6 Norma-norma Sosial Media Massa

25

2. 6 Norma-norma Sosial

Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan, nilai dan norma selalu berkaitan. Bedanya secara umum, norma mengandung sanksi yang relatif tegas terhadap pelanggarnya. Norma lebih banyak penekanannya sebagai peraturan-peraturan yang selalu disertai oleh sanksi-sanksi yang merupakan faktor pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang dianggap terbaik untuk dilakukan. Basrowi, 2005:88 Setiap masyarakat memiliki sistem norma sebagai pedoman setiap anggota masyarakat untuk berperilaku sebagaimana yang diharapkan oleh seluruh atau sebagian besar anggota masyarakat tersebut. Norma adalah aturan-aturan yang berisi petunjuk mengenai tingkah laku yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia, dan sifatnya mengikat. Manusia wajib menaati norma yang berlaku di dalam masyarakat. Norma sangat diperlukan untuk memberi pedoman bagi masyarakat dalam bertingkahlaku agar tercipta ketertiban, ketenteraman, keamanan, dan keharmonisan dalam masyarakat. Pada awalnya, norma-norma di masyarakat terbentuk secara tidak disengaja. Namun, lama-kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Norma- norma yang ada di dalam masyarakat memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya. Pada yang terakhir, umumnya anggota-anggota masyarakat tidak berani melanggarnya. Soekanto, 2009:174 Untuk dapat membedakan kekuatan norma-norma tersebut, maka secara sosiologis dikenal ada empat bagian norma-norma sosial, yaitu cara usage, kebiasaan folkways, tata kelakuan mores, adat-istiadat custom, akan tetapi oleh Universitas Sumatera Utara 26 sosiolog lainnya ditambah satu lagi, yaitu hukum laws, sehingga keberadaannya menjadi lima jenis.

2.6.1 Cara Usage

Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang dapat dikatakan sangat lemah dibandingkan dengan norma yang lainnya. Cara lebih banyak terjadi pada hubungan-hubungan antar individu dengan individu dalam kehidupan masyarakat. Jika terjadi pelanggaran terhadap norma tersebut, seseorang hanya mendapatkan sanksi-sanksi yang ringan, seperti berupa cemoohan atau celaan dari individu lain yang dihubunginya. Perbuatan seseorang yang melanggar norma dalam tingkatan cara tersebut dianggap orang lain sebagai perbuatan yang tidak sopan, misalnya makan berdecak, makan berdiri, dan lain-lain. Abdulsyani, 2007: 55

2.6.2 Kebiasaan Folkways

Folkways dimaksudkan untuk menyebutkan seluruh norma-norma sosial yang terlahir dari adanya pola-pola perilaku yang selalu diikuti oleh orang- orang kebanyakan dalam kehidupan sehari-harinya karena dipandang sebagai suatu hal yang lazim. Walaupun folkways itu semula merupakan sesuatu kebiasaan dan kelaziman belaka, namun karena dikerjakan secara berulang- ulang maka berangsur-angsur terasa kekuatannya sebagai hal yang bersifat standar dan wajib dijalani. Universitas Sumatera Utara 27 Apabila di dalam segala hal orang mencoba menyimpang dari norma- norma folkways, pastilah dia akan tersisih dari kontak-kontak sosial dan dipandang sebagai orang yang aneh, eksentrik, dan sulit dimengerti. Kalau sudah tersisih demikian, pasti dia akan menghadapi kehidupan sosial yang agak sulit, baik dalam kehidupan fisiknya maupun dalam kehidupan mental dan rohaninya. Sanksi-sanksi folkways itu relatif tidak berat, dan sifatnya tidak formal, terencana, dan teratur, melainkan bersifat informal, seperti berupa sindiran, pergunjingan, atau olok-olok. Narwoko, 2013:48-50

2.6.3 Tata Kelakuan Mores

Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui oleh masyarakat sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku. Tata kelakuan lebih menunjukkan fungsi sebagai pengawas kelakuan oleh kelompok terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan memiliki kekuatan pemaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, jika terjadi pelanggaran, maka dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi, berupa pemaksaan terhadap pelanggarnya untuk kembali menyesuaikan diri dengan tata kelakuan umum sebagaimana telah ditetapkan. Bentuk hukumannya biasanya dikucilkan oleh masyarakat dari pergaulan, bahkan mungkin terjadi pengusiran dari tempat tinggalnya. Basrowi, 2005:89 Mores itu dipandang lebih esensial bagi terjaminnya kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu selalu dipertahankan oleh ancaman-ancaman sanksi yang jauh lebih keras. Mores yang dirumuskan dalam bentuk larangan disebut tabu, contohnya larangan perkawinan antara orang-orang yang Universitas Sumatera Utara 28 dipandang masih berdarah dekat, larangan berzinah, dan lain-lain. Narwoko, 2013:51

2.6.4 Adat Istiadat Custom

Adat istiadat pola-pola kelakuan yang tidak tertulis, tetapi memiliki kekuatan mengikat kepada para anggotanya, sehingga bagi yang melanggar adat istiadat tersebut akan menderita sanksi yang lebih keras. Anggota masyarakat yang melanggar adat-istiadat, akan mendapatkan sanksi umum, baik formal dan informal. Sanksi hukum formal biasanya melibatkan alat negara berdasarkan undang-undang yang berlaku dalam memaksa pelanggarnya untuk menerima sanksi hukum, misalnya pemerkosaan. Sedangkan, sanksi hukum informal biasanya diterapkan dengan kurang atau bahkan tidak rasional, yaitu lebih ditekankan pada kepentingan masyarakat. Basrowi, 2005:89

2.6.5 Hukum Law

Di samping adanya folkways dan mores, diperlukan pula adanya kaidah lain, yang lazim disebut hukum, untuk menegakkan keadaan tertib sosial. Berbeda halnya dengan folkways dan mores, pada hukum didapati adanya organisasi, politik khususnya, yang secara formal dan berprosedur bertugas memaksakan ditaatinya kaidah-kaidah sosial yang berlaku. Dibandingkan dengan folkways dan mores, hukum tertulis itu adalah jauh lebih terpikir dan lebih terlafalkan secara tegas. Hukum tertulis betul-betul merupakan hasil suatu perencanaan dan pikiran-pikiran yang sadar sehingga karenanya memperoleh Universitas Sumatera Utara 29 pentaatan yang spontan dari warga masyarakat. Narwoko, 2013:53-55. Hukum merupakan salah satu norma yang memiliki alat kelengkapan, seperti undang-undang, aparat hukum seperti polisi, jaksa, hakim, pengadilan, penjara, sekolah, hukum, dan sebagainya, sedangkan norma lainnya tidak memiliki unsur-unsur yang ada pada hukum.

2.7 Nilai Sosial

Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakekatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar. Nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah, artinya secara moral dapat diterima, kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana tindakan itu dilakukan. Setiadi, 2011:119 Nilai sosial merupakan tolok ukur, patokan, anggapan, dan keyakinan yang dianut oleh sebagian besar anggota dalam suatu masyarakat tertentu mengenai yang benar, pantas, luhur, serta baik untuk diamalkan. Nilai menjadi orientasi bagi setiap tindakan melalui interaksi sosial. Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan memengaruhi perubahan folkways dan mores. Di wilayah pedesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan televisi swasta yang mulai dikenal, dengan perlahan-lahan terlihat bahwa di dalam masyarakat itu mulai terjadi pergeseran nilai, misalnya nilai Universitas Sumatera Utara 30 tentang kesopanan. Kebiasaan dan tata kelakuan masyarakat ikut berubah seiring dengan berubahnya nilai-nilai yang diyakini masyarakat itu. Narwoko, 2013:55 Universitas Sumatera Utara 31 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi, atau masyarakat. Studi kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu. Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya. Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh. Dengan demikian, peneliti akan memperoleh data atau informasi tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Danim, 2002:33,54

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah daerah tersebut merupakan salah satu desa yang terbesar di Tanah Karo dan peredaran narkoba di desa tersebut sudah sangat mengkhawatirkan. Selain itu, peneliti juga bertempat tinggal di desa tersebut Universitas Sumatera Utara 32 sehingga cukup membantu peneliti dalam mengetahui perkembangan penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja yang terjadi di Desa Batukarang. 3.3 Unit Analisis 3.3.1 Unit Analisis Unit analisis adalah satuan tertentu yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Korban Penyalahgunaan Narkoba, Keluarga, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang yang akan diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: 1. Korban Penyalahgunaan Narkoba 2. Keluarga 3. Tokoh Masyarakat 4. Masyarakat

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Universitas Sumatera Utara 33

3.4.1 Data Primer

Peneliti melakukan kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Data primer adalah data yang diambil dari sumber data pertama di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara : 1. Observasi Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Observasi adalah kemampuan seorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya. Bungin, 2007:115 2. Wawancara Mendalam Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan. Namun demikian, teknik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan secara berhadapan langsung, melainkan dapat saja dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet. Suyanto, 2008:69

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang diharapkan dapat membantu memberi keterangan atau data pelengkap. Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui Universitas Sumatera Utara 34 penelitian studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data diperoleh dari buku-buku ilmiah, tulisan ilmiah, laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan keabsahan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan. Pengumpulan data mulai dari menelaah seluruh data yang tersedia yaitu pengamatan dan wawancara mendalam yang sudah ada dalam catatan lapangan. Data-data yang sudah diperoleh dari lapangan kemudian dipelajari dan dikumpulkan untuk dapat dianalisis berdasarkan dukungan teori dan kajian pustaka yang telah disusun sebagai laporan penelitian. Universitas Sumatera Utara 35 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Batukarang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Payung dan terletak di Kabupaten Karo. Luas wilayah Desa Batukarang adalah ± 14.000 Ha dan terletak pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Secara umum, Desa Batukarang merupakan daerah yang beriklim tropis dengan udara sejuk yang dipengaruhi oleh iklim pegunungan. Rata-rata suhu udara sebesar 19,8°C dengan suhu maksimum 25,8°C dengan suhu minimum 14,3°C. Adapun atas-batas Desa Batukarang yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Lau Borus, sebelah Selatan berbatasan dengan Lau Biang, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rimo Kayu, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jandi Meriah. Pertama kali Desa Batukarang didirikan oleh Marga Bangun simanteki kuta. Sebagian besar lahan di Desa Batukarang digunakan untuk pertanian. Pertanian dijadikan sebagai sumber kehidupan pokok bagi masyarakatnya. Padi, cabe, dan tembakau merupakan jenis tanaman pokok di desa ini. Namun, akhir- akhir ini masyarakat Desa Batukarang mengalami kesulitan dalam perekonomian karena debu vulkanik Gunung Sinabung merusak tanam-tanaman masyarakat sehingga hasil panen tidak seperti biasanya. Universitas Sumatera Utara 36 Di Desa Batukarang memiliki banyak warung kopi di mana beberapa warung tersebut digunakan para pengguna untuk memakai narkoba. Bahkan, di warung tersebut juga digunakan sebagai tempat melakukan transaksi narkoba. Mereka tidak segan-segan menggunakan narkoba khususnya jenis ganja di depan umum. Kondisinya, warung itu dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga masyarakat berlalulalang di depan warung tersebut. Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut DesaKelurahan di Kecamatan Payung, Tahun 2013 No Desa Kelurahan Luas Km 2 Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Tiap Km 2 1 Batukarang 13,70 5022 366 2 Rimo Kayu 2,60 667 256 3 Cimbang 2,10 237 113 4 Ujung Payung 2,10 315 150 5 Payung 8,80 1812 206 6 Suka Meriah 2,50 423 169 7 Guru Kinayan 11,30 2087 1847 8 Selandi 4,14 161 161 Total 47,24 11232 238 Sumber : Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun 2013 Kecamatan Payung Universitas Sumatera Utara 37

4.1.2 Keadaaan Demografis

Masyarakat Desa Batukarang merupakan masyarakat majemuk, di mana di desa ini terdapat Suku Karo, Suku Jawa, Suku Simalungun, Suku Batak Toba, dan Suku Nias, dan yang menjadi penduduk mayoritas adalah Suku Karo. Berdasarkan data yang diperoleh dari proyeksi penduduk pertengahan tahun 2013 Kecamatan Payung, maka penduduk Desa Batukarang berjumlah 5022 jiwa atau 1478 kepala keluarga yang terdiri dari laki-laki 2467 jiwa dan perempuan 2555 jiwa. Berikut merupakan data kependudukan Desa Batukarang. Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Desa Batukarang Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-laki 2467 49,12 2 Perempuan 2555 50,88 Total 5022 100 Sumber: Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun 2013 Masyarakat Desa Batukarang memiliki keyakinan atau pun kepercayaan masing-masing, diantaranya agama Kristen Protestan, Islam, dan Katolik. Agama mayoritas penduduk di Desa Batukarang adalah Kristen. Meskipun penduduk memiliki agama yang berbeda-beda tetapi mereka tetap memiliki interaksi yang baik antar agama dan tetap menjaga toleransi beragama. Masyarakat berusaha Universitas Sumatera Utara 38 untuk menjalankan ajaran agama yang dipeluknya masing-masing. Berikut ini merupakan jumlah penduduk menurut agama yang dianut. Tabel 4.3 Agama Penduduk di Desa Batukarang No Agama Jumlah 1 Islam 1256 25 2 K. Protestan 2009 40 3 Katolik 1757 35 Total 5022 100 Sumber: Data Statistik Desa Batukarang

4.1.3 Keadaan Sosial dan Ekonomi

Penduduk Desa Batukarang memiliki pekerjaan atau profesi yang berbeda- beda, namun secara umum, masyarakat memiliki mata pencaharian utama yaitu sebagai petani. Secara lebih rinci, berdasarkan data yang diperoleh, penduduk Desa Batukarang dapat dilihat menurut matapencahariannya yaitu sebagai berikut : Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Batukarang No Mata Pencaharian Jumlah 1 Pertanian 2209 71,46 2 Industri Rumah Tangga 23 0,74 Universitas Sumatera Utara 39 3 Jasa 168 5,43 4 PNSPOLRITNI 391 12,64 5 Lainnya 300 9,70 Total 3091 100 Sumber: Data Statistik Desa Batukarang Sarana-sarana yang terdapat di Desa Batukarang, yakni: sarana kesehatan, sarana ibadah, serta sarana pendidikan. Adapun fasilitas kesehatan di desa ini yaitu terdiri dari pustu, posyandu, poskesdes, dan didukung oleh adanya tujuh bidan desa, serta satu orang perawat. Jumlah sarana kesehatan dapat dari tabel berikut ini. Tabel 4.5 Sarana Kesehatan No Sarana Kesehatan Jumlah Unit 1 Posyandu 3 2 PuskesmasPustu 1 3 Poskesdes 5 Total 9 Sumber: Ka. UPT. Dinas Kesehatan Kecamatan Payung Keyakinan yang dianut oleh masyarakat juga disertai dengan adanya rumah-rumah ibadah menurut aliran kepercayaannya masing-masing. Berikut ini Universitas Sumatera Utara 40 merupakan tabel sarana rumah ibadah yang terdapat di Desa Batukarang, yang menunjukkan bahwa penduduk agama Kristen sebagai mayoritas penduduk di desa ini, dapat dilihat dari tabel jumlah sarana rumah ibadah di bawah ini: Tabel 4.6 Sarana Ibadah No Sarana Ibadah Jumlah Unit 1 Mesjid 2 2 Gereja 6 3 Vihara Total 8 Sumber: Data Statistik Desa Batukarang Jika dilihat dari segi pendidikan, maka di dalam masyarakat Desa Batukarang terdapat beberapa lembaga pendidikan formal mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini PAUD sampai dengan Sekolah Menengah Pertama SMP. Berikut ini merupakan tabel dari sarana pendidikan yang terdapat di Desa Batukarang. Tabel 4.7 Sarana Pendidikan No Sarana Pendidikan Jumlah Unit 1 PAUD 1 2 TK 2 Universitas Sumatera Utara 41 3 SD Negeri 4 4 SMP Negeri 1 Total 8 Sumber: UPT. Dinas Pendidikan Kecamatan Payung Catatan: Belum terdapat Sekolah Menengah Atas SMA di Kecamatan Payung Kondisi perumahan yang ada di Desa Batukarang terdiri atas tiga bagian, yakni rumah permanen, semi permanen, dan darurat. Berikut ini tabel data dari perumahan tersebut. Tabel 4.8 Data Perumahan No Jenis Rumah Jumlah Unit 1 Permanen 360 22,54 2 Semi Permanen 498 31,18 3 Darurat 739 46,27 Total 1597 100 Sumber : Data Statistik Desa Batukarang Sumber mata pencaharian dari penduduk Desa Batukarang tidak hanya berfokus kepada hasil dari pertanian, tetapi masih banyak usaha-usaha yang dikerjakan masyarakat baik dalam hal perdagangan mau pun jasa. Adapun Universitas Sumatera Utara 42 jumlah usaha yang dimiliki oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.9 Jumlah Usaha Masyarakat Desa No Jenis Usaha Jumlah Unit 1 Kedai Kopi 42 2 Kedai Sampah 47 3 Tukang Jahit 3 4 Kilang Padi 2 5 SalonTukang Pangkas 4 6 Kedai Nasi 7 7 Warnet 3 8 Bengkel 5 9 Jual Pupuk 4 Total 102 Sumber: Data Statistik Desa Batukarang

4.2 Profil Informan

Dalam penelitian ini, terdapat 18 delapan belas orang informan, diantaranya 5 lima orang korban penyalahgunaan narkoba, 9 sembilan orang sebagai masyarakat, dan 4 empat orang sebagai tokoh masyarakat yang dapat memperkuat Universitas Sumatera Utara 43 hasil penelitian. Adapun profil seluruh informan penelitian tersebut dapat diketahui sebagai berikut. 4.2.1 Korban Penyalahgunaan Narkoba 4.2.1.1 Informan CT CT merupakan remaja laki-laki yang berusia 20 tahun. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Setelah tamat SMP, CT sempat melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Ayah CT telah meninggal dunia karena overdosis menggunakan narkoba. CT jarang pulang ke rumah karena ia enggan ditegur dan dinasehati oleh ibunya. Setiap hari CT menghabiskan waktu bersama teman-temannya di warung kopi. Berdasarkan hasil wawancara, CT sudah menggunakan narkoba sejak tahun 2014. Jenis narkoba yang digunakan oleh CT yaitu ganja dan sabu- sabu. Setelah menggunakan narkoba, CT memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga, memiliki penyakit asam lambung, lemas, dan tidak memiliki selera makan sehingga badannya kurus,. CT memiliki keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba, tetapi ia belum melaksanakannya. Ibu CT tidak mengetahui bahwa CT sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Universitas Sumatera Utara 44

4.2.1.2 Informan RB