31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subjek penelitian dapat berupa individu,
kelompok, institusi, atau masyarakat. Studi kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan
mendalam mengenai unit sosial tertentu. Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan
memberikan makna atasnya. Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh. Dengan demikian, peneliti akan memperoleh data atau
informasi tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Danim, 2002:33,54
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah daerah tersebut merupakan salah satu
desa yang terbesar di Tanah Karo dan peredaran narkoba di desa tersebut sudah sangat mengkhawatirkan. Selain itu, peneliti juga bertempat tinggal di desa tersebut
Universitas Sumatera Utara
32
sehingga cukup membantu peneliti dalam mengetahui perkembangan penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja yang terjadi di Desa Batukarang.
3.3 Unit Analisis 3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan tertentu yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian.
Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Korban Penyalahgunaan Narkoba, Keluarga, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat.
3.3.2 Informan
Informan adalah orang yang akan diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi,
ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
1. Korban Penyalahgunaan Narkoba
2. Keluarga
3. Tokoh Masyarakat
4. Masyarakat
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.
Universitas Sumatera Utara
33
3.4.1 Data Primer
Peneliti melakukan kegiatan langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Data
primer adalah data yang diambil dari sumber data pertama di lapangan. Adapun
teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara :
1.
Observasi
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Observasi adalah
kemampuan seorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya.
Bungin, 2007:115
2.
Wawancara Mendalam
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan. Namun demikian, teknik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus dilakukan secara berhadapan
langsung, melainkan dapat saja dengan memanfaatkan sarana
komunikasi lain, misalnya telepon dan internet. Suyanto, 2008:69
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang diharapkan dapat membantu memberi keterangan atau data pelengkap. Teknik
pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui
Universitas Sumatera Utara
34
penelitian studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data diperoleh dari buku-buku ilmiah, tulisan ilmiah, laporan penelitian yang berkaitan dengan
topik penelitian yang dianggap relevan dan keabsahan dengan masalah yang
diteliti.
3.5 Interpretasi Data
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara
berkesinambungan. Pengumpulan data mulai dari menelaah seluruh data yang tersedia yaitu pengamatan dan wawancara mendalam yang sudah ada dalam catatan
lapangan. Data-data yang sudah diperoleh dari lapangan kemudian dipelajari dan dikumpulkan untuk dapat dianalisis berdasarkan dukungan teori dan kajian pustaka
yang telah disusun sebagai laporan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis
Desa Batukarang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Payung dan terletak di Kabupaten Karo. Luas wilayah Desa Batukarang adalah ±
14.000 Ha dan terletak pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Secara umum, Desa Batukarang merupakan daerah yang beriklim tropis dengan udara
sejuk yang dipengaruhi oleh iklim pegunungan. Rata-rata suhu udara sebesar 19,8°C dengan suhu maksimum 25,8°C dengan suhu minimum 14,3°C. Adapun
atas-batas Desa Batukarang yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Lau Borus, sebelah Selatan berbatasan dengan Lau Biang, sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Rimo Kayu, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jandi Meriah. Pertama kali Desa Batukarang didirikan oleh Marga Bangun simanteki kuta.
Sebagian besar lahan di Desa Batukarang digunakan untuk pertanian. Pertanian dijadikan sebagai sumber kehidupan pokok bagi masyarakatnya. Padi,
cabe, dan tembakau merupakan jenis tanaman pokok di desa ini. Namun, akhir- akhir ini masyarakat Desa Batukarang mengalami kesulitan dalam perekonomian
karena debu vulkanik Gunung Sinabung merusak tanam-tanaman masyarakat sehingga hasil panen tidak seperti biasanya.
Universitas Sumatera Utara
36
Di Desa Batukarang memiliki banyak warung kopi di mana beberapa warung tersebut digunakan para pengguna untuk memakai narkoba. Bahkan, di
warung tersebut juga digunakan sebagai tempat melakukan transaksi narkoba. Mereka tidak segan-segan menggunakan narkoba khususnya jenis ganja di depan
umum. Kondisinya, warung itu dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga masyarakat berlalulalang di depan warung tersebut.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut DesaKelurahan di Kecamatan Payung, Tahun 2013
No Desa
Kelurahan Luas
Km
2
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
Tiap Km
2
1 Batukarang
13,70 5022
366
2 Rimo Kayu
2,60 667
256 3
Cimbang 2,10
237 113
4 Ujung Payung
2,10 315
150 5
Payung 8,80
1812 206
6 Suka Meriah
2,50 423
169 7
Guru Kinayan 11,30
2087 1847
8 Selandi
4,14 161
161
Total 47,24
11232 238
Sumber : Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun 2013 Kecamatan Payung
Universitas Sumatera Utara
37
4.1.2 Keadaaan Demografis
Masyarakat Desa Batukarang merupakan masyarakat majemuk, di mana di desa ini terdapat Suku Karo, Suku Jawa, Suku Simalungun, Suku Batak Toba,
dan Suku Nias, dan yang menjadi penduduk mayoritas adalah Suku Karo. Berdasarkan data yang diperoleh dari proyeksi penduduk pertengahan tahun 2013
Kecamatan Payung, maka penduduk Desa Batukarang berjumlah 5022 jiwa atau 1478 kepala keluarga yang terdiri dari laki-laki 2467 jiwa dan perempuan 2555
jiwa. Berikut merupakan data kependudukan Desa Batukarang.
Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Desa Batukarang Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Jumlah
1 Laki-laki
2467 49,12
2 Perempuan
2555 50,88
Total 5022
100 Sumber: Proyeksi Penduduk Pertengahan Tahun 2013
Masyarakat Desa Batukarang memiliki keyakinan atau pun kepercayaan masing-masing, diantaranya agama Kristen Protestan, Islam, dan Katolik. Agama
mayoritas penduduk di Desa Batukarang adalah Kristen. Meskipun penduduk memiliki agama yang berbeda-beda tetapi mereka tetap memiliki interaksi yang
baik antar agama dan tetap menjaga toleransi beragama. Masyarakat berusaha
Universitas Sumatera Utara
38
untuk menjalankan ajaran agama yang dipeluknya masing-masing. Berikut ini merupakan jumlah penduduk menurut agama yang dianut.
Tabel 4.3 Agama Penduduk di Desa Batukarang No
Agama Jumlah
1 Islam
1256 25
2 K. Protestan
2009 40
3 Katolik
1757 35
Total 5022
100 Sumber: Data Statistik Desa Batukarang
4.1.3 Keadaan Sosial dan Ekonomi
Penduduk Desa Batukarang memiliki pekerjaan atau profesi yang berbeda- beda, namun secara umum, masyarakat memiliki mata pencaharian utama yaitu
sebagai petani. Secara lebih rinci, berdasarkan data yang diperoleh, penduduk Desa Batukarang dapat dilihat menurut matapencahariannya yaitu sebagai
berikut :
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Batukarang
No Mata Pencaharian
Jumlah
1 Pertanian
2209 71,46
2 Industri Rumah Tangga
23 0,74
Universitas Sumatera Utara
39
3 Jasa
168 5,43
4 PNSPOLRITNI
391 12,64
5 Lainnya
300 9,70
Total 3091
100 Sumber: Data Statistik Desa Batukarang
Sarana-sarana yang terdapat di Desa Batukarang, yakni: sarana kesehatan, sarana ibadah, serta sarana pendidikan. Adapun fasilitas kesehatan di desa ini
yaitu terdiri dari pustu, posyandu, poskesdes, dan didukung oleh adanya tujuh bidan desa, serta satu orang perawat. Jumlah sarana kesehatan dapat dari tabel
berikut ini.
Tabel 4.5 Sarana Kesehatan No
Sarana Kesehatan Jumlah Unit
1 Posyandu
3 2
PuskesmasPustu 1
3 Poskesdes
5 Total
9 Sumber: Ka. UPT. Dinas Kesehatan Kecamatan Payung
Keyakinan yang dianut oleh masyarakat juga disertai dengan adanya rumah-rumah ibadah menurut aliran kepercayaannya masing-masing. Berikut ini
Universitas Sumatera Utara
40
merupakan tabel sarana rumah ibadah yang terdapat di Desa Batukarang, yang menunjukkan bahwa penduduk agama Kristen sebagai mayoritas penduduk di
desa ini, dapat dilihat dari tabel jumlah sarana rumah ibadah di bawah ini:
Tabel 4.6 Sarana Ibadah No
Sarana Ibadah Jumlah Unit
1 Mesjid
2 2
Gereja 6
3 Vihara
Total 8
Sumber: Data Statistik Desa Batukarang
Jika dilihat dari segi pendidikan, maka di dalam masyarakat Desa Batukarang terdapat beberapa lembaga pendidikan formal mulai dari tingkat
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD sampai dengan Sekolah Menengah Pertama SMP. Berikut ini merupakan tabel dari sarana pendidikan yang terdapat di Desa
Batukarang.
Tabel 4.7 Sarana Pendidikan No
Sarana Pendidikan Jumlah Unit
1 PAUD
1 2
TK 2
Universitas Sumatera Utara
41
3 SD Negeri
4 4
SMP Negeri 1
Total 8
Sumber: UPT. Dinas Pendidikan Kecamatan Payung Catatan: Belum terdapat Sekolah Menengah Atas SMA di Kecamatan
Payung
Kondisi perumahan yang ada di Desa Batukarang terdiri atas tiga bagian, yakni rumah permanen, semi permanen, dan darurat. Berikut ini tabel data dari
perumahan tersebut.
Tabel 4.8 Data Perumahan No
Jenis Rumah Jumlah Unit
1 Permanen
360 22,54
2 Semi Permanen
498 31,18
3 Darurat
739 46,27
Total 1597
100 Sumber : Data Statistik Desa Batukarang
Sumber mata pencaharian dari penduduk Desa Batukarang tidak hanya berfokus kepada hasil dari pertanian, tetapi masih banyak usaha-usaha yang
dikerjakan masyarakat baik dalam hal perdagangan mau pun jasa. Adapun
Universitas Sumatera Utara
42
jumlah usaha yang dimiliki oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.9 Jumlah Usaha Masyarakat Desa No
Jenis Usaha Jumlah Unit
1 Kedai Kopi
42 2
Kedai Sampah 47
3 Tukang Jahit
3 4
Kilang Padi 2
5 SalonTukang Pangkas
4 6
Kedai Nasi 7
7 Warnet
3 8
Bengkel 5
9 Jual Pupuk
4 Total
102 Sumber: Data Statistik Desa Batukarang
4.2 Profil Informan
Dalam penelitian ini, terdapat 18 delapan belas orang informan, diantaranya 5 lima orang korban penyalahgunaan narkoba, 9 sembilan orang sebagai
masyarakat, dan 4 empat orang sebagai tokoh masyarakat yang dapat memperkuat
Universitas Sumatera Utara
43
hasil penelitian. Adapun profil seluruh informan penelitian tersebut dapat diketahui sebagai berikut.
4.2.1 Korban Penyalahgunaan Narkoba 4.2.1.1 Informan CT
CT merupakan remaja laki-laki yang berusia 20 tahun. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Setelah tamat SMP, CT sempat melanjutkan
sekolah ke tingkat SMA. Ayah CT telah meninggal dunia karena overdosis menggunakan narkoba. CT jarang pulang ke rumah karena ia enggan
ditegur dan dinasehati oleh ibunya. Setiap hari CT menghabiskan waktu bersama teman-temannya di warung kopi.
Berdasarkan hasil wawancara, CT sudah menggunakan narkoba sejak tahun 2014. Jenis narkoba yang digunakan oleh CT yaitu ganja dan sabu-
sabu. Setelah menggunakan narkoba, CT memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga, memiliki penyakit asam lambung, lemas, dan
tidak memiliki selera makan sehingga badannya kurus,. CT memiliki keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba, tetapi ia belum
melaksanakannya. Ibu CT tidak mengetahui bahwa CT sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba.
Universitas Sumatera Utara
44
4.2.1.2 Informan RB
RB merupakan remaja laki-laki yang berumur 21 tahun. Laki-laki yang berkulit hitam manis ini adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Setiap hari RB bekerja sebagai tukang becak. Orang tua RB sudah bercerai pada saat RB duduk di bangku SD. Selama ini RB tinggal bersama ibu dan
adiknya. Setelah tamat dari bangku SD, RB sempat melanjutkan sekolah ke tingkat SMP. Namun, RB memutuskan untuk berhenti sekolah pada saat ia
duduk di kelas satu SMP. RB mengakui bahwa ia putus sekolah bukan karena tidak ada biaya, tetapi karena RB tidak lagi sungguh-sungguh untuk
mengikuti pelajaran di sekolah. Ibu RB sudah berusaha agar RB tetap mau sekolah, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, ibu RB menyerahkan keputusan
kepada RB. Sejak putus sekolah, RB bergaul dengan teman-teman dan lingkungan yang kurang baik, akhirnya ia terjerumus menyalahgunakan
narkoba. RB menggunakan narkoba berawal dari rasa ingin tahu yang tinggi dan ajakan teman-temannya.
RB sudah menggunakan narkoba sejak tahun 2004. Jenis narkoba yang ia gunakan adalah ganja dan sabu-sabu. Pertama kali RB menggunakannya,
kepalanya pusing. Berbeda dengan sekarang, RB sangat menikmatinya karena ada ketenangan setiap kali ia menggunakan narkoba. RB
menggunakan sabu-sabu tiga kali dalam sehari. RB menghabiskan uang sebanyak lima puluh ribu dalam satu kali penggunaan narkoba. Tempat
Universitas Sumatera Utara
45
yang dijadikan RB untuk menggunakan narkoba yaitu di rumah temannya dan di tempat-tempat yang tersembunyi.
RB mengakui bahwa setelah ia memakai narkoba hidupnya menjadi sengsara, karena uang RB habis digunakan untuk membeli narkoba.
Sebelumnya, RB sudah pernah berhenti menggunakan narkoba selama dua bulan. RB dan teman-temanya sempat berencana untuk menyewa lahan
sebagai tempat bertani. Namun setelah dua bulan, RB kembali menggunakan narkoba karena tidak mampu menahan diri untuk menolak
ajakan teman-temannya. RB berkeinginan untuk berhenti menggunakan narkoba, tapi ia belum membuat target kapan ia akan berhenti.
4.2.1.3 Informan TS
TS merupakan laki-laki yang berusia 20 tahun. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Setelah tamat SMA, TS tidak memiliki pekerjaan
hingga sekarang. Pria yang bertubuh tinggi ini pernah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba, ia pemakai sekaligus sebagai pengedar. Ia telah
memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba sejak empat bulan yang lalu. Meskipun tidak mudah, tetapi TS terus berusaha untuk berhenti
karena ia menyadari bahwa narkoba itu sangat berbahaya. Adanya tekad yang kuat dari TS serta dukungan dari teman-temannya membuat TS bisa
lepas dari jerat narkoba. Ia tidak bisa berhenti secara total, tapi harus secara
Universitas Sumatera Utara
46
perlahan. Pada saat TS mulai berhenti, ia mengalami sakit tenggorokan dan paru-paru, jantung berdebar-debar, demam, sering mengantuk, dan selera
makan meningkat. Namun, TS merasakan hidup yang lebih baik setelah ia berhenti dari jerat narkoba. TS tetap waspada agar ia tidak sampai
terjerumus kembali. TS menggunakan narkoba sejak 7 tahun yang lalu ketika ia berada di
kelas 2 sekolah menengah pertama. TS menggunakan narkoba dikarenakan kurangnya perhatian orang tua, kerap orangtuanya hanya memberikan
materi saja. Kurangnya pengawasan orang tua mengakibatkan ia terpengaruh oleh teman-temannya. Pertama kali yang TS rasakan ketika
menggunakan narkoba adalah ketenangan, bebas pikiran, dan tidak ada beban. Jenis narkoba yang ia gunakan yakni, ganja, sabu, dan inex. Ganja
dan sabu dapat diperoleh TS di Desa Batukarang, tetapi inex ia harus membelinya ke Medan. TS menggunakan sabu-sabu sebanyak tiga kali
dalam sehari. TS menghabiskan uang sebanyak lima ratus ribu setiap satu kali pemakaian, serta TS mampu menggunakannya sendiri tanpa berbagi
dengan teman-temannya. Biasanya, TS menggunakan narkoba tersebut di gubuk warga dan dirumahnya.
TS menyadari bahwa sebelum menggunakan narkoba, hidupnya normal sama seperti kehidupan remaja lainnya, masih banyak orang yang
mau dekat dan berteman dengan TS. Namun, setelah TS menggunakan narkoba, orang-orang terdekat TS menjauh karena ada ketakutan. Sejak TS
Universitas Sumatera Utara
47
menggunakan narkoba, pikirannya menjadi sensitif, kurangnya ketenangan diri, dan sering berhalusinasi. TS berharap supaya remaja Desa Batukarang
tidak menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Remaja diizinkan untuk mengenal narkoba, tetapi bukan untuk dikonsumsi.
4.2.1.4 Informan RG
RG adalah remaja yang berumur 19 tahun. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Remaja pria yang hanya menikmati pendidikan sampai
di bangku SMP kelas 1 ini, bekerja sebagai pedagang jeruk. RG merupakan mantan dari pengguna narkoba, pengedar narkoba, serta mantan perampok.
RG terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba karena pengaruh dari teman-teman. Pertama kali ketika RG diajak oleh temannya untuk
menggunakan narkoba, RG masih menolak. Namun, lama-kelamaan RG menerima ajakan temannya. RG telah menggunakan narkoba sejak empat
tahun yang lalu. Jenis narkoba yang digunakan oleh RG adalah ganja dan sabu-sabu. Ia menggunakannya minimal dua kali dalam sehari. Ada atau
tidak ada uang, ia tetap menggunakannya. RG menghabiskan uang sebanyak dua ratus ribu setiap ia menggunakan narkoba, bahkan RG
pernah menghabiskan uang satu juta tiga ratus ribu dalam sehari. Tempat yang digunakan RG untuk memakai narkoba yaitu di gubuk-gubuk
masyarakat. Sebelum ia terjerumus, RG adalah orang yang sungguh-
Universitas Sumatera Utara
48
sungguh bekerja, tetapi sesudah menggunakan narkoba ia menjadi pemalas. Pada saat RG menggunakan narkoba, pikirannya melayang-layang,
berangan-angan, dan ada rasa gelisah karena takut ditangkap polisi. Tidak hanya warga Desa Batukarang yang menjadi konsumen
narkoba, tetapi banyak warga desa lain yang datang ke Desa Batukarang untuk memperoleh narkoba. Hal ini membuktikan bahwa Desa Batukarang
merupakan sarang narkoba. Jadi, tidak heran jika lima puluh persen remaja Desa Batukarang sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Harapan
RG adalah agar remaja Desa Batukarang bersih dari narkoba. Jika ingin berhenti menggunakan narkoba, maka harus ada niat yang kuat dari dalam
hati.
4.2.1.5 Informan YT
YT merupakan remaja laki-laki yang berumur 20 tahun. Ia menikmati pendidikan hanya sampai di bangku SMP. YT adalah anak pertama dari
tiga bersaudara. Setelah kedua orangtuanya bercerai, YT dititipkan tinggal bersama neneknya di Batukarang. YT belum memiliki pekerjaan yang
tetap. Ia mau mengerjakan apa saja, termasuk menjadi tukang becak, kernet, dan orang upahan di ladang warga. YT sudah menggunakan
narkoba sejak ia berada di kelas 1 SMP. YT tidak mendapatkan perhatian dan pengawasan yang baik dari orangtuanya begitu juga dengan neneknya
Universitas Sumatera Utara
49
sehingga ia terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Jenis narkoba yang ia gunakan ialah sabu-sabu, ganja, dan pil. YT menggunakan narkoba
minimal satu kali dalam sehari. YT rela menghabiskan uang sebanyak dua ratus ribu dalam satu kali penggunaan. Jika YT sedang tidak memiliki
uang, maka ia akan mencari teman-temannya sering disebut dengan CK agar bisa berbagi untuk membeli dan menggunakan narkoba tersebut
bersama-sama. Bahkan, YT juga mau menjadi orang suruhan bandar untuk mengedarkan narkoba. YT mengharapkan persenan dari setiap barang yang
sudah dijual. Bandar kerap kali memberikan narkoba secara gratis sebagai imbalan YT. YT sudah jarang pulang ke rumah karena segan terhadap
keluarga. Selama ini, YT merasa dibuang oleh keluarganya karena YT adalah seorang anak yang nakal dan belum bisa memperbaiki kelakuannya.
Narkoba merupakan salah satu kebutuhan utama bagi YT saat ini. YT memiliki keinginan untuk berhenti menggunakan narkoba, tetapi sekarang
bukanlah waktu yang tepat bagi YT. YT akan berhenti jika ia sudah benar- benar memiliki niat dari hatinya sendiri dan bukan paksaan dari siapa pun.
YT menyadari bahwa narkoba itu sangatlah berbahaya jika digunakan terus-menerus, tetapi ia pasrah karena sudah terlanjur menggunakannya.
Universitas Sumatera Utara
50
4.2.2 Masyarakat 4.2.2.1 Informan SB
SB adalah seorang wanita yang berumur 35 tahun. Wanita yang bertubuh kurus ini bekerja sebagai tukang becak. SB merupakan mantan
dari pengedar dan pengguna narkoba. Sejak tahun 1991, SB sudah menggunakan narkoba kemudian berhenti pada tahun 2013. SB sangat
berjuang untuk dapat berhenti menggunakan narkoba. Bahkan, SB pernah meninggalkan Desa Batukarang untuk menghindari ajakan teman-
temannya. Setelah beberapa tahun SB bekerja di Bandung, SB berhasil berhenti menggunakan narkoba. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali
ke Desa Batukarang. Namun, SB tetap menjaga dirinya agar tidak kembali terpengaruh oleh lingkungan serta teman-temannya.
Menurut SB, narkoba sudah ada di Desa Batukarang kurang lebih 30 tahun, yakni jenis ganja. Awalnya, ganja tumbuh di ladang masyarakat dan
digunakan untuk makanan ternak babi. Jadi, belum ada larangan dari pemerintah terkait dengan penggunaan ganja. Seiring berjalannya waktu,
ganja tersebut bukan lagi digunakan untuk makanan ternak tetapi dikonsumsi sendiri oleh masyarakat Desa Batukarang. Sebagai mantan
pengguna narkoba, SB kesal dan sedih akan kondisi remaja Desa Batukarang yang semakin marak menggunakan narkoba. Menurut SB,
faktor utama yang menyebabkan para remaja Desa Batukarang
Universitas Sumatera Utara
51
menggunakan narkoba adalah kurangnya peran orang tua dalam mengontrol serta memperhatikan anak-anaknya. Tidak jauh berbeda
dengan SB sendiri. Selama ini, banyak perilaku-perilaku negatif korban penyalahgunaan narkoba yang merugikan dan meresahkan masyarakat.
Contohnya, semakin banyak kasus pencurian yang terjadi di dalam masyarakat, seperti tabung gas, tanaman-tanaman di ladang warga, sepeda
motor, rumah masyarakat dibongkar, dan lain-lain. Oleh karena itu, masyarakat mulai memikirkan cara untuk memberantasnya. Pertemuan-
pertemuan yang telah dilakukan oleh masyarakat serta perangkat desa, adalah salah satu bukti keseriusan masyarakat dalam menangani kasus
narkoba di Desa Batukarang. Proses tersebut merupakan awal yang baik untuk melakukan tindakan selanjutnya. Namun, kebanyakan dari kalangan
muda-mudi tidak menyetujui hal tersebut. Sebelumnya, Desa Batukarang pernah didatangi oleh oknum
kepolisian, tetapi masyarakat melempari mobil polisi tersebut hingga hancur. Oknum kepolisian diteriaki maling oleh masyarakat. Harapan SB
untuk masyarakat Desa Batukarang adalah semoga masyarakat semakin peduli dan bersatu hati untuk memberantas narkoba di Desa Batukarang.
Nama baik Desa Batukarang harus diharumkan kembali seperti sedia kala. Orang tua agar tetap mengontrol, membimbing, serta mengajarkan agama
sebagai benteng bagi anak-anaknya, sehingga tidak mudah terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik. Setiap program yang telah direncanakan
Universitas Sumatera Utara
52
sebelumnya agar segera dilaksanakan. Bukan sekedar direncanakan, tapi harus ada realisasinya.
4.2.2.2 Informan NB
NB adalah remaja pria yang berusia 18 tahun. NB merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Kedua orang tua NB telah meninggal dunia.
NB tinggal bersama kedua saudara laki-lakinya, sedangkan adik bungsu NB tinggal bersama saudara ibunya. NB adalah seorang tuna wisma yang
setiap hari menghabiskan waktu berkumpul bersama teman sepermainannya. Menurut NB, ada ¾ remaja Desa Batukarang sudah
menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Tidak hanya kalangan remaja yang menjadi korbannya, tetapi juga kalangan dewasa. Segala jenis
narkoba sudah ada di desa ini, termasuk jenis extasi dan suntik. Extasi dan suntik hanya digunakan oleh orang-orang yang memiliki banyak uang.
Tidak hanya sebagai pengguna narkoba, tetapi juga sebagai bandar sering disebut sebagai BD atau dokter serta sebagai pengedar.
Pemerintah Desa Batukarang khawatir akan kondisi remaja saat ini. Masyarakat pun resah akan keberadaan mereka, karena masyarakat telah
banyak kehilangan, seperti ternak ayam, anjing, sandal, kain di jemuran, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
53
4.2.2.3 Informan CB
CB merupakan laki-laki yang berumur 24 tahun. CB adalah anak pertama dari dua bersaudara. Setelah tamat dari perguruan tinggi, CB
kembali ke kampung karena belum memiliki pekerjaan. CB sebagai masyarakat sangat prihatin akan kondisi masyarakat Desa Batukarang saat
ini, khususnya remaja-remaja yang telah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Para remaja tersebut merupakan generasi penerus
yang akan memimpin bangsa dan terutama pemimpin di Desa Batukarang. Tingkat kesuksesan masyarakat Desa Batukarang juga menurun.
CB juga pernah menggunakan narkoba jenis ganja pada saat ia duduk di bangku SD. Penyebabnya adalah dipengaruhi oleh teman dan adanya
rasa ingin tahu. Namun, sebelum CB menjadi seorang pecandu, ia memutuskan untuk segera berhenti karena tidak ada dampak positif
narkoba tersebut bagi diri CB. CB malu mengakui kepada teman-temannya bahwa CB adalah salah satu penduduk Desa Batukarang. Selama ini,
Batukarang sudah dikenal warga desa lain sebagai sarang narkoba. Jadi, CB langsung di cap sebagai pengguna narkoba. Batukarang dikenal bukan
karena prestasi tapi karena kasus narkoba. CB mengaku merasa kesulitan untuk bergaul dengan warga desa lain.
Menurut CB, upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi korban penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang adalah meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
54
keyakinan dan iman menurut agama masing-masing. Keluarga harus memiliki hubungan yang harmonis dan saling memperhatikan. Pemerintah
Desa Batukarang termasuk karang taruna menciptakan kegiatan-kegiatan yang positif bagi msyarakat, seperti kegiatan olahraga, sanggar seni dan
budaya, berternak, dan lain-lain, sehingga warga Batukarang bisa lepas dari jerat narkoba. Membangun Desa Batukarang jadi lebih maju dalam aspek
budaya, sosial, serta pendidikan.
4.2.2.4 Informan RS
RS merupakan wanita yang bekerja sebagai guru. Wanita yang berumur 55 tahun ini memiliki tiga orang anak. Sebagai masyarakat Desa
Batukarang, RS miris melihat kondisi perkembangan korban penyalahgunaan narkoba yang semakin merajalela, khususnya pada
kalangan remaja. Selama ini, telah banyak warga yang stress, meninggal dunia, sakit, ditangkap polisi, diakibatkan oleh penyalahgunaan narkoba.
Gubuk di ladang warga kerap digunakan sebagai tempat yang strategis untuk memakai narkoba. Akhirnya, banyak warga yang menghancurkan
gubuk-gubuk mereka. Terkadang mereka juga meminta uang kepada masyarakat khususnya
yang masih memiliki hubungan keluarga dengan mereka, sehingga masyarakat sulit untuk menolak. Masyarakat telah mengadakan rapat
Universitas Sumatera Utara
55
bersama perangkat desa sebanyak tiga kali, khusus untuk membahas penanganan kasus narkoba di Desa Batukarang. RS selalu hadir dalam
setiap rapat tersebut. Hasil rapat yang telah disepakati belum dapat terlaksana dengan baik. Masyarakat harus berkorban jika ingin mengurangi
korban penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang, baik dalam segi waktu, materi, tenaga, dan pikiran. Tingkatkan kepedulian antara satu
dengan yang lain serta anggaplah semua remaja di Desa Batukarang adalah anak kita.
RS berharap agar masyarakat di Desa Batukarang menjauhi narkoba, memiliki pendidikan yang lebih baik, serta tersedianya lapangan pekerjaan
atau kegiatan-kegiatan positif, sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Harapan RS untuk pemerintah
desa adalah agar menangani kasus narkoba ini dengan tegas.
4.2.2.5 Informan EB
EB merupakan wanita yang berumur 22 tahun. EB memiliki seorang anak. EB berprofesi sebagai guru TK. EB menyatakan bahwa
penyalahgunaan narkoba di masyarakat Desa Batukarang sudah menjadi trend dan tidak tabu. Banyaknya pengangguran serta kurangnya pendidikan
mengakibatkan masyarakat terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Kabanyakan remaja Desa Batukarang sudah menjadi korban
Universitas Sumatera Utara
56
penyalahgunaan narkoba, khususnya remaja yang sudah putus sekolah. EB prihatin dan resah akan kondisi tersebut. Narkoba semakin marak di Desa
Batukarang kira-kira 15 tahun terakhir. Mereka rela menggadaikan sepeda motor miliknya untuk memperoleh narkoba tersebut, bahkan ada juga yang
mencuri. Masyarakat sudah membentuk para pemerhati khusus untuk menangani kasus narkoba di Desa Batukarang. Poskamling pun sudah
pernah dibentuk, namun tidak bertahan lama. Penyuluhan-penyuluhan sudah sering dilaksanakan. Masyarakat, tokoh masyarakat, KAPOLRES
Tanah Karo, Bupati, serta pemerintah desa Batukarang sudah mengadakan pertemuan beberapa kali untuk membahas kasus narkoba. Hasil dari
pertemuan tersebut akan dibangun posko polisi di Desa Batukarang agar lebih maksimal mengawasi dan mengamankan masyarakat. Namun, hingga
saat ini hasil pertemuan tersebut masih dalam proses pelaksanaan. Kendalanya adalah tidak adanya lahan untuk pembangunan pos polisi
tersebut karena masyarakat tidak mengizinkan lahan mereka digunakan untuk pengadaan pos polisi. Pemerintah desa kesulitan dalam
menyelesaikan masalah ini, tetapi tetap mengusahakan jalan keluarnya. Menurut EB, hal yang harus ditingkatkan agar masyarakat jauh dari
penyalahgunaan narkoba yaitu keimanan, perhatian dari keluarga, pendidikan, serta membentuk kegiatan-kegiatan positif seperti olahraga.
Pemerintah tidak ada kompromi dalam menangani kasus penyalahgunaan narkoba, setiap pengedar narkoba ditembak saja agar memiliki efek jera.
Universitas Sumatera Utara
57
4.2.2.6 Informan RS
RS merupakan wanita yang berumur 62 tahun. RS memiliki empat orang anak. RS adalah pensiunan guru salah satu sekolah di Desa
Batukarang. Setiap harinya RS bekerja di ladang. Ia tinggal sendiri di rumah karena dua orang anaknya sudah menikah dan dua orang lainnya
bekerja di luar kota. RS khawatir akan masa depan remaja Desa Batukarang karena lima puluh persen diantaranya sudah menjadi korban
penyalahgunaan narkoba. Mereka mengabaikan nilai dan norma di masyarakat dan telah kehilangan sopan santun. Warga sangat resah dengan
keberadaan mereka. Warga sudah mengetahui siapa-siapa saja korban penyalahgunaan narkoba dan yang menjadi bandar narkoba di Desa
Batukarang. Masyarakat juga mengetahui tempat-tempat yang biasa mereka gunakan untuk memakai narkoba. Namun kenyataannya,
masyarakat tidak berani melaporkannya kepada polisi karena takut diancam. Masyarakat tidak mau mengambil resiko. RS pun mengaku
bahwa ia sama seperti masyarakat yang lainnya, lebih baik diam dan mengambil posisi yang aman. Menurut RS, masyarakat harus lebih berani
untuk berterusterang serta melaporkan kepada yang berwajib tanpa memiliki ketakutan. Terkadang, adanya hubungan keluarga dengan korban
penyalahgunaan narkoba menjadi salah satu alasan bagi masyarakat untuk tidak melaporkannya ke polisi.
Universitas Sumatera Utara
58
RS menyarankan agar semua masyarakat bekerja sama untuk memberantas narkoba di Desa Batukarang dan pengawasan polisi
dimaksimalkan. Para orang tua agar menjaga anak-anaknya, mendidik dengan baik, baik dari aspek keagamaan, sosial, serta pendidikan.
4.2.2.7 Informan AT
AT merupakan laki-laki yang berumur 39 tahun. Pria tamatan SMA ini memiliki empat orang anak. AT memiliki usaha sebagai pedagang
kelontong. AT pernah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba pada waktu ia duduk di bangku SMA. Penyebabnya adalah ikut-ikutan, rasa
ingin tahu, dan pengaruh lingkungan. Narkoba yang ia gunakan adalah jenis ganja.
Ganja sudah ada di Desa Batukarang kurang lebih 40 tahun dan narkoba jenis sabu mulai marak 8 tahun belakangan. Ganja diperoleh dari
Aceh dan ditanam sendiri oleh warga. Korban penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang mengalami peningkatan sebanyak 10 dalam setiap
tahunnya. Ini disebabkan karena melemahnya iman dari masyarakat sehingga tidak mampu menjaga dan membentengi dirinya dalam
menghadapi perkembangan zaman. Akibatnya, nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat semakin memudar. Selama ini, sudah banyak
Universitas Sumatera Utara
59
terjadi pencurian di Desa Batukarang, masyarakat sangat dirugikan dengan hal tersebut.
Menurut AT, masyarakat belum bekerja sama dalam memberantas narkoba di Desa Batukarang. Jika sudah ada, seharusnya kasus narkoba di
Desa Batukarang semakin berkurang, malahan semakin berkembang. Banyak program yang sudah direncanakan, tapi tidak direalisasikan.
4.2.2.8 Informan RB
RB merupakan wanita yang berumur 46 tahun. Wanita tamatan SMA ini bekerja sebagai petani. RB memiliki tiga orang anak. Sebagai orang tua
yang memiliki anak remaja, RB waswas jika anaknya akan terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. RB jarang mengizinkan anaknya ke luar
rumah. Banyak orang tua yang tidak peduli dengan kondisi anak-anaknya karena terlalu sibuk mencari nafkah. Orang tua bekerja mulai pagi hingga
malam hari, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk mengawasi anak mereka. Padahal, perhatian orang tua paling dibutuhkan ketika anak-anak
mulai beranjak dewasa. RB pernah melihat orang-orang yang sedang menggunakan ganja
secara terbuka di depan umum, tidak ada rasa takut dan segan terhadap masyarakat. Selama ini, belum ada penanganan yang serius dari
masyarakat maupun pemerintah desa. Pemerintah desa hanya mengadakan
Universitas Sumatera Utara
60
penyuluhan-penyuluhan. Sementara, masyarakat yang hadir hanya tiga puluh orang, karena sudah bosan dengan penyuluhan-penyuluhan narkoba.
Masyarakat tidak berani melaporkan mereka karena adanya adat istiadat serta hubungan kekeluargaan menjadi pertimbangan masyarakat untuk
mengambil tindakan tegas. Hal ini mempersulit penanganan kasus narkoba tersebut.
4.2.2.9 Informan SAB
SAB merupakan laki-laki yang berumur 25 tahun. SAB anak ketiga dari empat bersaudara. Ia adalah ketua karang taruna di Desa Batukarang
pada saat ini. Ia berprofesi sebagai tukang becak. Menurut SAB, narkoba jenis ganja sudah ada di Desa Batukarang sebelum ia lahir. Dahulu ganja
hanya digunakan untuk makanan ternak, sekarang telah disalahgunakan oleh masyarakat. Penyebab utama remaja menyalahgunakan narkoba
adalah kurangnya kontrol orang tua terhadap anak-anaknya. Orang tua masih membiarkan anak-anaknya berkeliaran di luar rumah, padahal hari
sudah larut malam. Penyebab kedua adalah pengaruh lingkungan. Biasanya, tempat yang mereka gunakan untuk memakai sabu-sabu
adalah gubuk-gubuk warga. Sebagian besar penggunanya berasal dari orang luar atau warga desa lain. Desa Batukarang hanya sebagai tempat
perputaran bisnis narkoba tersebut. SAB mengaku tidak mengetahui dari
Universitas Sumatera Utara
61
mana narkoba tersebut dapat diperoleh. Narkoba sudah dijadikan sebagai salah satu sumber pemasukan uang mereka.
Setiap tahunnya, korban penyalahgunaan di Desa Batukarang semakin marak. Bahkan, 20 persen remaja di desa ini sudah menjadi pengguna
narkoba. Kapolres Tanah Karo sudah merencanakan akan membangun pos polisi di Desa Batukarang tetapi masih belum terlaksana. Menurut hasil
rapat yang sudah disepakati, maka polisi akan melakukan patroli sebanyak dua kali dalam seminggu untuk mengontrol masyarakat Desa Batukarang.
Tingkat kriminalitas di Desa Batukarang semakin tinggi. Segala cara dilakukan untuk memperoleh narkoba tanpa memikirkan akibatnya. Dapat
dilihat melalui maraknya terjadi pencurian di masyarakat. Barang-barang, hasil tanaman, dan ternak masyarakat selalu menjadi korban pencurian.
Perekonomian semakin menurun akibat dari erupsi Gunung Sinabung, mendukung tindakan mereka untuk menghalalkan segala cara mendapatkan
uang. Untuk mendapatkan narkoba jenis sabu-sabu, mereka membutuhkan biaya minimal lima puluh ribu. Berbeda dengan ganja yang harganya lebih
terjangkau. Sebagai ketua karang taruna, SAB belum memiliki program khusus
untuk memberantas kasus narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, karena SK Surat Keputusan belum dikeluarkan oleh kepala
desa. Harapan SAB adalah supaya dibangun pos-pos polisi di setiap
Universitas Sumatera Utara
62
persimpangan desa sehingga aparat kepolisian bisa terjun langsung ke masyarakat. Setiap program yang sudah direncanakan seharusnya
dikerjakan, tidak hanya dibicarakan.
4.2.3 Tokoh Masyarakat 4.2.3.1 Informan SBB
SBB adalah informan yang berumur 50 tahun. SBB pernah menjabat sebagai kepala desa Batukarang. SBB memiliki empat orang anak.
Berdasarkan hasil wawancara bersama SBB, ganja sudah ada di Desa Batukarang selama kurang lebih 50 tahun. Awalnya, ganja ditanam
masyarakat di tengah-tengah tanaman tembakau karena membuat tanaman tembakau menjadi bagus. Namun, lama-kelamaan ganja tersebut digunakan
sendiri oleh masyarakat. Narkoba jenis sabu-sabu, putaw, dan suntik mulai ada 8 tahun terakhir. Perkembangan korban penyalahgunaan narkoba di
Desa Batukarang sangatlah memprihatinkan, di mana narkoba dijadikan sebagai bisnis oleh masyarakat tanpa menyadari akibatnya. Dari 1700 KK
Desa Batukarang, ada 300 KK yang memiliki bisnis ganja. Ganja tersebut diperoleh dari Aceh, bahkan ada juga ditanam oleh masyarakat.
Sebagai orang yang pernah memimpin Desa Batukarang, SBB sangat kecewa dengan generasi-generasi penerus bangsa yang kondisinya sudah
empat puluh persen menjadi korban penyalahgunaan narkoba. SBB
Universitas Sumatera Utara
63
khawatir akan nasib Desa Batukarang pada masa mendatang jika dipimpin oleh orang-orang yang tidak bermental kuat. Mereka sudah tidak memiliki
etika dan tata krama. Hal yang harus ditingkatkan untuk mengurangi korban
penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang adalah aspek sosial-ekonomi, aktivitas-aktivitas positif, komunitas pemuda selain karang taruna, serta
perhatian orang tua. Harapannya, Desa Batukarang akan bersih dari masalah narkoba. Oleh karena itu, masyarakat harus bekerja sama dan
sama-sama bekerja.
4.2.3.2 Informan RAB
RAB adalah pria yang berumur 34 tahun. Saat ini, RAB menjabat sebagai kepala desa Batukarang periode 20132017. Sekitar tahun 1975,
ganja sudah ada di Desa Batukarang, namun belum ada larangan pemerintah dari pemerintah. Masyarakat menganggap ganja adalah sebagai
jenis rumputan yang dapat digunakan untuk makanan ternak babi. Faktor-faktor yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba
adalah karena pergaulan bebas, kurangnya perhatian orang tua, kurangnya pendidikan mengenai bahaya narkoba, kurangnya kegiatan-kegiatan positif
seperti sanggar seni budaya serta olahraga. Mereka menggunakan warung di pinggiran desa, gubuk-gubuk, serta pemandian umum sebagai tempat
Universitas Sumatera Utara
64
pemakaian narkoba. Adanya pemasok barang dari luar mempermudah warga untuk memperoleh narkoba. Ada tiga puluh persen remaja Desa
Batukarang yang telah menjadi korban penyalahgunaan narkoba, termasuk remaja putri. Meningkatnya kasus kriminalitas, pencurian, dan kebrutalan
para remaja membuat masyarakat tidak nyaman. Dalam penanganannya, masyarakat telah mengadakan pertemuan
bersama pihak kepolisian, bidang kerohanian, serta lembaga-lembaga untuk penyalahgunaan narkoba untuk membahas pemberantasan narkoba
Desa Batukarang. Masyarakat yang mengetahui siapa saja yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dihimbau agar melaporkan kepada pihak
kepolisian. Namun, kebanyakan warga tidak berani untuk melaporkannya. RAB sebagai kepada Desa Batukarang mengakui banyak kesulitan
yang dialami untuk menangani kasus narkoba sehingga hingga sekarang masih belum dapat diberantas dengan tuntas. Pertama, budaya, adat istiadat
serta hubungan kekeluargaan mengakibatkan masyarakat enggan untuk bertindak tegas terhadap para pengguna narkoba. Kedua, tingkat
premanisme di Desa Batukarang sangat tinggi. Masyarakat diancam jika melaporkan mereka ke pihak kepolisian. Ketiga, kurangnya pengetahuan
mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba. RAB meminta kerja sama dan dukungan dari masyarakat untuk memberantas narkoba di Desa
Batukarang. Tahun 2015 ini, pemerintah desa telah membuat program yaitu pengadaan posko polisi di Desa Batukarang.
Universitas Sumatera Utara
65
Harapan RAB untuk remaja Desa Batukarang adalah supaya menjadi orang-orang yang kreatif dan berprestasi. Sebelum tahun 2000-an, pelajar
Desa Batukarang selalu membuat predikat yang positif sehingga mengharumkan desa ini. Namun, angka pendidikan menurun setelah
narkoba masuk ke Desa Batukarang. Hal yang harus ditingkatkan oleh masyarakat agar dapat mengurangi korban penyalahgunaan yaitu
pendidikan mengenai bahaya narkoba, iman, aktivitas olahraga, keharmonisan keluarga serta kerja sama masyarakat.
4.2.3.3 Informan KS
KS adalah informan yang berusia 63 tahun. Bapak yang memiliki tiga orang anak ini pernah menjadi Kepala Sekolah SMPN 1 Payung di Desa
Batukarang. Namun, saat ini ia sudah pensiun dari jabatannya. Ia juga salah satu pembimbing remaja di gereja. Tahun 1960, narkoba jenis ganja sudah
ada di Batukarang tetapi belum dilarang oleh pemerintah. Ganja mulai dilarang pada tahun 1970. Korban penyalahgunaan narkoba semakin marak
sekitar 15 tahun belakangan ini. Pada tahun 2000-an, sekitar empat puluh persen pelajar SMP yang laki-laki sudah mengkonsumsi narkoba. Banyak
pelajar yang telah mengkonsumsi narkoba sejak ia di bangku SD. Waktu istirahat sekolah mereka gunakan untuk memakai narkoba di kuburan
samping sekolah. Bahkan, pelajar putri pernah kedapatan membawa
Universitas Sumatera Utara
66
narkoba ke sekolah, dan langsung dilaporkan oleh KS. Setelah diperiksa, ia positif menggunakan narkoba. Jadi, banyak orang tua pelajar yang tidak
setuju akan tindakan KS. Menurut KS, masyarakat sudah permisif terhadap kasus
penyalahgunaan narkoba. Masyarakat permisif mungkin karena anggota keluarganya ikut terlibat sebagai pengguna atau pun pengedar narkoba.
Beberapa waktu lalu, aparat kepolisian melakukan penggrebekan narkoba dan judi di Desa Batukarang. Namun, masyarakat melakukan perlawanan
dengan cara melempari mobil polisi tersebut serta diteriaki agar dibunuh. Tindakan tersebut merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat mulai
tidak peduli dengan kondisi Batukarang. Tekanan hidup, kurangnya perhatian orang tua, serta mudahnya
mendapatkan narkoba merupakan faktor-faktor remaja menyalahgunakan narkoba. Korban penyalahgunaan narkoba meningkat dalam setiap
tahunnya, sehingga krisis moral pun semakin meningkat. Banyak kasus pencurian yang telah terjadi di masyarakat, dan tentunya kondisi ini
meresahkan masyarakat. Jadi, peredaran narkoba di Desa Batukarang sudah memasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Upaya-upaya yang dilaksanakan untuk penanggulangan narkoba di Desa Batukarang masih minim, hanya sebagai slogan tetapi tidak
diaplikasikan oleh masyarakat. KS pesimis narkoba di Desa Batukarang
Universitas Sumatera Utara
67
dapat diberantas secara tuntas, karena pemerintah desa pun kewalahan untuk menangani kasus ini. Harapan KS adalah kasus penyalahgunaan
narkoba di Desa Batukarang dapat berkurang. Tingkatkan pengawasan orang tua terhadap anak serta memperlengkapi anak dengan ajaran agama.
4.2.3.4 Informan JK
JK adalah informan yang berumur 73 tahun. JK merupakan salah satu pemuka adat di Desa Batukarang. JK pernah menjadi anggota BPD selama
10 tahun. Ia juga aktif di dalam kegiatan keagamaan. Setiap hari JK bekerja mengurus ladangnya. Salah satu anak JK adalah korban penyalahgunaan
narkoba yang saat ini berjuang untuk berhenti dari jerat narkoba. Sudah banyak biaya yang dihabiskan JK untuk mengobati anaknya tersebut. JK
berusaha mendatangi banyak dokter di rumah sakit Medan agar anaknya tersebut segera sembuh.
Perkembangan penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang sangatlah pesat. Menurut JK, penyebab seseorang menyalahgunakan narkoba ada
beberapa faktor, yaitu dari segi pendidikan, agama, keluarga, lingkungan serta budaya. Banyaknya jaringan dari luar sebagai pemasok narkoba ke
Desa Batukarang mempermudah masyarakat untuk memperoleh narkoba. Pemerintah desa telah mengadakan pertemuan-pertemuan dan
penyuluhan-penyuluhan untuk mengurangi korban penyalahgunaan
Universitas Sumatera Utara
68
narkoba di masyarakat. Namun, banyak masyarakat yang tidak hadir dalam kegiatan tersebut. Pada saat pertemuan, seorang dari masyarakat berani
menyatakan kepada Kapolres bahwa narkoba masuk ke Desa Batukarang melalui aparat kepolisian. Menurut JK, jika pernyataan itu benar maka
pemberantasan narkoba di Desa Batukarang mustahil dilakukan. Harapan JK adalah supaya masyarakat dan pemerintah desa bersatu padu serta
bekerja sama untuk memberantas narkoba di Desa Batukarang, sehingga generasi muda bebas dari narkoba. Masyarakat Desa Batukarang
hendaknya beribadah dengan sungguh-sungguh.
4.3 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Remaja Menggunakan Narkoba di Desa Batukarang
Pada umumnya, kalangan remaja sangat mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang baru. Masa remaja merupakan masa seorang anak mengalami perubahan secara
cepat dalam segala aspek, baik menyangkut perubahan fisik, perasan, kecerdasan, kepribadian, serta sikap sosial. Remaja inilah yang sering berkaitan dengan perilaku
yang menyimpang. Salah satu penyimpangan sosial adalah penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja. Berdasarkan hasil lapangan, range usia remaja yang
menggunakan narkoba adalah usia lima belas sampai dua puluh satu tahun, di mana remaja tersebut berstatus pelajar SMP dan SMA. Namun dalam penelitian ini,
informan cenderung kepada remaja yang sudah putus sekolah. Adanya penyimpangan
Universitas Sumatera Utara
69
sosial yang dilakukan oleh remaja tersebut juga dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
4.3.1 Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri, seperti kepribadian, kecemasan, depresi serta kurangya religiusitas. Faktor ini
adalah faktor yang paling gampang untuk mempengaruhi karakteristik seseorang. Seseorang harus bertanggungjawab atas perilakunya dan tidak boleh
mempersalahkan orang lain atau keadaan. Tanggung jawab adalah masalah pengambilan keputusan, yang dilakukan atas pertimbangan mengenai apa yang
baik dan buruk atau apa yang benar dan salah. Tanggung jawab menyangkut masalah nilai, norma, dan pedoman hidup.
Remaja dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di lain pihak, ia harus mengembangkan identitas diri secara positif. Ia harus beralih dari
reaksi kekanak-kanakan ke pertimbangan yang lebih rasional dan dewasa. Oleh karena itu, remaja perlu memiliki pedoman tata nilai yang jelas. Jika tidak,
terjadi kekaburan nilai. Apalagi jika tidak ada tokoh yang dapat dijadikan panutan atau norma-norma masyarakat juga kabur dan tidak jelas. Terjadi krisis
identitas pada diri remaja. Tidak tercapainya identitas yang positif, menimbulkan ketegangan dan kecemasan pada remaja. Mereka mengambil
identitas negatif dan terjerumus pada kenakalan remaja.
Universitas Sumatera Utara
70
1. Rasa Ingin Tahu
Perasaan ingin tahu biasanya dimiliki oleh generasi pada umur setara siswa SD, SLTP, dan SLTA. Bila di hadapan sekelompok anak
muda ada seseorang yang memperagakan nikmatnya mengkonsumsi narkoba, akan didorong oleh naluri alami anak muda tersebut, yaitu
keingintahuan, sehingga ia akan maju untuk mencobanya. Adanya rasa penasaran dan ingin tahu yang tinggi dapat menjadikan seseorang
mencoba menggunakan narkoba. Hal tersebut diperkuat melalui hasil wawancara dengan informan:
“ Tangtangna aku make narkoba e perban rasa ingin tahuku nge kak, ban e ka kuidah kerina pake teman-temanku e, uga kin
e teku ka kak. Ntabeh ntabeh nina kapndu teman e kak, serasa di surga nina ka. Me dungna merhat ka ita, sicubaken ka lah.”
Hasil wawancara dengan RG, Februari 2015
Artinya:
“Pertama kali aku menggunakan narkoba karna rasa ingin tahuku nya kak, karna teman-temanku sudah pake semua. Jadi
aku penasaran kak. Rasanya sih enak kata teman-temanku kak, serasa di surga katanya. Ya, kucoba juga lah jadinya kak.”
Hal yang sama juga diperoleh dari korban penyalahgunaan narkoba lainnya yang mengakui bahwa rasa ingin tahu juga menjadi
salah satu faktor penyebab ia menggunakan narkoba. Berikut hasil wawancara dengan informan:
“Aku mbarenda merhat kel ngetehsa uga nanamna narkoba enda kak. Cubaken min doko sedap nina ka teman e, dakam
kupala-palai kang ncubakenca kak adi merhat ka kel aku ngetehsa uga. Jadi aku sendiri kin pe penasaren kak, em salah
sada sebabna. Kenca kucubaken ndai limberen nge takalku e
Universitas Sumatera Utara
71
kak, saja gelarna e kak nggo ka kueteh nanamna me kin.”Hasil wawancara dengan RB, Maret 2015
Artinya: “Dulu aku pengen tahu bagaimana rasa narkoba itu kak.
Cobalah kata teman-temanku itu, akhirnya kucoba juga kak. Jadi aku sendiri pun memang penasaran kak. Setelah ku coba,
pusing nya kepalaku kak, tapi yang penting sudah pernah kucoba dan sudah tahu juga gimana rasanya.
Akal dan budi manusia merupakan sekumpulan perasaan
keingintahuan seseorang terkait dengan benda-benda dan gejala yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Adanya dorongan dari dalam diri
seseorang untuk mengetahui atau memecahkan rasa penasaran yang tidak dapat dikontrol dengan baik, dapat mengakibatkan seseorang
terjerumus ke dalam perilaku menyimpang. Para remaja harus selalu diingatkan melalui pengajaran dari orang-orang terdekat mereka agar
tidak melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat.
2. Ingin Dianggap Hebat
Perasaan ingin dianggap hebat biasanya dimiliki oleh generasi muda. Selain didorong oleh keingintahuan, juga didorong oleh
keberanian serta gejolak dalam jiwanya yang ingin dianggap hebat, pria sejati, pemberani, gentleman, dan pahlawan di antara teman-
teman sebayanya. Adanya rasa ingin diakui di tengah-tengah masyarakat dan dianggap hebat oleh teman-teman dapat menjadikan
Universitas Sumatera Utara
72
seseorang jatuh ke dalam penyalahgunaan narkoba. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan:
“Aku maka kupake narkoba e kak perban suruh teman-teman ku ah usur kak, la pakemu la ko main nina ka bangku, bencong kin
engko nina kak. Uga gia, gelah kataken kalak aku main, me harus ka nge pake kak. Memang kenca sipake me kin kak, hebat
kin siakap banta. Bagenda pe aku mejinna kak nce kertang ka, e pe aku nge kuakap si gantengna.” Hasil wawancara dengan
CT, Februari 2015
Artinya: “Aku make narkoba karena sering disuruh teman-temanku itu
kak, kalau gak kupake, gak gentle katanya, bencong kau katanya kak. Mau tak mau, biar dibilang orang gentle ya kupake juga
jadinya kak. Memang sesudah kupakai, kita merasa hebat kak. Meskipun aku jelek dan kurus, tapi aku merasa aku lah yang
paling ganteng”
Popularitas di kalangan teman-teman sebaya sangat penting bagi remaja, oleh karena hal itu merupakan dorongan baginya untuk
menemukan kepribadiannya. Bahkan, rela melakukan apa saja agar dapat diakui di tengah-tengah pergaulannya, sekalipun tindakannya
menjadi menyimpang.
4.3.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Lingkungan menjadi penyebab lain yang memiliki andil dan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap tindakan penyalahgunaan narkoba. Adapun
Universitas Sumatera Utara
73
faktor-faktor eksternal yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba adalah sebagai berikut:
1. Perceraian Orang Tua Keluarga merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil di dalam
masyarakat yang memiliki peranan-peranan tertentu. Keluarga juga merupakan wadah di mana manusia mengalami proses sosialisasi awal,
yakni suatu proses di mana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah- kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Jadi, peranan
keluarga sangatlah penting bagi perkembangan kepribadian seseorang. Adanya gangguan pada pertumbuhan kepribadian seseorang mungkin
disebabkan pecahnya kehidupan keluarga secara fisik maupun mental.
Soekanto, 1992:22
Banyak pengguna narkoba yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Keluarga seharusnya menjadi wadah untuk menikmati
kebahagiaan dan curahan kasih sayang. Namun pada kenyataannya, keluarga sering kali justru menjadi pemicu anak untuk memakai narkoba
karena keadaan keluarga itu kacau balau. Hubungan antara anggota keluarga dingin, bahkan tegang, atau bermusuhan. Komunikasi yang
buruk antara ayah, ibu, dan anak sering kali menciptakan konflik yang tidak berkesudahan. Konflik di dalam keluarga mendorong anggota
keluarga merasa frustasi, sehingga terjebak memilih narkoba sebagai
Universitas Sumatera Utara
74
solusi. Biasanya yang paling rentan terhadap stress adalah anak. https:books.google.co.idbooks?id=0FPiV5tYejcCpg=PA71lpg=PA
71dq=rasa+ingin+tahu++penyebab+orang+menyalahgunakan+narkoba source=blots=N1NeQcwMX9sig=2TOhsrmWUC3bKWf9sfH8RN
LCn0hl=ensa=Xei=pS4eVfYUzYe4BMmmgNAKredir_esc=yv =onepageq=rasa20ingin20tahu2020penyebab20orang20me
nyalahgunakan20narkobaf=false, diakses tanggal 03 April 2015, pkl
16.00 WIB
Dalam hal ini kita membahas mengenai anak di tengah-tengah keluarga yang mengalami permasalahan sehingga terjadi penyimpangan
sosial. Salah satunya dapat disebabkan oleh perceraian orang tua. Apabila keluarga menjadi berantakan disebabkan oleh perceraian atau salah satu
orang tua kabur, dan hidup bersama secara tidak sah dengan partner baru, ataupun bercerai dan kawin lagi, maka muncullah runtunan kesulitan,
khususnya bagi anak-anak. Anak-anak menjadi sangat bingung, malu, dan berduka sekali, karena selalu diombang-ambingkan oleh perasaan-
perasaan cinta kasih, kekecewaan, kebencian terhadap orangtuanya.
Kartono, 2013:294
Pada umumnya, perceraian akan mengorbankan kebersamaan anak dengan orangtuanya. Hal tersebut membuat anak menjadi berontak,
mereka menjadi pribadi yang keras, memiliki emosi yang tinggi, dan
Universitas Sumatera Utara
75
bebas memutuskan segala sesuatunya sendiri. Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan :
“ Gundari aku tading ras biringku jenda kak, kenca nggo cerai mamakku ras bapakku sange pas aku SD denga. Adina gundari
bapakku nggo ka ia tading bas kuta kalak ah, nce mamakku pe nggo ka ia sereh. Jadi, nggo pisah ia duana. Tadingkenna aku
sisada kuta enda ras biring ah. Lanai aku diatena. Biring ah nggo metua kak, lanai bo tehna aku uga darat enda, diatekenna
pe aku lang. Nggo ka kapndu aku anak perana, me lanai aku banci atur-aturna je. Erkai teku erkai, pediatna saja je. Mulih
ku rumah pe aku lanai bo kak, palingen adi ganti baju ngenca kari teku, ku rumah aku ntisik ah je nce lawes ka. Aku nggom
kuakap aku terbuang bas keluargaku ah nari kak.” Hasil wawancara dengan YT, Maret 2015
Artinya : “ Sekarang aku tinggal bersama nenekku, setelah mamak dan
bapakku bercerai saat aku SD dulu. Bapakku tinggal di desa lain, mamakku sudah nikah lagi. Jadi, mereka sudah pisah
sekarang. Mereka tinggalkan aku hidup sendiri bersama nenek. Tidak dipedulikan aku. Nenekku sudah tua kak, dia tidak tahu
bagaimana kehidupanku di luar ini, tidak lagi aku diperhatikan. Aku sudah dewasa, jadi tidak bisa lagi diatur-atur. Apapun yang
kukerjakan, dibiarkan saja. Aku sudah jarang pulang ke rumah, ketika mau ganti baju saja, ke rumah sebentar baru pergi lagi
kak. Aku sudah merasa terbuang dikeluargaku itu kak.”
Berdasarkan hasil wawancara, informan memiliki kekecewaan terhadap orangtuanya. Setelah orangtuanya berpisah, ia tidak dipedulikan
lagi oleh mereka sehingga ia bebas menentukan jalan hidupnya sendiri. Bebas melakukan apa saja dan bergaul dengan siapa saja tanpa ada yang
mengawasinya. Hal tersebut membuat informan terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.
Universitas Sumatera Utara
76
2. Kurangnya Perhatian Orang Tua karena Sibuk Mencari Nafkah Pola perilaku yang benar dan tidak menyimpang untuk pertama
kalinya dipelajari dari keluarga. Keluarga merupakan kelompok primer yang selalu bertatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu
mengikuti perkembangan anggota-anggotanya dan memiliki hubungan emosional didalamnya. Banyak keluarga yang tidak memiliki waktu
berkualitas untuk dilewatkan bersama anggota keluarga. Orang tua terlalu sibuk untuk mencari nafkah dengan tujuan agar dapat memenuhi setiap
kebutuhan keluarganya. Namun, hal tersebut seringkali mengakibatkan perhatian orang tua terhadap anak-anak berkurang. Orang tua tidak dapat
mengontrol anak-anaknya dengan baik sehingga anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Berikut ini hasil wawancara dengan informan
yang mendukung hal tersebut: “ Aku nggo lampassa kutandai sen ban mamak ah kak. Ia duana
sibuk kujuma muat sen, ndarami harta. Berkat ia pagi-pagi e, aku lenga medak, nce mulih pe seh ka kel melawenna. Sen nca
usur melala berena bangku, lang labo tehsa kuja kuban sen e pe. Emaka geluhku seh kel bebasna kak. Kai teku kutukur banci
to kak, e kap maka nggo kupake sange narkoba ah kak. Kuja teku, erkai teku, labo tehsa duana, labo nari sulu-suluna
perdalanku pe kak. Melawen pe aku mulih ku rumah lanai bo aku daramina kak.” Hasil wawancara dengan TS, Maret 2015
Artinya : “Aku sudah terlalu dini mengenal uang dibuat mamak kak.
Mereka terlalu sibuk ke ladang mendapatkan uang, mencari harta. Mereka berangkat pagi-pagi, aku belum bangun, dan
pulangnya juga lama. Uang saja yang selalu dikasih samaku kak, padahal mereka nggak tahu kemana kubuat uang itu. Jadi
hidupku sangat bebas kali kak. Aku mau beli apa saja juga bisa kok kak, itu makanya sempat kupake narkoba itu. Aku mau
kemana dan aku mau ngapain pun mereka berdua nggak tahu
Universitas Sumatera Utara
77
nya kak, tidak diawasi lagi kok. Makanya kalau aku lama pulang ke rumah pun kak, nggak dicari lagi.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang utama dan pertama bagi anak. Jika suasana keluarga kurang mendukung, pasti terjadi
gangguan perkembangan kepribadian anak. Jadi, orang tua harus berfungsi dengan baik serta tidak dapat mengabaikan tanggungjawabnya
sebagai pemimpin dalam keluarga. Keluarga yang seharusnya berperan sebagai agen sosialisasi, digantikan oleh pihak lain di luar keluarganya
yang lebih dominan memainkan peran tersebut.
3. Diajak Teman Di samping keluarga, lingkungan juga memiliki pengaruh yang
besar pada pembentukan kepribadian serta perubahan tingkah laku seseorang. Lingkungan dalam arti luas adalah teman-teman sepermainan,
tetangga, atau pun teman sekolah. Secara psikologis, usia remaja merupakan umur yang dianggap “gawat”, karena yang bersangkutan
sedang mencari identitasnya. Untuk itu, harus tersedia tokoh-tokoh ideal yang pola perilakunya terpuji yang dapat dijadikan sebagai panutan.
Soekanto, 2009:387
Lingkungan yang tidak sehat, seperti lingkungan dengan banyak anggota masyarakat yang menyimpang akan sangat berpengaruh pada
perilaku remaja. Cenderung sifat para remaja adalah meniru perilaku orang-orang yang ada di lingkungan sosialnya. Bahaya jika perilaku yang
Universitas Sumatera Utara
78
ditirunya adalah perilaku yang menyimpang dari nilai dan norma di masyarakat. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku
remaja, khususnya teman sebaya. Jika remaja bergaul dengan teman- teman yang memiliki perilaku yang menyimpang, dan remaja tersebut
tidak memiliki kontrol yang baik di dalam dirinya, kemungkinan ia akan terpengaruh oleh teman-teman disekitarnya. Berikut hasil wawancara
dengan informan: “Aku ngadi kap sange sekolah kak, nce teman-temanku pe bage
je kerina, si lanai sekolah lah, si pengangguren lah, macam- macam je kak. Adi lalit kapndu dahin kak, piahna ciger wari e
kin pe nongkrong-nongkrong nca pengkebet ras teman e kede ah. Adi bas kede kapndu, me kalak erkai pe lit nge je. Nce
engkai maka sambar banndu lagundu nindu ka, banci kin lang, nande ras bapa lo ku diatena, me teman e lah ikut-ikut. Ajak
teman e tiap wari, ngisap kita nak tah nina, me dungna bene nge kita kak.” Hasil wawancara dengan TS, Maret 2015
Artinya : “Dulu aku berhenti sekolah kak, terus temang-temanku pun gitu
semua, yang nggak sekolah lagi lah, yang pengangguran lah, pokoknya bermacam-macam lah kak. Karna tidak ada kerjaan,
jadi siang hari pun hanya nongkrong-nongkrong aja kerjaanku di kede itu sama kawan-kawanku kak. Terus mamak sama bapak
pun tidak lagi diperhatikannya aku, ya teman-temanku itu lah yang kuikuti kak. Diajak kawanku itu tiap hari untuk merokok
kak, akhirnya terjerumus juga lah kak.”
Hal yang sama juga disampaikan oleh informan CT. Berikut hasil wawancara dengan informan :
“Remaja Batukarang enda rata-rata nggo kena narkoba kak. Adi perhitungken me kin, nggo lit kira-kira 50 persen lah si kena. Nggom
kapndu bahaya kak. Jadi lanai bo man kemamangenken adi melala kalak make narkoba gundari e. Pergaulen bebas lah. Adi sitemani pe
kalak-kalak si bage kerina, lo banci lang kita pe dungna seri nge ras
Universitas Sumatera Utara
79
kak. Uga temanta me bage ka kita.” Hasil wawancara dengan CT, Februari 2015
Artinya : “Remaja Batukarang ini sudah rata-rata menggunakan narkoba.
Kalau dihitung-hitung sudah ada 50 persen yang menggunakan. Jadi, jangan heran lagi jika banyak orang yang menggunakan
narkoba sekarang kak. Pergaulan bebas lah kak.kalau kita pun bergaul dengan orang-orang yang seperti itu, maka akhirnya pun
kita bakalan ikut dengan mereka kak.”
Lingkungan yang tidak baik dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku seseorang ke arah negatif atau menyimpang.
Bergaul bersama teman-teman yang kondisinya sudah putus sekolah dan pengangguran, di mana mereka tidak memiliki kegiatan setiap harinya.
Mereka cenderung melakukan hal-hal yang negatif untuk menghabiskan
waktu mereka.
4. Dijebak oleh Bandar Faktor lain yang menyebabkan informan menggunakan narkoba
adalah dijebak oleh bandar narkoba. Pertama, bandar narkoba tersebut menjadikan informan sebagai suruhan untuk mengedarkan narkoba
kepada pelanggannya. Setelah itu, bandar juga mengajak informan untuk mencoba menggunakan narkoba tersebut, narkoba diberikan secara gratis
sebagai imbalan bagi informan yang sudah membantu bandar tersebut. Namun, lama-kelamaan setelah informan menjadi ketagihan, bandar tidak
lagi memberikan barang secara gratis. Hal ini diperkuat melalui hasil wawancara dengan YT. Berikut hasil wawancara:
Universitas Sumatera Utara
80
“ Tantangna mbarenda suruhna lebe aku ngedarkensa man kalak kak, nce dung e berena aku sen man upahku. Usor bage,
piah aku pe ajakna ka makesa. Pake saja nak, gratis bam nah nina kak. Upahmu nina bangku. Kucubaken ka. Kenca nggo
ketagihen aku, e lanai berena gratis kak, terpaksa man bayaren. Bage kin kuakap banna taktikna muat pelanggan kak, lang maka
lalit sinukur barang nah.”Hasil wawancara dengan YT, Maret 2015
Artinya: “Dulu aku disuruh bandar untuk mengedarkan narkoba sama
orang lain, terus dia memberikan aku uang sebagai upahku. Karena sudah keseringan, akhirnya aku pun diajak untuk
menggunakannya. Ya sudah pakai aja lah, kalau untukmu gratis katanya kak. Itulah upahmu. Akhirnya kucoba juga. Setelah aku
ketagihan, tidak lagi dikasih gratis kak, terpaksa harus dibayar. Mungkin itu taktik mereka untuk mencari pelanggan kak, kalau
nggak ya tak ada yang beli barangnya”.
Berdasarkan wawancara di atas, bandar melakukan banyak cara untuk menarik orang lain menjadi pelanggannya. Salah satu caranya
adalah seperti informan di atas, pertama narkoba diberikan secara gratis, namun setelah informan ketagihan, maka bandar meminta bayaran.
4.4 Dampak Penggunaan Narkoba terhadap Kehidupan Informan