Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

c. Taraf Kesukaran Butir Soal

Taraf kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Tingkat kesukaran dari suatu tes digunakan untuk mengetahui apakah tiap butir soal termasuk dalam kategori mudah, sedang atau sukar.Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Adapun rumus untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah sebagaii berikut: Rumus mencari P adalah 6 : Dimana : P = Indeks Kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal benar JS = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes Klasifikasi taraf kesukaran sebagai berikut : Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Indeks tingkat kesukaran Kriteria – 0.30 Sukar 0.31 – 0.70 Sedang 0.71 – 1.00 Mudah 1.00 Sangat mudah Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal peneliti menggunakan program ANATES Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran butir soal instrumen penelitian, diperoleh 3 butir soal dengan tingkat kesulitan “sukar”, 20 butir soal dengan tingkat kes ulitan “sedang”, 4 butir soal dengan tingkat kesulitan “mudah”.dan 3 butir soal dengan tingkat kesulitan “sangat mudah” 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. 1995 H,208

d. Daya Pembeda

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. Perhitungan daya pembeda pada penelitian ini menggunakan program ANATESTV4. Adapuan rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah: daya pembeda = Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar = Banyaknya peserta kelompok atas = Banyaknya peserta kelompok bawah = = proposi peserta kelompok atas yang menjawab benar = = proposi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Tabel 3.3 Klasifikasi daya pembeda 7 Klasifikasidayabeda Kriteria 0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00 D 0 Jelek Cukup Baik Baik Sekali Soal dibuang Untuk mengetahui daya pembeda butir soal peneliti menggunakan program ANATES. Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda butir soal intrumen, 7 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara. 1995 H, 223 diperoleh 1 butir soal dengan daya beda “sangat jelek”, 6 butir soal dengan daya beda “jelek”, 15 butir soal dengan daya beda “cukup”, 7 butir soal dengan daya beda “baik”. dan 1 butir soal dengan daya beda “sangat baik”. Berdasrkan hasil perhitungan uji validitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran dari tiap soal dapat dilihat rekapitulasi analisis butir soal. Dari 30 soal yang telah diuji coba, diperoleh 20 soal yang valid, dengan reliabilitas 0,75. Tabel 3.4 Rekapitulasi Analisis Butir Soal No Soal Nilai Validitas Validitas Keterangan 1 0,317 Valid Digunakan 2 0,185 Tidak Valid Tidak digunakan 3 0,351 Valid Digunakan 4 -0,122 Tidak Valid Tidak digunakan 5 0,393 Valid Digunakan 6 0,390 Valid Digunakan 7 0,377 Valid Digunakan 8 0,393 Valid Digunakan 9 0,058 Tidak Valid Tidak digunakan 10 0,425 Valid Digunakan 11 0,321 Valid Digunakan 12 0,312 Valid Digunakan 13 0,389 Valid Digunakan 14 0,319 Valid Digunakan 15 0,105 Tidak Valid Tidak digunakan 16 0,335 Valid Digunakan 17 0,141 Tidak Valid Tidak digunakan 18 0,585 Valid Digunakan 19 0,332 Valid Digunakan 20 0,304 Valid Digunakan 21 0,358 Valid Digunakan 22 0,114 Tidak Valid Tidak digunakan 23 0,371 Valid Digunakan 24 0,393 Valid Digunakan 25 0,314 Valid Digunakan 26 0,304 Valid Digunakan 27 0,378 Valid Digunakan 28 0,161 Tidak Valid Tidak digunakan 29 0,393 Valid Digunakan 30 0,403 Valid Digunakan Peneliti hanya menggunakan 20 butir soal. Hal ini berdasarkan pada proporsi keterwakilan masing-masing indikator, untuk soal nomor 2,4,9,15,17,22,dan 28 tidak digunakan karena soal tersebut tidak valid sehingga soal tersebut tidak mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh sebab itu peneliti hanya menggunakan soal no 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16 ,18, 19, 20, 21,23, 24, 25, 26, 27, 29,30 untuk mengukur kemampuan siswa. Namun butir soal nomor 12 tidak digunakan karena daya pembedanya jelek, sama dengan soal nomor 25 dan 26 soal tidak digunakan karena indikator untuk soal nomor 25dan 26 sudah terwakili Tabel 3.5 Kisi- Kisi Instrumen Yang Sudah Valid No Indikator Tingkat kemampuan Jumlah Soal C1 C2 C3 1. Menjelaskan pengertian Simbiosis 1, 2, 4, 5 3 5 soal 2. Mengidentifikasi perbedaan antara simbiosis 7,8 9,10, 11,13 6, 12 8 soal 3. Menjelaskan manfaat dan kerugian yang terjadi akibat hubungan antar makhluk hidup. 14 1 soal 4. Menjelaskan perbedaan rantai makanan dan jaring-jaring makanan 15,16, 17,18, 19 5 soal 5. Menjelaskan unsur-unsur yang terdapat pada rantai makanan 24,25, 26, 28 20,21, 22,23, 27 9 soal 6. Mendeskripsikan contoh rantai makanan di sawah, di kebun dan di laut 29, 30 2 soal Jumlah total 15 12 3 30 soal Keterangan: menunjukan soal tidak valid.

G. Teknik Analisis Data

Pada proses analisis deskriptif yang digunakan setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya data di deskripsikan dan dianalisis. Penyusunan urutan kedudukan peserta didik menjadi tiga ranking, dilakukan dengan mengelompokan peserta didik menjadi tiga tingkatan, yaitu rangking atas kelompok peserta didik yang kemampuan tinggi, ranking tengah kelompok peserta didik dengan kemampuan sedang, dan renking bawah kelompok peserta didik dengan kemampuan rendah. Penentuan ranking menjadi tiga tingkatan ini berdasarkan pada konsep dasar yang menyatakan bahwa distribusi skor-skor hasil belajar peserta didik pada umumnya membentuk kurva normal Kurva Simetrik ,dimana sebagian besar 68,26 peserta didik terletak dibagian tengah kurva sebagai kelompok kategori “Sedang” atau “Cukup”, sebagian kecil yaitu 15,87 peserta didik terletak di daerah atas kurva sebagai kelompok peserta didik yang termasuk dalam kategori “Tinggi” dan sebagian kecil lainnya 15,87 terletak di daerah bawah kurva, sebagai kelompok peserta didik yang termasuk dalam kategori “Rendah”. 8 Dengan demikian maka dalam menentukan kedudukan seseorang siswa, terlebih dahulu kelas dibagi menjadi 3 kelompok kemudian dari pengelompokan itu dapat diketahui dia termasuk kelompok mana. Langkah-langkah untuk menentukan kedudukan siswa dalam 3 rangking: 1. Menjumlahkan skor semua siswa 2. Mencari nilai rata-rata mean dan simpangan baku Deviasi Standar atau standar deviasi a. Mean Rata-Rata Hitung = ∑ b. Standar Deviasi √ ∑ ∑ 8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013 H.449 3. Menentukan batas-batas kelompok a. Kelompok atas Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu standar deviasi keatas b. Kelompok sedang Semua siswa yang mempunyai skor antara -1 SD dan + 1 SD c. Kelompok rendah Semua siswa yang mempunyai skor – 1SD dan yang kurang dari itu. Patokan untuk menentukan rangking atas, rangking tengah dan rangking bawah adalalah sebagai berikut: ATAS MEAN + 1 SD TENGAH MEAN - 1 SD BAWAH 50

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi data

Peneliti melaksanakan penelitian dengan melakukan tes hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw sebanyak 20 butir soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Sebelum dilakukan tes akhir hasil belajar, instrumen tersebut diujicoba terlebih dahulu kepada sampel yang sudah diajarkan materi hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya yaitu pada siswa kelas 5 SDN Muhara 02 Citeureup. Setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda diperoleh 20 butir soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Data hasil belajar IPA siswa disajikan dalam bentuk tabel dan diagram lingkaran.

1. Analisis Data Hasil Belajar IPA

Pada pembahasan sebelumnya peneliti telah mengemukakan bahwa salah satu tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam menyusun penelitian ini adalah tes. Soal-soal pada tes yang ditujukan kepada siswa SDN Muhara 02. Hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan setiap hasil belajar IPA siswa apakah mengalami peningkatan dari ulangan IPA sebelum materi Hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan statistika yang mencakup perhitungan Mean dan standar deviasi. Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa penyusunan urutan kedudukan peserta didik dibagi menjadi tiga ranking, dilakukan pengelompokan peserta didik menjadi tiga tingkatan, yaitu: Rangking Atas kelompok peserta didik dengan kemampuan tinggi, Ranking Tengah kelompok peserta didik dengan kemampuan sedang, dan Ranking Bawah kelompok peserta didik dengan kemampuan rendah. Penentuan ranking menjadi tiga tingkatan ini berdasarkan pada konsep dasar yang menyatakan bahwa distribusi skor-skor hasil belajar peserta didik pada umumnya membentuk kurva normal Kurva Simetrik, dimana sebagian besar 68,26 peserta didik terletak di bagian tengah kurva sebagai kelompok kategori “Sedang” atau “Cukup”, sebagian kecil yaitu 15,87 peserta didik terletak di daerah atas kurva sebagai kelompok peserta didik yang termasuk dalam kategori “Tinggi” dan sebagian kecil lainnya 15,87 terletak di daerah bawah kurva, sebagai kelompok peserta didik yang termasuk dalam kategori “Rendah”. 1 Rangking Bawah Rangking Atas 15,87 68,26 15,87 Rangking Tengah M – SD M M +SD Gambar 4.1 Kurva Normal Setelah mengetahui tingkat kedudukan siswa sebelumnya, selanjutnya peneliti ingin melihat apakah terjadi perubahan dari siswa yang masuk dalam kelompok peserta didik dengan kemampuan tinggi, kelompok peserta didik dengan kemampuan sedang dan kelompok peserta didik dengan kemampuan rendah melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw pada materi hubungan antar makhluk hidup dengan lingkungannya. 1 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013 h.449 Diketahui bahwa rata-rata yang diperoleh melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah 74,5 dan standar deviasi 8,40 lihat lampiran. Selanjutnya peneliti menghitung patokan untuk menentukan ranking atas, ranking tengah dan rangking bawah adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Patokan Menyusun Tiga Ranking Tabel 4.2 Konversi Nilai Nilai hasil belajar Melalui jigsaw Rangking 82,9 ke atas Atas 66,1 – 82,9 Tengah 66,1 ke bawah Bawah Pada tabel 4.3 akan dipaparkan data siswa kategori tingkat kemampuan tinggi melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw. Tabel 4.3 Siswa Kategori Tingkat Kemampuan Tinggi No. Nama Siswa Kategori Tingkat Kemampuan Melalui Model Jigsaw Tinggi Sedang Rendah 1 Levinda  2 Nuriyanti  3 Salsa Aprilia  4 Shevy O  5 Siti Silfa  6 Silvya Z  7 Yogi P  8 Yosi Diana  ATAS MEAN + I SD = 74,5 + 8,40 = 82,9 TENGAH MEAN + I SD = 74,5 - 8,40 = 66,1 BAWAH Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 8 siswa yang berada pada kategori tingkat kemampuan tinggi, hanya 6 siswa yang tetap berada pada kategori tingkat kemampuan tinggi dengan persentase sebesar 75. Sedangkan 25 siswa yaitu sebanyak 2 anak mengalami perubahan kategori, yaitu menjadi kategori tingkat kemampuan sedang. Penyajian data berbentuk diagram batang ketegori siswa tingkat kemampuan tinggi melalui model jigsaw dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini: Gambar 4.2 kategori siswa tingkat kemampuan tinggi melalui model jigsaw Dari gambar 4.2 ditunjukan data tentang kategori siswa tingkat kemampuan tinggi melalui model jigsaw. Setelah melalui model jigsaw, 75 siswa kategori tingkat kemampuan tinggi tetap berada pada kategori siswa tingkat kemampuan tinggi, sedangkan 25 siswa kategori tingkat kemampuan tinggi berubah menjadi kategori siswa berkemampuan sedang. Persentasi tersebut menunjukan bahwa untuk masing-masing siswa kategori tingkat kemampuan 10 20 30 40 50 60 70 80 Tinggi Sedang Rendah Kategori tingkat kemampuan tinggi melalui model jigsaw 75 25 M e la lu i m o d e l ji gs a w Kategori siswa tingkat kemampuan tinggi

Dokumen yang terkait

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PEMBELAJARAN IPA BERPENDEKATAN JAS (JELAJAH ALAM SEKITAR) MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KARAKTER ILMIAH SISWA

1 4 154

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPA PADA KONSEP CIRI- CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP MELALUI Peningkatan Motivasi Siswa Dan Hasil Belajar Ipa Pada Konsep Ciri- Ciri Dan Kebutuhan Makhluk Hidup Melalui Pendekatan Jigsaw Di Kelas 3 Semester

0 1 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW :Penelitian Tindakan Kelas Tentang Pokok Bahasan Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya pada Siswa Kelas V SDN Margasari II.

0 0 35

Bab 03 – Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya – 1 Penyesuaian Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

0 0 1

Bab 05 – Makhluk Hidup dan Lingkungannya – 1 Hubungan antar Makhluk Hidup

0 2 1

Bab 05 – Makhluk Hidup dan Lingkungannya – 2 Hubungan Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

0 0 1

Makhluk Hidup dan lingkungannya ( IPA Bab 1 )

0 0 2