuan tinggi, hanya 6 siswa yang tetap berada pada kategori tingkat
kemampuan tinggi dengan persentase sebesar 75. Sedangkan 25 siswa yaitu sebanyak 2 anak mengalami perubahan kategori, yaitu menjadi kategori tingkat
kemampuan sedang. Penyajian data berbentuk diagram batang ketegori siswa tingkat
kemampuan tinggi melalui model jigsaw dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini:
Gambar 4.2 kategori siswa tingkat kemampuan tinggi melalui model jigsaw
Dari gambar 4.2 ditunjukan data tentang kategori siswa tingkat kemampuan tinggi melalui model jigsaw. Setelah melalui model jigsaw, 75
siswa kategori tingkat kemampuan tinggi tetap berada pada kategori siswa tingkat kemampuan tinggi, sedangkan 25 siswa kategori tingkat kemampuan tinggi
berubah menjadi kategori siswa berkemampuan sedang. Persentasi tersebut menunjukan bahwa untuk masing-masing siswa kategori tingkat kemampuan
10 20
30 40
50 60
70 80
Tinggi Sedang
Rendah Kategori tingkat
kemampuan tinggi melalui model jigsaw
75 25
M e
la lu
i m o
d e
l ji
gs a
w
Kategori siswa tingkat kemampuan tinggi
tinggi mengalami perubahan setelah melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Siswa kategori tingkat kemampuan sedang melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Siswa Kategori Tingkat Kemampuan Sedang
No. Nama
Siswa Kategori Tingkat Kemampuan
Melalui Model Jigsaw Tinggi
Sedang Rendah
1 Alif Faturahman
2
Alif Iqbal
3 Ferdi W
4
Galih
5 M. Pringgo
6
M. Alim
7 Miko Aditya
8
Okta S
9 Putri Rahayu
10
Rafi Arya
11 Ramdani
12
Sinta Kaniya
13 Soniati
14
Septia Nurul
15 Syifa Aulia
16
Wiranti
Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 16 siswa yang berada pada kategori tingkat kemampuan sedang, Setelah melalui pembelajaran kooperatif model
jigsaw tingkat kemampuan beberapa siswa mengalami perubahan. Hanya 12 siswa yang tetap berada pada kategori tingkat kemampuan sedang dengan persentase
sebesar 75. Sedangkan 12,5 siswa yaitu sebanyak 2 siswa mengalami perubahan kategori sedang menjadi kategori tingkat kemampuan tinggi dan 12,5
siswa yaitu sebanyak 2 siswa mengalami perubahan kategori sedang menjadi kategori tingkat kemampuan rendah.
Penyajian data berbentuk diagram batang ketegori siswa tingkat kemampuan sedang melalui model jigsaw dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah
ini:
Gambar 4.3 ketegori siswa tingkat kemampuan sedang melalui model jigsaw
Dari gambar 4.3 ditunjukan data tentang kategori siswa tingkat kemampuan tinggi melalui model jigsaw. Setelah melalui model jigsaw, 75
siswa kategori tingkat kemampuan sedang tetap berada pada kategori siswa tingkat kemampuan sedang, sedangkan 12,5 siswa kategori tingkat kemampuan
sedang mningkat menjadi kategori siswa berkemampuan tinggi, dan 12,5 siswa kategori tingkat kemampuan sedang berubah menjadi kategori siswa
berkemampuan rendah. Persentasi diatas juga menunjukan bahwa untuk masing- masing siswa kategori tingkat kemampuan sedang mengalami peningkatan dan
pnurunan pada setiap kategorinya setelah melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Siswa kategori tingkat kemampuan rendah melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat dilihat dalam tabel 4.5 di bawah ini:
10 20
30 40
50 60
70 80
Tinggi Sedang
Rendah
M e
la lu
i m o
d e
l ji
gs a
w
Kategori siswa tingkat kemampuan sedang
Tabel 4.5 Siswa Kategori Tingkat Kemampuan Rendah
No. Nama
Siswa Kategori Tingkat Kemampuan
Melalui Model Jigsaw Tinggi
Sedang Rendah
1 M. Hilman
2
M. Jowan
3 Rhandi
4
Rika Jesika
5 Rivaldian
6
Suci Vemalia
Tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 6 siswa yang berada pada kategori tingkat kemampuan rendah, hanya 4 siswa yang tetap berada pada kategori tingkat
kemampuan rendah dengan persentase sebesar 66,70. Sedangkan 33,30 siswa yaitu sebanyak 2 anak mengalami perubahan kategori, yaitu menjadi kategori
tingkat kemampuan sedang. Penyajian data berbentuk diagram batang ketegori siswa tingkat
kemampuan rendah melalui model jigsaw dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini:
Gambar 4.4 Kategori siswa tingkat kemampuan rendah melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw
Tinggi Sedang
Rendah 33.30
66.70
Kategori siswa tingkat kemampuan rendah
Melalui model jigsaw
Dari gambar 4.4 ditunjukan data tentang kategori siswa tingkat kemampuan rendah melalui model jigsaw. Setelah melalui model jigsaw, 66,70
siswa kategori tingkat kemampuan rendah tetap berada pada kategori siswa tingkat kemampuan rendah, 33,30 siswa kategori tingkat kemampuan rendah
meningkat menjadi kategori siswa berkemampuan sedang. Persentasi diatas juga menunjukan bahwa untuk masing-masing siswa kategori tingkat kemampuan
rendah mengalami perubahan pada setiap kategorinya melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Setelah melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw secara keseluruhan dari 30 sampel siswa diperoleh 8 orang siswa yang masuk kedalam kategori siswa
tingkat kemampuan tinggi dengan persentase sebesar x 100 = 26,67, dan 16
siswa masuk dalam kategori tingkat kemampuan sedang dengan persentase sebesar
x 100= 53,33, sedangkan pada kategori tingkat kemampuan rendah terdapat 6 siswa dengan persentase sebesar
x 100 = 20.
B. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw, diperoleh hasil penelitian bahwa hasil belajar IPA siswa pada konsep
hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw beberapa siswa mengalami perubahan dari setiap
kategorinya. Hal ini dilihat dari kategori tingkat kemampuan awal siswa yang masuk
dalam kelompok peserta didik tingkat kemampuan tinggi berubah menjadi tingkat kemampuan sedang, kelompok peserta didik tingkat kemampuan sedang berubah
menjadi tingkat kemampuan tinggi dan rendah, serta kelompok peserta didik tingkat kemampuan rendah menjadi tingkat kemampuan sedang. Dimana dari 30
siswa terdapat 8 siswa yang masuk kedalam kategori tingkat kemampuan tinggi setelah melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw terdapat 75 siswa yang
tetap berada pada kategori tinggi dan 25 siswa berubah kategori sedang. 16 siswa yang masuk dalam kategori tingkat kemampuan sedang, setelah melalui
pembelajaran kooperatif model jigsaw 12,5 siswa mengalami perubahan kategori, menjadi kategori tingkat kemampuan tinggi, 75 siswa tetap berada
pada kategori sedang, dan 12,5 siswa berubah kategori, menjadi kategori tingkat kemampuan rendah. Untuk 6 siswa yang masuk mategori tingkat kemampuan
rendah, terdapat 33,3 siswa yang mengalami perubahan kategori, menjadi kategori tingkat kemampuan sedang, dan 66,7 siswa tetap berada pada kategori
tingkat kemampuan rendah. Berdasarkan dari hasil pengujian tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA siswa melalui pembelajaran kooperatif model
jigsaw mengalami perubahan pada setiap kategorinya
Hal ini menegaskan tentang fungsi dan tujuan pembelajaan koopeatif model jigsaw yaitu dapat memberikan motivasi kepada siswa dan ketika siswa
belajar kelompok terjadi kerjasama yang baik siswa saling membantu temannya, semua aktif mengerjakan tugas yang guru berikan dan masing-masing siswa bebas
mengeluarkan pendapat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran Kooperatif metode jigsaw memacu siswa untuk saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya tanpa membedakan kemampuan, keaktifan dan jenis kelamin. Selain dituntut untuk saling bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya siswa juga
dituntut untuk mengajarkan teman dalam kelompoknya sendiri. karena sistem belajar bersifat berkelompok dan heterogen menuntut seluruh siswa bekerja sama
dalam satu kelompoknya agar dapat menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Disini guru hanya sebagai fasilitator yang mengontrol selama proses
pembelajaran. Dalam model kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan
untuk mengemukakan pendapat dan mengelolah informasi, dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasi kepada kelompok lain
2
. Selain itu pembelajaran kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak.
Pengaruh positif tersebut adalah meningkatkan hasil belajar, meningkatkan daya
2
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionaloisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011 cet. 4. h. 218.
ingat, dapat digunakan untuk mencapai tahap penalaran tingkat tinggi, mendorong tumbuhnya motivasi instristik kesadaran individu, meningkatkan hubungan antar
manusia yang heterogen, meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah, meningkatkan sikap positif terhadap guru, meningkatkan harga diri anak,
meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif dan meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.
Pelaksanaan pembelajaran sebelumnya yang diajarkan dengan konvesional ceramah. Ceramah yang sering digunakan dalam pembelajaran konvensional
tidak dapat dipandang baik atau jelek. Ceramah dapat dipandang jelek apabila penggunaannya tidak memenuhi prinsip-prinsip ceramah. Artinya guru tidak
dapat menyesuaikan antara tujuan yang akan dicapai dengan prinsip penggunaan metodenya, dan dipandang baik apabila dalam penggunaannya telah memenuhi
prinsip ceramah. Siswa melakukan kegiatan membaca dan mendengarkan materi yang
diajarkan oleh guru tanpa adanya interaksi antara siswa dengan siswa lainnya. Siswa mengerjakan LKS, kemudian terkadang diselingi tanya jawab antara guru
dengan siswa, sehingga hanya beberapa siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, sedangkan siswa lain hanya mendengarkan. Pada kelas yang menggunakan
model jigsaw siswa lebih berperan aktif, siswa tidak hanya menghafal tetapi juga terlibat dalam proses berfikir dan mencari pemahaman dari informasi yang sedang
dipelajari. Dengan demikian konsep yang dikuasai akan meningkat, sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat.
Desak Nyoman Purwanti dkk, menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw berdampak lebih baik secara signifikan terhadap hasil
belajar IPA dibandingkan dengan hasil belajar dengan model konvensional.
3
Proses pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa sekolah dasar yang lebih mudah mengingat sesuatu berdasarkan
hasil penemuannya melalui pentutoran teman sebaya maupun dari hasil diskusi kelompok. Pentutoran teman sebaya akan menuntut setiap siswa untuk mampu
3
Desak Nyoman Purwati Dkk, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SD Saraswati
Tabanan E-Journal Program Pasca Sarjana Universitas Ganesha Vol 3 Th 2013
mentransfer materi yang didapatnya pada kelompok ahli kepada anggota kelompok asalnya. Tuntutan ini akan menumbuhkan semangat setiap anggota
kelompok untuk meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya dengan belajar lebih baik lagi dan akhirnya juga berpengaruh terhadap meningkatnya hasil
belajar siswa. Berdasarkan data dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar IPA siswa pada konsep hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw mengalami
perubahan pada setiap kategorinya.
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, hal ini perlu diungkapkan agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi siapa saja
yang memerlukan hasil penelitian ini. 1
Peneliti hanya melakukan penelitian pada pokok bahasan hubungan antar mahluk
hidup dengan
lingkungannya sehingga
belum dapat
digeneralisasikan pada pokok bahasan IPA lainnya. 2
Siswa belum sepenuhnya terkontrol karena belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw sehingga pada kondisi awal terdapat
siswa yang belum bisa bekerja secara kooperatif atau siswa sulit diatur. 3
Manajemen waktu dalam pembelajaran ini sangatlah penting karena dalam pembelajaran ini dilakukan beberapa tahapan sehingga diperlukan waktu
yang lebih lama.