28
dipandang masih berdarah dekat, larangan berzinah, dan lain-lain. Narwoko,
2013:51
2.6.4 Adat Istiadat Custom
Adat istiadat pola-pola kelakuan yang tidak tertulis, tetapi memiliki kekuatan mengikat kepada para anggotanya, sehingga bagi yang melanggar adat
istiadat tersebut akan menderita sanksi yang lebih keras. Anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat, akan mendapatkan sanksi umum, baik formal dan
informal. Sanksi hukum formal biasanya melibatkan alat negara berdasarkan undang-undang yang berlaku dalam memaksa pelanggarnya untuk menerima
sanksi hukum, misalnya pemerkosaan. Sedangkan, sanksi hukum informal biasanya diterapkan dengan kurang atau bahkan tidak rasional, yaitu lebih
ditekankan pada kepentingan masyarakat. Basrowi, 2005:89
2.6.5 Hukum Law
Di samping adanya folkways dan mores, diperlukan pula adanya kaidah lain, yang lazim disebut hukum, untuk menegakkan keadaan tertib sosial.
Berbeda halnya dengan folkways dan mores, pada hukum didapati adanya organisasi, politik khususnya, yang secara formal dan berprosedur bertugas
memaksakan ditaatinya kaidah-kaidah sosial yang berlaku. Dibandingkan dengan folkways dan mores, hukum tertulis itu adalah jauh lebih terpikir dan
lebih terlafalkan secara tegas. Hukum tertulis betul-betul merupakan hasil suatu perencanaan dan pikiran-pikiran yang sadar sehingga karenanya memperoleh
Universitas Sumatera Utara
29
pentaatan yang spontan dari warga masyarakat. Narwoko, 2013:53-55. Hukum merupakan salah satu norma yang memiliki alat kelengkapan, seperti
undang-undang, aparat hukum seperti polisi, jaksa, hakim, pengadilan, penjara, sekolah, hukum, dan sebagainya, sedangkan norma lainnya tidak memiliki
unsur-unsur yang ada pada hukum.
2.7 Nilai Sosial
Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakekatnya mengarahkan
perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar. Nilai adalah suatu bagian penting dari
kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah, artinya secara moral dapat diterima, kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana
tindakan itu dilakukan. Setiadi, 2011:119 Nilai sosial merupakan tolok ukur, patokan, anggapan, dan keyakinan yang
dianut oleh sebagian besar anggota dalam suatu masyarakat tertentu mengenai yang benar, pantas, luhur, serta baik untuk diamalkan. Nilai menjadi orientasi bagi setiap
tindakan melalui interaksi sosial. Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan
memengaruhi perubahan folkways dan mores. Di wilayah pedesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan televisi swasta yang mulai dikenal, dengan perlahan-lahan
terlihat bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi pergeseran nilai, misalnya nilai
Universitas Sumatera Utara