Komunikasi Organisasi Indonesian Corruption Watch (Icw) Dalam Mereduksi Pemberitaan Negatif

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: Inna Usholihah NIM:109051000091

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat

atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Agustus 2014


(5)

i

“Komunikasi Organisasi Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam

Mereduksi Pemberitaan Negatif”

Pemberitaan negatif merupakan pemberitaan yang selalu ada dalam suatu organisasi. Untuk mewujudkan sebuah penguatan organisasi, dalam pemberitaan negatif suatu organisasi harus mampu berkomunikasi dan mampu mereduksi pemberitaan negatif. Komunikasi yang efektif antar anggota dalam organisasi dapat terwujud jika ada kerjasama yang baik, keterbukaan, dan kepercayaan. Penerapan komunikasi yang efektif dapat melalui beberapa tahapan dalam proses komunikasi organisasi. Pemberitaan negatif direduksi dengan menciptakan iklim komunikasi organisasi yang baik. ICW (Indonesia Corruption Watch) merupakan salah satu lembaga resmi di Indonesia dalam program memberantas korupsi.

Melihat konteks di atas maka pertanyaan penelitian yaitu, Bagaimana komunikasi organisasi di ICW dalam mereduksi pemberitaan negatif?

ICW memiliki beberapa program dalam memberantas korupsi untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan dalam organisasi ini adalah mampu memberantas korupsi dan membersihkan para koruptor di Indonesia. ICW selalu mendapatkan pemberitaan negatif dari pihak yang diragukan anti korupsinya. ICW mencoba mereduksi pemberitaan negatif melalui tahap-tahap proses komunikasi organisasi. Pada tahap-tahap proses komunikasi, peneliti menggunakan teori Weick mengenai tiga tahap-tahap proses komunikasi. Weick memandang organisasi sebagai sebuah proses, sebagai sebuah pembentukan dimana manusia mengkreasi lingkungannya untuk melakukan sinkronisasi nilai, ide, pemikiran, sampai dengan nilai dengan aturan-aturan yang dibuat sesuai.

Metode yang digunakan dalam menganalisis pesan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data yang

aktual. Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan

menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam organisasi tersebut. Keadaan yang penulis gambarkan disesuaikan dengan judul yang diangkat.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan data bahwa tahap-tahap proses komunikasi dalam mereduksi pemberitaan negatif di ICW dapat terlihat dari tiga penjabaran tahap-tahap proses komunikasi organisasi. Mereduksi pemberitaan negatif mampu menciptakan iklim organisasi yang baik. Dengan membangun kerjasama dengan melakukan koordinasi tindak lanjut laporan masyarakat.


(6)

ii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta memberikan daya dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Dalam Penyusunan skripsi ini, tidak sedikit rintangan yang penulis hadapi, namun penulis tetap semangat dan tidak putus asa. Karena yakin dan percaya bahwa Allah SWT akan memudahkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan Alhamdulillah skripsi ini selesai dengan baik.

Terima kasih yang tulus, penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing dan memotivasi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu KomunikasiPenyiaran Islam Universitas Islam Jakarta, Bapak Dr. Suparto, PHd. M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. H. Sunandar, M.A Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, dan Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.

2. Bapak Rachmat Baihaky M.A, Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam, Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dan Ibu Rini Laili Prihatini, Dra. M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.


(7)

iii

membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan masukan kepada penulisdalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staff fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi, yang telah

memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di UIN. Serta Pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan literatur yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Orang Tua Tercinta Ayahku Drs.H.M Ali Jaya yang telah memberikan

dorongan moral, spiritual serta perhatian yang tiada putus sehingga ananda dapat menyelesaikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dan tak lupa Ibuku Hj Legi Hastuti yang tiada pernah lelah mendoakan, memberikan dorongan, memberikan kasih sayang, perhatian dan motivasi yang luar biasa.

6. Kepada Koordinator ICW Bapak Ade Irawan dan Bapak Chirstian Evert

Tutoroong selaku divisi investigasi dan publikasi dan Teman-teman badan pekerja ICW, yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Penelitian.

7. Kakakku Birrul Muqtadir (Ace), adikku tercinta Aas Rohadatul Aisy

(kodel), Paman-pamanku Kamal Haris, Om Oji, Om Ambeng dan Tante-tanteku Kusrini (ede), Yeyen Herawati, Susilawati, Sutinah, tante edah, sepupuku Qiqi, Maya yang telah memberikan semangat dan motivasi yang tak terputus.


(8)

iv

2009 khususnya Resyana, Siti Rahma, Raditya, Jojo Septianto, yang tidak pernah lelah memberikan semangat dan dukungan tiada henti.

9. Sahabat-sahabat dirumah tercinta, Prima, Mas Jack, Deny, Dicky, Robby,

Bowo yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini.

10.Special Thanks untuk sahabat tercinta Fresly Silaban yang tidak pernah

bosan memberikan dukungan yang luar biasa, tempat berbagi, memberikan motivasi, dan inspirasi. Sendy Darlis Alditya yang selalu mendukung, selalu mendorong, dan mendoakan dalam menyelesaikan penelitian ini. Demikianlah ucapan terimakasih yang tulus dari penulis, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah mendukung penulis, sampai skripsi ini tuntas dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan pembaca, serta bisa menjadi referensi bagi dunia akademik khususnya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 12 Agustus 2014


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan RumusanMasalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN TEORI A. Komunikasi Organisasi ... 11

1. Pengertian Komunikasi Organisasi ... 11

2. Tujuan Komunikasi Organisasi ... 12

3. Arus Informasi dalam Organisasi ... 14

4. Iklim Komunikasi Organisasi ... 18

5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ... 22

6. Dinamika Komunikasi Organisasi ... 24

7. Proses Komunikasi Organisasi ... 25

B. Berita dalam Kategori ... 26

1. Pengertian Berita ... 26

2. Unsur-unsur Berita ... 27

3. Jenis-jenis Berita ... 29

4. Media dalam Berita ... 31


(10)

vi

C. Reduksi ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM INDONESIAN CORRUPTION WATCH A. Latar Belakang dan Sejarah Singkat ICW ... 36

B. Visi Misi ICW ... 38

C. Posisi ICW ... 40

D. Prinsip ICW ... 40

E. Struktur Organisasi ICW ... 42

F. Divisi-divisi ICW ... 42

G. Uraian Jabatan di Lingkungan Badan Pekerja ICW ... 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Proses Komunikasi Organisasi dalam Mereduksi Pemberitaan Negatif dalam Teori Weick ... 48

B. Mereduksi Pemberitaan Negatif Melalui Iklim Organisasi... 57

C. Bentuk Komunikasi Organisai dalam ICW ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mereduksi pemberitaan negatif merupakan bagian dari organisasi. Organisasi menyimpan berbagai informasi. Informasi yang ada dalam organisasi ada yang mengenai program kinerja organisasi bahkan pemberitaan negatif. Pemberitaan negatif yang masuk bermacam-macam, ada yang sekedar menjelek-jelekkan lewat sosial media, menyebar fitnah, membuat kampanye negatif, bahkan menjatuhkan.

Reduksi secara harfiah merupakan pengurangan, penyempitan sebuah

proses kembali (re-ducere). Kata sifat dari reduksi adalah reduksionis.

Reduksi bisa dikatakan pula menyaring. Menyaring sebuah peristiwa atau

fenomena tersebut.1

Menyaring pemberitaan negatif dalam organisasi sangatlah perlu. Pemberitaan negatif yang masuk setiap harinya berpengaruh kepada organisasi. Setiap anggota mengkomunikasikan pemberitaan negatif yang masuk. Agar lebih efektif, pemberitaan negatif dikomunikasikan dengan baik dan disaring dengan baik.

Komunikasi organisasi merupakan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang bagian suatu organisasi tertentu. Dalam suatu organisasi, unit-unit komunikasi dalam hubungan organisasi berfungsi dalam suatu lingkungan. Lingkungan mempunyai pengaruh penting dalam organisasi. Organisasi mempunyai aspek penting dimana dalam suatu organisasi

1


(12)

mempunyai sebuah program dengan tujuan tertentu. Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berada di dalam organisasi itu sendiri, juga antara orang-orang yang berada di dalam organisasi

dengan publik luar, dengan maksud mencapai suatu tujuan.2

Organisasi sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-objek, orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Bila organisasi sehat, para divisi-divisi bekerja dengan cara yang sistematik untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Organisasi meliputi pengenalan akan struktur atau rancangan apa menghasilkan apa. Lingkungan menentukan prinsip-prinsip pengorganisasian. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, organisasi bisa disebut juga sistem kerjasama antara dua orang atau lebih, organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk

pencapaian tujuan bersama.3 Organisasi mempelajari perilaku

pengorganisasian, dan inti perilaku tersebut adalah komunikasi. Organisasi berbicara agar menjadi tahu, pembicaraan merupakan kemampuan penyesuaian organisasi. Untuk mengetahui apa yang dipikirkan organisasi, penting sekali memeriksa perilaku-perilaku yang bertautan atau saling berinteraksi antara para anggota organisasi tersebut. Apa yang dipercakapkan orang-orang diantara sesama mereka menghasilkan suatu lingkungan yang

mengorganisasikan aktivitas mereka, terutama pikiran mereka.4

2

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.1.3

3

Dido, Pengertian, Definisi, Arti Organisasi dan Unsur-Unsurnya, Artikel ini diakses pada tanggal 8 Juli 2014 dari dhiedotorg.wordpress.com

4

R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.85


(13)

Suatu organisasi dapat juga didekati sebagai suatu objek studi. Sebagian orang menganggap organisasi sebagai suatu subjek yang menyenangkan dan menarik. Tujuannya untuk memahami organisasi dengan mendeskripsikan komunikasi organisasinya, memahami kehidupan organisasi, dan menemukan bagaimana kehidupan terwujud lewat komunikasi. Tekanannya adalah pada bagaimana suatu organisasi dipelihara lewat proses komunikasi pendekatan, menekankan apa yang sebenarnya terjadi dalam organisasi dan memberikan suatu penjelasan yang jarang ditemukan dalam

pendekatan-pendekatan lain.5 Selain itu organisasi telah dibentuk sejak

manusia berada dimuka bumi, di dorong oleh tiga motif unsur dasar yaitu

orang-orang (sekelompok orang), kerjasama dan tujuan yang akan dicapai.6

Komunikasi organisasi dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Secara formal misalnya dengan diadakan rapat antara atasan dan bawahan, surat memo, dan lain-lain.

Indonesia Corruption Watch (ICW) sebuah organisasi independen. Untuk menjaga independensi sekaligus meningkatkan rasa kepemilikan publik dan menjaga keberlangsungan program, sejak maret 2010 lalu ICW membuka peluang donasi publik. Dengan memberi bantuan financial kepada lembaga ini, masyarakat dapat turut serta dalam kerja-kerja pemberantasan korupsi. Donasi yang dikumpulkan dari publik dimanfaatkan untuk menjalankan sejumlah program ICW, diantaranya: investigasi kasus, pemantauan anggaran sekolah, advokasi layanan kesehatan, membangun generasi pemuda melawan korupsi, serta menyelenggarakan pendidikan antikorupsi disekolah dan

5

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.1.5

6


(14)

kampus. ICW lembaga dari sekumpulan orang yg memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktek korupsi. ICW mengambil posisi untuk bersama-sama rakyat membangun gerakan sosial memberantas korupsi dan berupaya mengimbangi persengkongkolaan kekuatan birokrasi pemerintah dan bisnis. Dengan demikian reformasi di bidang hukum, politik, ekonomi dan sosial untuk menciptakan tata kelola

pemerintahan yang demokratis dan berkeadilan sosial dapat diwujudkan.7

Hukum yang seharusnya memberikan jaminan terwujudnya keadilan dan penegakan aturan juga tak luput dari ganasnya korupsi. Mafia peradilan merajalela, keadilan digadaikan oleh praktek suap menyuap. Dengan kekuasaan uang dan perlindungan politik, koruptor dapat menghirup udara bebas tanpa perlu takut dijerat hukum. Dengan menikmati hasil dari suap menyuap koruptor merasa mempunyai kepuasan individualis tanpa memikirkan rakyat-rakyat jelata yang seharusnya menjadi tanggung jawab besar oleh mereka. Sektor pemerintahan sudah tidak menjadi jaminan bagi

masyarakat. Istilah pemerintah yang “mensejahterkan masyarakat” hanya

sebuah istilah usang tanpa bukti nyata. Janji-janji yang diberikan, pembedahan wilayah, blusukan wilayah hanya sebuah pencitraan. Tanpa disadari rakyat dibodohi dan diberdayakan. ICW percaya bahwa pemberantasan korupsi akan berjalan efektif jika ada perlibatan yang luas dari rakyat sebagai korbannya.

Berita negatif merupakan berita ingkar yang didalamnya berisikan peristiwa-peristiwa yang menunjukan suatu pengingkaran. Dalam berita

7

Ade Irawan, Manifesto Gerakan Anti Korupsi ICW, Artikel ini diakses pada tanggal 8 november 2013 dari www.antikorupsi.org


(15)

negatif menyatakan suatu maksud yang berlainan dengan pernyataan yang sebenarnya. Berita negatif sebagian ada yang berisikan sebuah dugaan dan

juga sebuah penyangkalan dalam suatu peristiwa.8 Banyak bermacam-macam

pemberitaan negatif di ICW yang masuk. ICW organisasi yang setiap harinya mendapat pemberitaan negatif. Beberapa contohnya seperti, ICW diduga menerima dana asing, ICW dituding melakukan kampanye negatif terhadap SBY ditahun 2004, dan ICW merilis 36 nama calon legislatif yang bermasalah. Pemberitaan yang masuk pernyataannya berisikan kecaman atau hal-hal yang mempertentangkan tentang ICW, merupakan ulah pihak-pihak yang tidak menyukai dengan adanya ICW. Oleh karena itu, pihak-pihak yang non pro membuat informasi yang negatif, baik non fakta atau ancaman-ancaman.

Berdasarkan dari penjelasan di atas, penelitian ini diberi judul “Komunikasi Organisasi Pada ICW (Indonesia Corruption Watch)

dalam Mereduksi Pemberitaan Negatif” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah hanya pada komunikasi organisasi dalam mereduksi pemberitaan negatif yang ada di ICW (Indonesia Corruption Watch). Maka komunikasi organisasinya pada pemberitaan negatif melalui rapat organisasi dan milis internal. Pembatasan ini dilakukan untuk lebih fokus dan mempermudah dalam penelitian, selain itu untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak ada dengan masalah yang akan di teliti. Agar penelitian ini berjalan dengan

8

Bingkai Bahasa, Kalimat Berita Negatif, Artikel ini diakses pada tanggal 8 Juli 2014 dari bingkaibahasa.wordpress.com


(16)

sistematis, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana komunikasi organisasi pada ICW (Indonesia Corruption Watch) dalam mereduksi pemberitaan negatif?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan pokok pemasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah ingin mengetahui komunikasi organisasi di ICW dalam mereduksi pemberitaan negatif.

2. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat dari segi akademisi dan praktisi, yaitu :

Secara akademis yaitu: Untuk pengembangan Ilmu komunikasi,

diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi, dan peningkatan wawasan akademis dalam bidang komunikasi organisasi khususnya yang terkait dengan pemberitaan negatif didalam maupun luar organisasi.

Secara praktis yaitu: memberikan informasi bagi akademisi

dan masyarakat luas mengenai komunikasi organisasi di ICW, bagaimana komunikasi organisasi di ICW baik secara bentuk komunikasi organisasinya maupun iklim komunikasi organisasi yang berada di ICW.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yakni penelitian yang dilalui dengan proses observasi,


(17)

pengumpulan data yang akurat berdasarkan fakta di lapangan disertai

wawancara dengan narasumber. “Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang di kumpulkan umumnya bersifat kualitatif.”9Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi yang terjadi di ICW (Indonesia Corruption Watch). Dengan metode ini penulis akan mendapatkan hasil yang lebih mendalam karena dilakukan dengan wawancara dan observasi.

2. Subjek dan Objek

Subjek penelitian disini adalah Koordinator ICW dan Divisi Investigasi dan Publikasi karena berperan penting dalam memantau pemberitaan-pemberitaan terbaru dalam menangani kasus korupsi baik pemberitaan negatif maupun positif. Sedangkan objek penelitian disini adalah proses komunikasi organisasi secara Internal dan Eksternal yang terjadi di ICW.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi

Penulis melakukan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung ke ICW di Jl.Kalibata Timur IV/D No.6 Jakarta Selatan. ICW mereduksi pemberitaan negatif melalui Divisi Investigasi dan Publikasi.

9

Jumroni, Metode-metode Peneltian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), h. 41


(18)

Hal ini dilakukan sebagai upaya memperkecil kemungkinan yang dapat menghambat dalam pelaksanaan penelitian. Dengan

melakukan observasi, memudahkan penulis mendeskripsikan

komunikasi organisasi di ICW dalam mereduksi pemberitaan negatif.

b. Wawancara (Interview)

Dalam wawancara, penulis memilih narasumber bapak Ade Irawan selaku Koordinator ICW. Selain wawancara dengan koordinator, penulis juga mewawancarai Christian Evert Tuturoong di Divisi Investigasi dan Publikasi. Dalam proses wawancara, penulis menggunakan beberapa media pendukung yaitu handphone, alat tulis, foto digital, dan lain-lain.

c. Dokumentasi

Pada tahap dokumentasi, penulis mengumpulkan buku-buku, koran, artikel, artikel dari internet yang berkaitan dengan komunikasi organisasi dan pemberitaan negatif. Dokumentasi memudahkan penulis dalam mencari teori-teori yang berkaitan dengan judul skripsi.

d. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif kualitatif, yaitu setelah data diklasifikasikan sesuai aspek data yang terkumpul lalu diinterpretasikan secara logis. Dengan demikian akan tergambar sejauh mana komunikasi dalam mereduksi pemberitaan negatif, dengan melihat data-data yang diperoleh penulis melalui observasi, dan wawancara, setelah itu dianalisis yang kemudian disusun dalam laporan penelitian.


(19)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti selain mengadakan kajian pustaka dengan mengambil sumber dari buku-buku panduan yang terdapat di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan buku-buku lain yang mendukung penelitian ini penelitian ini juga membandingkan dengan penelitian terlebih dahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini sebagai pembanding. Seperti beberapa skripsi yang berjudul sebagai berikut:

Muhammad Siddiq menulis skripsinya tentang Pola Komunikasi Pada

SUB Dinas Pembinaan Mental Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit

Di Markas Komando Korps Marinir. Secara garis besar persamaannya adalah

membahas tentang komunikasi organisasi. Sedangkan perbedaannya adalah skripsi yang ditulis Muhammad siddiq lebih membahas tentang upaya meningkatkan disiplin prajurit marinir melalui pembinaan rohani sedangkan skripsi penulis membahas tentang bagaimana mereduksi pemberitaan negatif di ICW.

Siti Latifah menulis skripsinya tentang Komunikasi Organisasi

Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) Dalam Kaderisasi. Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang ditulis oleh Siti Latifah adalah sama-sama membahas tentang komunikasi organisasi disebuah organisasi formal atau badan lembaga. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada objek penelitian yang akan dibahas.

Fitri Susilawati menulis skripsinya tentang Komunikasi Organisasi

dalam Kepemimpinan Pada Tempo Inti Media. Persamaan skripsi ini dengan

skripsi yang ditulis oleh Fitri Susilawati adalah sama-sama membahas tentang komunikasi organisasi dalam koordinasi dan informasi antar divisi. Sedangkan


(20)

perbedaannya adalah skripsi yang ditulis Fitri Susilawati membahas tentang kepemimpinan dan komunikasi organisasinya secara vertikal dari atasan ke bawahan dari bawahan ke atasan sedangkan penulis dalam mereduksi pemberitaan negatif di ICW komunikasi organisasinya secara internal maupun eksternal.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini sistematis, maka penulis membaginya menjadi 5 (lima) bab, yang tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang di dalamnya menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, analisis data, sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kajian Teori, yang di dalamnya menguraikan tentang komunikasi organisasi dan berita negatif.

BAB III: Gambaran Umum ICW (Indonesia Corruption Watch), membahas mengenai sejarah berdirinya, visi dan misi, Tujuan didirikannya ICW, Program kegiatan dan struktur organisasi. BAB IV: Temuan dan Analisa Data Lapangan, membahas tentang

komunikasi organisasi di ICW , mereduksi pemberitaan negatif.


(21)

11

KAJIAN TEORI TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI

A. Komunikasi Organisasi

1. Pengertian Komunikasi Organisasi

Dalam buku Komunikasi Organisasi Karya R. Wayne Pace dan Don F. Faules menjabarkan bahwa definisi komunikasi organisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu definisi subjektif dan definisi objektif. Keduanya memiliki ciri khas masing-masing.

Komunikasi organisasi dalam presfektif subjektif adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. Pada presfektif ini yang ditekankan adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Sedangkan dalam definisi objektif adalah kegiatan penangan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasi. Pada prespektif ini yang lebih

ditekankan adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang

memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.1

Redding dan Sanborn, Joseph Devito yang dikutip oleh Soleh Soemirat, dkk dalam buku Komunikasi Organisasional menyatakan bahwa

“komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan baik

dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun informal organisasi.”2

1

R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.33

2


(22)

Komunikasi organisasi dapat juga didefinisikan sebagai proses aliran (pengiriman dan penerimaan) pesan-pesan yang berorientasikan tujuan di antara sumber-sumber komunikasi, dalam suatu pola, dan melalui suatu medium atau media. Suatu unsur tambahan dalam definisi ini ialah pola aliran pesan. Jadi ada 7 unsur dalam komunikasi keorganisasian: sumber pengirim; sumber penerima (sasaran); pesan yang dikirimkan; pesan yang diterima; tujuan pesan; medium atau media; dan pola arus (yang disebut jaringan). Sumber pengirim dan sumber penerima

adalah orang-orang yang mengirim dan menerima pesan itu.3

2. Tujuan Komunikasi Organisasi

Adapun Tujuan Komunikasi Organisasi adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi: mengirimkan informasi dari suatu sumber

kepada orang-orangatau kelompok-kelompok alamat komunikasi. Berbagai jenis informasi dikirimkan dalam kebijakan organisasi, peraturan-peraturan, perubahan-perubahan serta perkembangan dalam organisasi dan diperlukan penyebaran yang cepat dari suatu informasi dalam organisasi, misalnya hadiah-hadiah dan ganjaran-ganjaran khusus yang diberikan, penyelesaian dengan serikat buruh, perubahan besar dalam organisasi, dan sebagainya hal ini mungkin memakan waktu lama jika organisasinya besar.

b. Umpan balik: diperlukan adanya umpan balik bagi para karyawan

tentang prestasi mereka dan bagi manajemen yang lebih tinggi tentang pencapaian tujuan kesulitan yang dijumpai. Komunikasi umpan balik

3


(23)

membantu usaha mengambil langkah-langkah perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan, dan memberikan motovasi kepada orang-orang untuk mengembangkan rencana-rencana yang menantang dan realistis.4

c. Pengendalian: sistem informasi manajemen dikenal sebagai suatu

mekanisme pengendalian. Informasi diberikan untuk menjamin pelaksanaan rencana-rencana sesuai dengan maksud semula. Komunikasi membantu terlaksananya pengendalian seperti itu suatu mekanisme monitor.

d. Pengaruh: informasi merupakan kekuasaan. Satu tujuan komunikasi

ialah mempengaruhi orang.

e. Memecahkan persoalan: dalam banyak hal komunikasi bertujuan

memecahkan persoalan. Komunikasi antara manajemen dan serikat buruh tentang beberapa hal (perundingan) bertujuan menemukan suatu penyelesaian.

f. Pengambil putusan: untuk mencapai suatu putusan diperlukan

beberapa macam komunikasi, misalnya pertukaran informasi, pendapat, alternatif-alternatif yang ada, segi-segi menguntungkan atau tidak menguntungkan dari tiap alternatif.

g. Mempermudah perubahan: efektivitas suatu perubahan yang diadakan

dalam suatu organisasi sebagian besar tergantung pada kejernihan dan spontanitas komunikasi.

h. Pembentukan Kelompok: Komunikasi membantu pembangunan

hubungan. Bahkan dalam perselisihan yang berat, hubungan baik

4


(24)

hanya dapat dikembalikan jika proses komunikasi terus dilanjutkan. Jika komunikasi terputus, kelompok bisa hancur.

i. Menjaga pintu: komunikasi membantu membangun hubungan

organisasi dengan luar. Organisasi dapat menggunakan lingkungannya untuk meningkatkan efektivitasnya.

3. Arus Informasi Dalam Organisasi

Komunikasi dalam suatu perusahaan adalah unsur terpenting. Karena dalam komunikasi adalah interaksi sosial yang ditandai adanya pertukaran makna untuk menyatukan perilaku atau tindakan setiap individu. Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu diperhatikan, untuk itu akan dibahas berdasarkan tempat dimana khalayak sasaran berada, yaitu komunikasi internal, komunikasi diagonal, komunikasi eksternal.

a. Komunikasi Internal

Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam organisasi atau perusahaan. Dalam penerapan komunikasi beragam karena sesuai dengan struktur organisasi. Komunikasi dalam organisasi bisa terjadi diantara orang yang memiliki level kepangkatan yang

sama, diantara pimpinan dan bawahan, dan lain-lain.5

Berdasarkan alur komunikasi yang terjadi di dalam organisasi, maka internal terbagi menjadi 4 (empat) jalur yaitu vertikal, horizontal, diagonal, dan grapvine.

5

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.2.12


(25)

1) Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang

terjadi dari atas kebawah (downward communication) dan dari

bawah ke atas (upward communication). Pada downward

communication, pimpinan menyampaikan pesan kepada bawahan. Alur ini memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Pemberian atau penyampaian intruksi kerja, bentuknya

perintah, arahan penerangan, manual kerja, uraian tugas.

b) Penjelasan dari pimpinan mengenai mengapa suatu tugas perlu

dilaksanakan. Hal ini ditunjukan agar pekerja mengetahui bagaimana tugas-tugas berkaitan dengan tugas dan posisi yang lain di organisasi dan mengapa mereka mengerjakan tugas tersebut.

c) Penyampaiannya informasi mengenai peraturan-peraturan yang

berlaku seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji, asuransi kesehatan dan lain-lain.

d) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang

berlaku seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji, asuransi kesehatan, dan lain-lain.

e) Pemberi informasi bagaimana mengembangkan misi

perusahaan.6

Komunikasi juga mengalir dari bawahan ke atasan atau

upward communication. Metode yang digunakan dalam

6

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.2.14


(26)

penyampaian informasi bisa dengan lisan, tulisan, gambar, skema,

atau kombinasi diantara semuanya. Metode upward

communication memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a) Penyampaian informasi mengenai pekerjaan yang sudah dan

yang belum selesai dilaksanakan.

b) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.

c) Membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan.

2) Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal yaitu arus informasi yang terjadi secara mendatar atau sejajar di antara para pekerja dalam satu unit, menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto dalam buku Komunikasi Organisasional, tujuan dari arus informasi antara lain:

a) Mengkoordinasikan pengerjaan tugas

b) Bertukar informasi dalam rencana dan kegiatan

c) Mengatasi masalah

d) Mendapatkan pemahaman bersama

e) Memusyawarahkan, negosiasi dan menengahi perbedaan

f) Membangun dukungan interpersonal.7

3) Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi diantara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda dalam kedudukannya dan bagian. Dalam komunikasi ini tidak ada perintah maupun pertanggung jawaban, biasanya hanya menyampaikan ide.

7

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.2.17


(27)

Komunikasi diagonal diperlukan khususnya bagi para pekerja pada level bawah guna menghemat waktu. Dalam penggunaan alur ini diperlukan dua syarat yakni:

a) Setiap pekerjaan melakukan komunikasi secara diagonal harus

memperoleh izin dari atasnya langsung.

b) Setiap pekerjaan yang melakukan komunikasi diagonal harus

menginformasikan hasil yang dicapai kepada atasan langsung.8

4) Grapvine

Grapvine adalah perkataan Inggris untuk tanaman anggur dan karena tanaman ini menjalar tanpa arah dan bentuk tertentu, kadang-kadang seperti spiral dan lingkaran yang kait mengait maka

perkataan inilah yang dipilih untuk sistem komunikasi informal.9

Komunikasi ini bebas hambatan karena berlangsung dari mulut ke mulut, selain itu informasi yang disampaikan sering kali tidak lengkap yang memungkinkan disalahartikan, namun begitu

umumnya 75% sampai 90% pesan grapvine akurat yang berkaitan

dengan situasi kerja. b. Komunikasi Eksternal

Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara orang-orang yang berada didalam dengan khalayak di luar organisasi. Adapun tujuan utama dilaksanakan komunikasi eksternal oleh sebuah organisasi adalah:

8

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.2.20

9

Phil. Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Binacipta, 1986), Cet.Ke-4, hal.89


(28)

1) Untuk membina dan memelihara hubungan yang baik

2) Untuk menciptakan opini public yang menguntungkan

3) Untuk memelihara dan menjaga citra organisasi agar tetap positif 10

4. Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim organisasi dalam suatu perusahaan sangat menentukan kinerja karyawan, maka dari itu pemimpin harus jeli dalam menangkap situasi dan kondisi iklim komunikasi di perusahaan tersebut. Istilah

“iklim” disini merupakan kiasan. Iklim komunikasi organisasi

menggambarkan suatu kiasan bagi iklim fisik. Iklim disini seperti membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara orang berkreasi terhadap suatu aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim fisik

terdiri dari kondisi-kondisi cuaca umum mengenai suatu wilayah.11

a. Iklim Komunikasi

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon terhadap pegawai lainnya, harapam-harapan, konflik-konflik antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dan organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan-pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang

terjadi dalam organisasi.12

10

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.2.21

11

R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.146-147

12


(29)

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulakn bahwa iklim komunikasi berhubungan dengan persepsi-persepsi anggota perusahaan terhadap informasi dan peristiwa yang terjadi. Dengan begitu jika komunikasi berjalan positif diantara anggota, maka akan timbul suasana kerja yang penuh dengan persaudaraan, para anggota perusahaan berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah, dengan anggota lain. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan iklim komunikasi yang negative dapat menyebabkan saling curiga dan tertutup antar karyawan.

b. Iklim Organisasi

Kreeps (1986), dalam Curtis (1992) yang dikutip oleh Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto dan Yenny Ratna Suminar dalam buku Komunikasi Organisasional Menyatakan bahwa:

Iklim Organisasi adalah sifat emosional intern organisasi yang didasarkan pada bagaimana senangnya para anggota organisasi terhadap satu sama lain dan terhadap organisasi. Konsep tersebut dibuat atas dasar analogi antara kondisi lingkungan bisnis dan kondisi cuaca. Beberapa iklim kerja dikategorikan hangat dan gembira bila orang-orang yang terlibat didalamnya diperhatikan dan diperlakukan

sesuai dengan martabatnya.13

Sebenarnya pengertian iklim organisasi belum ada kesepakatan yang sama dari para ilmuwan. Menurut hemat penulis hal ini

dikarenakan iklim organisasi sangat kompleks cakupan

13

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.7.5


(30)

pembahasannya, karena mencakup semua unsure dasar organisasi yaitu anggota, pekerjaan, praktik-praktik yang berhubungan dengan pengelolaan, struktur dan pedoman. Namun dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah suatu situasi dan kondisi yang terjadi di dalam organisasi yang terbentuk dari perpaduan unsur-unsur organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja anggota organisasi.

Dari penjabaran iklim komunikasi dan iklim organisasi di atas, ditemukan kesamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama dapat mempengaruhi kinerja anggota organisasi. Setelah kita menelaah iklim komunikasi dan iklim organisasi, maka kita akan membahas secara keselurahan yaitu iklim komunikasi organisasi. Menurut Falcinone yang dikutip oleh Wayne Pace dan Don F.Faules dalam buku Komunikasi Organisasi menjelaskan bahwa:

Iklim komunikasi organisasi adalah suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat itu. Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relative

langgeng pada organisasi.14

Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi dapat mengkaji teori Charles Redding yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam buku

14

R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.149


(31)

Komunikasi Organisasi yang mengemukakan lima dimensi penting dari iklim organisasi yaitu:

1) Supportivennes, atau bawahan mengamati bahwa hubungan

komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun, dan menjaga perasaan diri berharga, dan penting.

2) Pastisipasi membuat keputusan

3) Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia

4) Keterbukaan dan keterusterangan

5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja

dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.15

Supportiveness dapat dibagi lagi menjadi beberapa kategori, menurut Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat dkk, dalam buku Komunikasi Organisasional bahwa tingkah laku komunikasi tertentu

dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim supportiveness.

Diantara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:

1) Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada

kejadian yang dapat diamati dari pada evaluasi secara subjektif atau emosional.

2) Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi

mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.

3) Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan

dalam merespons situasi yang terjadi.

4) Empati, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan

pengertian terhadap anggota lainnya.

15

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Budi Aksara, 2007), Cet,Ke-8, hal.85


(32)

5) Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan.

6) Provisionalism, anggota organisasi bersifat fleksibel dan

menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berbeda.16

Indikator di atas dapat dijadikan masukan bagi organisasi untuk mengetahui apakah iklim komunikasinya positif atau negatif. Iklim komunikasi organisasi berpengaruh besar terhadap kinerja karyawan karena iklim komunikasi organisasi juga memberikan pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Hal ini ditegaskan dengan pendapat Guzley yang dikutip oleh Akhi. Muwafik Saleh dalam buku Fungsi Komunikasi dalam Organisasi bahwa:

Keputusan dan perilaku individu berupa keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemangat, untuk mendukung para rekan secara dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi

penyempurnaan organisasi dan operasinya.17

5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Dalam suatu organisasi, baik yang berorientasi untuk menarik

keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi

16

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.6.9

17

Akhi. Muwafik Saleh, Fungsi Komunikasi dalam Organisasi, Artikel ini diakses pada tanggal 8 november 2013 dari www.muwafikcenter.blogspot.com


(33)

organisasi, yaitu: fungsi informative, regulative, persuasif dan intergratif. Keempat fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Fungsi Informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik,

dan tepat waktu.18

b. Fungsi Regulatif

Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh pada fungsi regulatif ini. Pertama, atasan tau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki wewenang untuk mengendalikan informasi dan memberikan instruksi atau perintah. Kedua, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian

peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.19

c. Fungsi Persuasif

Fungsi ini lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak pimpinan dalam sebuah organisasi dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dari karyawan. Fungsi persuasif adalah penyeimbang dari pemberian intruski. Seorang atasan harus pintar-pintar mendapatkan hati para karyawannya maka persuasif inilah caranya. Atasan dalam memberikan instruksi pekerjaan juga harus dibarengi dengan sikap

18

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007), hal.274

19

Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.2.5


(34)

mengajak yang santun dan bijak. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding jika pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

d. Fungsi Intergratif

Setiap organisai berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan

dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yaitu, formal, seperti

penerbitan khusus dalam organisasi (newsletter) dan laporan kemajuan

organisasi; juga saluran informal, seperti perbincangan antarpribadi

dalam masa istirahat kerja, pertandingan, olahraga dan lain-lain.20

6. Dinamika Komunikasi Organisasi

Gagasan komunikasi yang lebih tradisional terpusat pada konsep

“transmisi” dan “alat”. Carey mengingatkan definisi komunikasi menitik beratkan gagasan pengiriman, penyebaran, dan pemberian informasi

kepada orang lain untuk tujuan pengendalian. Kemudian ia

mengembangkan suatu pandangan “ritual” mengenai komunikasi yang

mengaitkan istilah tersebut dengan pembagian, partisipasi, dan asosiasi.

Gagasan serupa di kemukakan oleh Pearce yang menunjukan bahwa

komunikasi dipandang sebagai instrument yang dipakai manusia untuk mencapai maksud-maksud tertentu. Dalam hal ini komunikasi adalah suatu

sarana pikiran, suatu alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.21

20

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007), hal.276

21

R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2010), h.257


(35)

7. Proses Komunikasi Organisasi

Ada tiga tahap utama dalam proses komunikasi organisasi. Weickmenyebutkan ketiga tahap ini secara khusus sebagai berikut:

a. Tahap Pemeran

Secara sederhana berarti bahwa para anggota organisasi menciptakan ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan makna khusus bagi suatu peristiwa.

b. Tahap Seleksi

Aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk menentukan pengurangan yang sesuai dalam ketidakjelasan.

c. Tahap Retensi

Memungkinkan organisasi menyimpan informasi mengenai cara organisasi itu memberi respons atas berbagai situasi.

Strategi-strategi yang berhasil menjadi peraturan yang dapat diterapkan pada masa mendatang. Berbagai tahap tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Weick secara khusus menyimpulkan

bahwa semua tahap-tahap sebagai “pemeranan (menghimpun sesuatu

bagian dari sejumlah pengalaman untuk diperhatikan lebih lanjut), seleksi (memasukkan seperangkat penafsiran ke dalam bagian yang dihimpun) dan retensi (penyimpanan segmen-segmen yang sudah diinterpretasikan

untuk pemakaian pada masa mendatang)”. Aturan-aturan dan siklus komunikasi diterapkan pada setiap tahap bila para anggota organisasi

memproses informasi.22

22

R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.81


(36)

B. Berita Dalam Kategori 1. Pengertian Berita

Berita adalah laporan tentang suatu peristiwa atau kejadian. MenurutMichael V. Charnieymengemukakan bahwa berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang factual, penting, dan menarik bagi sebagian pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. Sedangkan Wiliard C. Bleyer mengemukakan berita adalah sesuatu yang yang terkini (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat

kabar sehingga menarik minat bagi pembaca.23

Berita merupakan suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang punya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat hal tersebut. Berita juga laporan pertama dari kejadian penting dan dapat menarik perhatian umum. Suatu peristiwa bisa disebut berita apabila sudah disiarkan, dilaporkan, atau diinformasikan. Berita dalam media cetak dapat dilihat pada surat kabar,tabloid, atau majalah. Di dalam berita, selalu terdapat informasi. Berita bisa didefinisikan juga sebagai cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Cerita mengenai peristiwa yang masih hangat merupakan hal yang sangat dinanti-nantikan oleh semua khalayak. Oleh karena itu berita dapat membantu untuk mengetahui banyak hal yang terjadi. Dengan kata lain berita juga dapat diartikan sebagai suatu fakta yang menarik atau sesuatu hal penting untuk diketahui yang biasa disampaikan pada khalayak melalui sebuah media. Namun, tidak semua fakta bisa diangkat menjadi sebuah berita oleh media, karena

23

Romli, Berita dan unsur-unsur berita, Artikel ini diakses pada tanggal 21 april 2014 dari planetxperia.blogspot.com


(37)

setiap fakta akan dipilah dan dipilih antara yang pantas disampaikan ke khalayak umum.

2. Unsur-unsur Berita

Adapun unsur-unsur dalam berita tergolong dalam 5W+1H adalah

sebagai berikut:24

a. What

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what,yaitu

berisi pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan apa.

b. Who

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur who, yaitu

disertai keterangan tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa.

c. When

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsurwhen, yaitu

menyebutkan waktu kejadian peristiwa.

d. Where

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur where, yaitu

berisi deskripsi lengkap tentang tempat kejadian.

e. Why

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsurwhy, yaitu

disertai alasan atau latar belakang terjadinya peristiwa.

f. How

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu

dapat dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat yang ditimbulkan.

24

Romli, Berita dan unsur-unsur berita, Artikel ini diakses pada tanggal 21 april 2014 dari planetxperia.blogspot.com


(38)

Selain itu peristiwa yang layak diberitakan harus mempunyai

unsur-unsur yang dikategorikan sebagai berikut:25

a. Unsur Kepentingan

Unsur kepentingan dalam berita maksudnya pemberita mempunyai kepentingan terhadap pembaca atau pendengar atas peristiwa itu.

b. Unsur Perhatian Masyarakat

Unsur disini maksudnya adalah sebelum memberitakan peristiwa harus berpikir adanya unsur perhatian masyarakat terhadap peristiwa.

c. Unsur Emosi

Unsur Emosi maksudnya adalah ketika masyarakat setelah membaca atau mendengar berita atau peristiwa, dampak dari berita ituterhadap masyarakat secara psikologis.

d. Unsur Jarak Peristiwa dan Pembaca

Unsur kedekatan antara tempat dengan pembaca. Dilihat dari unsur kepentingan, emosi dan perhatian masyarakat pun tidak ada yang dapat diharapkan dari pembacanya. Karena dilihat dari sebuah jarak. Akan tetapi bila jarak peristiwanya itu dekat antara tempat dengan pembaca makan unsur kedekatan itupun dapat dipertimbangkan.

e. Unsur Keluarbiasaan

Unsur keluarbiasaan maksudnya apakah peristiwa itu di luar kebiasaan. Peristiwa yang dapat menjadi berita ialah yang tidak biasa, maka karena tidak biasa itulah akan menarik perhatian para pembaca

25


(39)

atau pendengar. Bila peristiwa itu sudah biasa terjadi di masyarakat, bahkan telah menjadi rutinitas, mubazir diberitakan. Hal itu tidak akan menambah pengetahuan dan tidak akan menarik untuk dibaca. Suatau hal yang luar biasa itu selalu dicari orang, terutama oleh para kuli tinta (wartawan) baik untuk sensasi maupun berita.

f. Unsur Kemanusiaan

Peristiwa yang diberitakan harus tidak bertentangan dengan etika, norma dan moral. Selain itu, penulisan berita juga berhubungan dengan perasaan, baik terhadap objek berita maupun terhadap pembaca. Dengan rasa kemanusiaan, berarti kita menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Sejelek dan sejahat apa pun, karena objek beritanya manusia, beritanya harus dengan batas-batas kemanusiaan menyangkut etika, norma dan moral.

g. Unsur Kekhasan

Masalah kekhasan bergantung pada tingkat media massa tersebut. Ada media massa tingkat nasional, provinsi dan kabupaten atau lokal. Selain itu, disesuaikan dengan pangsa pasar atau target pembacanya. Dengan demikian, ada koran yang mempunyai kekhasan berita, ada yang mengutamakan berita-berita daerah, kriminal, ekonomi, politik, dan lain-lain.

3. Jenis-Jenis Berita

Berikut ada jenis berita yang terdiri atas berita elementary, berita

intermediate, dan berita advance.26

26

Romli, Berita dan unsur-unsur berita, Artikel ini diakses pada tanggal 21 april 2014 dari planetxperia.blogspot.com


(40)

a. Berita Elementary

1) Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.

2) Depth news report adalah reporter menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.

3) Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang

bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.

b. Berita Intermediate

1) Interpretative report lebih dari sekedar straight news dan depth news. Berita interpretatifbiasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa controversial.Namun demikian, fokus beritanya masih berbicara mengenaifakta yang terbuktibukan opini.

2) Feature story. Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.

c. Berita Advance

1) Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau actual.

2) Investigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda


(41)

memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun demikian, dalam laporan investigative, para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering illegal atau tidak etis.

3) Editoral writing adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum. 4. Media Dalam Berita

Media-media yang biasa menyampaikan berita antara lain:27

a. Media Cetak

Media ini sangat baik digunakan oleh pembaca yang ingin mengetahui peristiwa secara detail dapat didokumentasikan melalui media cetak bila sesuatu saat ingin mengingat peristiwa. Contohnya, Koran, majalah, tabloid dan lain-lain.

b. Media Elektronik

Media ini sangat efektif dalam menyebarkan sebuah berita, dikarenakan banyak orang yang tidak senang membaca dan bisa melihat sumber peristiwa. Berita jika disiarkan melalui media ini, memang banyak yang menyenangi. Contoh media elektronik adalah televisi, radio dan lain-lain.

c. Media Online

Media ini kecepatan informasinya yang lebih ditekankan. Dengan media ini mempermudah mencari atau menyebarkan berita dengan mengakses melalui internet.

27

Anne, Pengertian dan Jenis-Jenis Berita, artikel ini diakses pada tanggal 19 april 2014 dari www.anneahira.com


(42)

5. Batasan Berita

Menurut Dean M.Lyle Sprencer mengatakan bahwa batasan berita adalah kenyataan atau tulisan yang memuat ide yang benar terjadi dilapangan dan dapat menarik perhatian para pembacanya.

6. Sumber Berita

Sumber berita selain sebagai objek yang diberitakan juga sebagai media untuk mengumpulkan informasi. Menurut Eugene J. WebbdanJerry R Salancik, ada empat jenis sumber berita yaitu:

a. Observasi secara langsung terhadap situasi berita yang akan ditulis.

b. Menggunakan proses wawancara.

c. Pencarian dengan melakukan penelitian bahan-bahan dengan dokumen

(riset data).

d. Dengan menjadi pelaku atau saksi dalam peristiwa tersebut (sekarang

sering disebut dengan citizen journalism.28

7. Berita Negatif

Berita negatif adalah berita yang isinya mempertentangkan atau bertolak belakang dari suatu kepastian. Berita negatif biasanya berisikan sebuah informasi yang negatif, yang pada intinya memberikan semacam informasi kecaman dan menunjukan suatu pengingkaran. Berita negatif juga bisa dinyatakan sebagai suatu berita yang berlainan dengan pernyataannya

yang sebenaranya (dipakai untuk menyangkal).29

Selain ada berita negatif, berita positif juga selalu menjadi sebuah pemberitaan yang ada diberbagai media. Berita positif adalah berita yang

28

Bimba,Teori, batasan, sumber dalam berita, Artikel ini diakses pada tanggal 21 april 2014 dari bimbingan.org

29

Harry, Bingkai Bahasa, Artikel ini diakses pada tanggal 10 november 2013 dari bingkaibahasa.wordpress.com


(43)

isinya tidak mengandung kata ingkar. Berita positif merupakan berita yang mengandung unsur peristiwa yang positif.

1. Perbandingan Berita Negatif dan Berita Positif

Setiap berita mempunyai unsur yang negatif maupun positif. Oleh karena itu jika pembaca tidak pintar memilah mana berita negatif dan mana berita positif maka akan menjadi salah menafsirkan pada berita tersebut.

Berita negatif mempunyai unsur yang negatif, pada berita tersebut selalu menginfomasikan berita yang bertolak belakang atas peristiwa yang ada. Berita negatif bertentangan, sangat berbeda dengan berita positif yang selalu menginformasikan hal-hal atau fakta-fakta yang positif. Berita positif mempunyai unsur yang baik. Bila dibandingkan berita positif dan negatif mempunyai unsur yang berbeda. Berita negatif menginformasikan peristiwa yang negatif sedangkan berita positif menginformasikan berita yang positif.

C. Reduksi

Reduksi menurut secara harfiah merupakan pengurangan,

penyempitan, sebuah proses mengambil kembali (re-ducere). Kata sifat dari

reduksi adalah reduksionis. Reduksi bisa dikatakan pula yakni menyaring. Menyaring sebuah peristiwa/fenomena untuk disampaikan kepada inti dari

peristiwa/fenomena tersebut.30

Ada tiga tahap dalam aktivitas reduksi menurut Husserl, yaitu:31

30

Jan Hendrik Rapar,Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h.118

31


(44)

1. Reduksi Fenomenologis

Reduksi fenomenologis ditempuh dengan menyisihkan atau menyaring pengalaman pengamatan pertama yang terarah pada eksistensi fenomena. Pengalaman inderawi itu tidak, tetapi perlu disisihkan dan disaring lebih dahulu sehingga tersingkirlah segala prasangka, praanggapan maupun prateori, baik yang berdasarkan keyakinan tradisional, maupun yang berdasarkan keyakinan agamis, bahkan seluruh keyakinan dan pandangan yang telah dimiliki sebelumnya. Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami, lewat pengamatan biasa terhadap fenomena itu, harus diuji sedemikian rupa dan tidak boleh diterima begitu saja. Fenomena itu diamati dalam hubungannya dengan kesadaran tanpa melakukan refleksi terhadap fakta-fakta yang ditemukan lewat pengamatan itu karena yang utama dalam hidup ini ialah menemukan dan menyingkirkan subjektivitas-subjektivitas yang merupakan penghambat bagi fenomena itu dalam mengungkapkan hakikat dirinya.

2. Reduksi Eidetis

Reduksi eidetis adalah upaya untuk menemukan eidos atau hakikat fenomena tersembunyi. Pada tahap ini segala sesuatu yang dianggap sebagai hakikat fenomena yang diamati harus disaring untuk menemukan hakikat yang sesungguhnya dari fenomena itu. Itu berarti segala sesuatu yang dilihat harus dianalisis secara cermat dan lengkap agar tidak ada yang terlupakan. Dalam upaya menganalisis fenomena yang diamati dengan cermat dan lengkap, perhatian pengamat harus senantiasa terarah kepada isi yang paling fundamental dan segala sesuatu yang bersifat paling hakiki.


(45)

3. Reduksi Transendental

Reduksi transendental berarti menyisihkan dan menyaring semua hubungan antara fenomena yang diamati dan fenomena lainnya. Misalnya saja fenomena yang diamati itu adalah diri kita sendiri, kita harus menyadari bahwa diri kita sendiri senantiasa memiliki hubungan dengan fenomena lainnya, yang berada diluar diri kita. Keterhubungan yang demikian itu membuat kita senantiasa berada dalam suatu situasi yang tertentu, seperti kita sedang makan, sedang menulis, sedang mandi, dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman yang demikian itu jelas merupakan hal-hal yang harus disisihkan karena merupakan bagian dari kesadaran empiris. Reduksi transendental harus menemukan kesadaran murni dengan menyisihkan kesadaran empiris sehingga kesadaran diri sendiri tidak lagi berlandaskan pada keterhubungan dengan fenomena lainnya. Kesadaran diri yang telah bebas dari kesadaran empiris itu mengatasi pengalaman, maka bersifat transcendental.


(46)

36

GAMBARAN UMUM INDONESIA CORRUPTION WATCH

A. Latar Belakang dan Sejarah Singkat ICW

Korupsi kian mencemaskan setelah implementasi Otonomi Daerah. Arah desentralisasi yang membawa semangat keadilan distributif sumber-sumber negara yang selama 32 tahun dikuasai secara otoriter oleh pemerintah pusat kini justru menjadi ajang distribusi korupsi dimana aktor dan areal korupsi kian meluas. Praktek korupsi tidak lagi terorganisir dan terpusat, tetapi sudah terfragmentasi seiring dengan munculnya pusat-pusat kekuasaan baru.

Hukum yang seharusnya memberikan jaminan terwujudnya keadilan dan penegakan aturan juga tak luput dari ganasnya korupsi. Mafia peradilan kian merajalela dan lembaga peradilan tak ubah laksana lembaga lelang perkara yang membuat buncit perut aparat penegak hukum busuk. Rasa keadilan digadaikan oleh praktek suap menyuap. Intervensi politik terhadap proses hukum menyebabkan lembaga peradilan hanya menjadi komoditas politik kekuasaan. Tidak ada kasus korupsi yang benar-benar divonis setimpal dengan perbuatannya. Dengan kekuasaan uang dan perlindungan politik, koruptor dapat menghirup udara bebas tanpa perlu takut dijerat hukum.

Tidak sedikitpun terlihat ada kemauan politik (will) dari pemerintah untuk memberantas praktek mega korupsi. Krisis ekonomi yang dituding banyak pihak merupakan akibat dari praktek korupsi tidak dijadikan pelajaran. Konglomerat akbar yang melakukan kejahatan ekonomi justru diproteksi. Utang bernilai triliunan yang seharusnya mereka bayar dibebankan kepada


(47)

pemerintah yang memicu hilangnya mekanisme jaring pengaman sosial seperti penghapusan subsidi pendidikan, kesehatan, pupuk dan BBM. Korupsi telah menyebabkan kemiskinan struktural yang kronis.

Korupsi membuat mekanisme pasar tidak berjalan. Proteksi, monopoli dan oligopoli menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan distorsi pada distribusi barang/jasa, dimana pengusaha yang mampu berkolaborasi dengan elit politik mendapat akses, konsesi dan kontrak-kontrak ekonomi dengan keuntungan besar. Persaingan usaha yang harus dimenangkan dengan praktek suap menyuap mengakibatkan biaya produksi membengkak. Ongkos buruh ditekan serendah mungkin sebagai kompensasi biaya korupsi yang sudah dikeluarkan pelaku ekonomi.

Busuknya sektor pemerintah dan sektor swasta karena korupsi hanya melahirkan kemiskinan, kebodohan dan ketidakberdayaan rakyat banyak. Korupsi yang terjadi karena perselingkuhan kekuasaan politik dan kekuatan ekonomi membuat semakin lebarnya jurang kesejahteraan. Karena itulah ICW percaya bahwa pemberantasan korupsi akan berjalan efektif jika ada pelibatan yang luas dari rakyat sebagai korbannya. ICW mengambil posisi untuk bersama-sama rakyat membangun gerakan sosial memberantas korupsi dan berupaya mengimbangi persekongkolan kekuatan birokrasi pemerintah dan bisnis. Dengan demikian reformasi di bidang hukum, politik, ekonomi dan sosial untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang demokratis dan berkeadilan sosial dapat diwujudkan.

ICW adalah lembaga nirlaba yang terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha


(48)

pemberdayaan rakyat untuk terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktek korupsi. ICW lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki pemerintahan pasca Soeharto yang demokratis, bersih dan bebas korupsi. ICW awalnya merupakan lembaga swadaya masyarakat (LSM) berawal dari sebuah yayasan berubah menjadi suatu perkumpulan. Perkumpulan tersebut karena ada dasar yuridis, politik, maupun sosiologis. Dasar hokum dan politik ini hanya ingin mensiasati UUD ormas atau UUD yayasan untuk membuat ruang gerak bagi ICW agak sempit terutama memudahkan pihak pemerintah bisa melakukan interfensi. Secara politik ICW merupakan suatu perkumpulan yang memudahkan pendekatan dengan masyarakat. Dengan perkumpulan semua masyarakat jadi terbuka bisa bergabung dan berkontribusi langsung dalam melawan korupsi. ICW memperkuat kelompok warga agar terlibat langsung dalam melawan korupsi. ICW sebagai fasilitator untuk mendorong adanya gerakan masyarakat untuk melawan korupsi, apa yang dilakukan ICW lebih banyak upaya penguatan-penguatan kepada masyarakat. Misalnya, seperti pengorganisasian, membentuk jaringan, menyediakan alat yang bisa di pake kelompok masyarakat dalam memberantas korupsi.

B. Visi dan Misi ICW

1. Visi ICW

ICW merupakan bentuk lembaga yang mempunyai visi yang berbeda. Kasus korupsi untuk memberantas para koruptor. Mengontrol segala tata negara dengan mewujudkan negara yang bebas korupsi, aman dan memberdayakan segala aspek dari berbagai kasus pemerintah.


(49)

2. Misi ICW

Misi ICW adalah memberdayakan rakyat dalam:

a. Memperjuangkan terwujudnya sistem politik, hukum, ekonomi dan

birokrasi yang bersih dari korupsi dan berlandaskan keadilan sosial dan jender.

b. Memperkuat partisipasi rakyat dalam proses pengambilan dan

pengawasan kebijakan publik.

Dalam menjalankan misi tersebut, ICW mengambil peran sebagai berikut:

a. Memfasilitasi penyadaran dan pengorganisasian rakyat dibidang

hak-hak warganegara dan pelayanan publik.

b. Memfasilitasi penguatan kapasitas rakyat dalam proses pengambilan

dan pengawasan kebijakan publik.

c. Mendorong inisiatif rakyat untuk membongkar kasus-kasus korupsi

yang terjadi dan melaporkan pelakunya kepada penegak hukum serta ke masyarakat luas untuk diadili dan mendapatkan sanksi sosial.

d. Memfasilitasi peningkatan kapasitas rakyat dalam penyelidikan dan

pengawasan korupsi.

e. Menggalang kampanye publik guna mendesakkan reformasi hukum,

politik dan birokrasi yang kondusif bagi pemberantasan korupsi.

f. Memfasilitasi penguatan good governance di masyarakat sipil dan


(50)

C. Posisi ICW

Berpihak kepada masyarakat yang miskin secara ekonomi politik dan budaya.

Nilai:

1. Keadilan sosial dan keseteraan jender

Setiap laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk berperan aktif dalam pemberantasan korupsi, memiliki hak dan peluang yang sama didalam lembaga maupun dalam kaitannya dengan kesempatan yang sama untuk mengakses dan mengontrol sumber daya lembaga.

2. Demokratis

Setiap individu baik laki-laki maupun perempuan dalam setiap pengambilan keputusan, perilaku dan pikiran, wajib menjunjung nilai demokrasi.

3. Kejujuran

Setiap individu baik laki-laki maupun perempuan wajib membeberkan setiap kepentingan pribadi yang berhubungan dengan kewajibannya serta mengambil langkah-langkah untuk mengatasi benturan kepentingannya yang mungkin timbul.

D. Prinsip ICW

1. Integritas

a. Setiap individu tidak pernah melakukan kejahatan pidana, politik,

ekonomi dan hak asasi manusia.


(51)

c. Setiap individu tidak boleh menempatkan dirinya di bawah kepentingan finansial atau kewajiban lainnya dari pihak luar, baik individu maupun organisasi yang dapat mempengaruhinya dalam menjalankan tugas-tugas dan misi ICW.

2. Akuntabilitas

Setiap individu harus bertanggungjawab atas keputusan dan tindakan-tindakannya kepada rakyat dan harus tunduk pada pemeriksaan publik terhadap seluruh aktivitas di ICW.

3. Independen

a. Setiap individu tidak menjadi anggota ataupun pengurus salah satu

partai politik.

b. Setiap individu bertindak objektif dalam menghadapi pejabat negara

ataupun kelompok kepentingan tertentu.

c. Setiap individu tidak boleh membuat keputusan dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan finansial atau materi bagi dirinya sendiri, keluarga dan konco.

4. Obyektivitas dan kerahasiaan

a. Setiap individu dalam mengambil keputusan dan tindakan harus

semata-mata berdasarkan pertimbangan kebenaran dan keadilan.

b. Setiap individu wajib merahasiakan para identitas saksi dan pelapor

kasus korupsi yang melaporkan kasus korupsi ke ICW.

5. Anti-Diskriminasi

Dalam melaksanakan tugas pemberantasan korupsi, hak dan kewajiban di lembaga, setiap individu tidak melakukan diskriminasi baik berdasarkan agama, ras atau golongan.


(52)

E. Struktur Organisasi ICW

F. Divisi – Divisi ICW

1. Divisi Penggalangan Dana dan Kampanye Publik

Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah sebuah organisasi independen. Untuk menjaga independensi sekaligus meningkatkan rasa kepemilikan publik dan menjaga keberlangsungan program, sejak Maret 2010 lalu ICW membuka peluang donasi publik. Dengan memberi bantuan finansial kepada lembaga ini, masyarakat dapat turut serta dalam kerja-kerja pemberantasan korupsi.

Donasi yang dikumpulkan dari publik dimanfaatkan untuk menjalankan sejumlah program ICW, diantaranya; investigasi kasus, pemantauan anggaran sekolah, advokasi layanan kesehatan, membangun


(53)

generasi pemuda melawan korupsi, serta menyelenggarakan pendidikan antikorupsi di sekolah dan kampus.

Transparansi dan akuntabilitas menjadi pilar utama gerakan

antikorupsi. Untuk menjamin transparansi, setiap bulan ICW

mempublikasikan hasil perolehan donasi di website www.antikorupsi.org

Setiap tahun, laporan keuangan secara menyeluruh akan diaudit oleh auditor independen dan diunggah ke website.

2. Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan

Pemberantasan korupsi di Indonesia, dengan segala

ketidakmaksimalannya sesungguhnya sudah mulai tumbuh sejak tahun 2004 hingga saat ini. lembaga penegak hukum konvensional seperti Kepolisian dan Kejaksaan masih belum bisa maksimal memberantas korupsi. alin-alih bekerjasama, yang teradi justru konflik antara penegak hukum, seperti kasus Cicak vs Buaya beberapa waktu lalu. sementara para mafia hukum dan peradilan semakin menjadi-jadi. disisi yang sama, Oligarki semakin kuat menyandera berbagai lini strategis penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW menjalankan tugas pengawasan terhadap berbagai lembaga penegak hukum, hingga mengawal berbagai produk hukum yang relevan dengan pemberantasan korupsi. Beberapa program yang dijalankan diantaranya; menginisiasi gerakan penyelamatan institusi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui

kampanye “Cicak Vs Buaya”, monitoring pemilihan pimpinan KPK serta

mengawal proses revisi UU Tindak Pidana Korupsi, UU KPK dan UU Pencucian uang.


(54)

3. Divisi Monitoring Pelayanan Publik

Salah satu indikator sukses upaya pemberantasan korupsi andalah meningkatnya kualitas pelayanan publik. Oleh karena itu, pengawasan terhadap sektor pelayanan publik ini mutlak diperlukan untuk menjamin rakyat benar-benar mendapatkan haknya. ICW tak pernah berhenti mengawasi pemerintah sebagai penyedia layanan publik. Agar gaung dan manfaatnya lebih besar, lembaga ini mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi. Mereka, para pengguna layanan publik, diajak untuk memonitor kulitas pelayanan dan manajemen dana untuk mencegah terjadinya penyelewengan.Pemantauan kualitas pelayanan publik berbasis masyarakat terorganisir bertujuan mewujudkan keadilan sosial dalam pelayanan publik.Selama beberapa waktu terakhir ini, ICW fokus terhadap pelayaan publik di sektor kesehatan, pendidikan, dan pelaksanaan ibadah haji.

4. Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran

Negara sering kecolongan akibat kekurangan penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak. Membahas penerimaan negara, saat ini Divisi Monitoring dan Analisisis Anggaran ICW fokus terhadap dua sektor utama; penerimaan dari sumber daya alam khususnya sektor pertambangan (industri ekstraktif) serta penerimaan negara dari pajak.

Disamping itu, Divisi MAA juga rutin melakukan pemantauan dan advokasi terkait belanja negara dan subsidi energi. Pemantauan terhadap industri ekstraktif, ICW mendorong renegosiasi kontrak sejumlah perusahaan ekstraksi yang beroperasi di Indonesia agar memberikan manfaat lebih banyak kepada negara.


(55)

5. Divisi Korupsi Politik

Patronase bisnis dan politik merupakan pangkal pokok terjadinya korupsi. Cara untuk memangkasnya dengan mengimplementasikan nilai-nilai transparansi dan mendorong keterlibatan rakyat dalam pembuatan kebijakan.

Fokus utama kerja Divisi Korupsi Politik lebih kepada upaya mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam sektor politik melalui berbagai metode. Divisi ini melakukan riset dan studi mengenai patronase politik bisnis di level lokal hingga nasional.

Divisi Korupsi Politik juga melakukan advokasi terkait isu-isu aktual mengenai anggaran, korupsi di parlemen dan lingkungan pemerintahan daerah.

6. Divisi Investigasi

Indonesia Corruption Watch (ICW) menginvestigasi sejumlah kasus dugaan korupsi sekaligus menerima laporan masyarakat mengenai kasus-kasus korupsi. Tugas Divisi Investigasi adalah melakukan review secara mendalam sebelum melaporkan kasus-kasus tersebut kepada aparat penegak hukum.

Hingga akhir Oktober 2011, ICW telah menerima 370 laporan dari masyarakat. Dari jumlah itu 149 diantaranya memiliki unsur dugaan korupsi, sedangkan sisanya adalah kasus bukan korupsi. 15 diantaranya telah dilaporkan kepada aparat. Selain menangani investigasi kasus, divisi ini juga melakukan advokasi terhadap implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). ICW mendukung implementasi


(56)

berlakunya undang-undang ini dengan mendorong terbentuknya Komisi Informasi Daerah (KID) di 6 provinsi; Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Bali. Selain itu ICW juga sedang mendorong dilakukannya audit sosial oleh masyarakat terhadap proyek-proyek pemerintah terutama di bidang layanan publik di beberapadaerah.

G. Uraian Jabatan di Lingkungan Badan Pekerja ICW

1. Koordinator

Koordinator bertanggung jawab terhadap semua aktivitas badan pekerja. Fungsi koordinator menjalankan kegiatan organisasi dalam rangka melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan oleh RUA (Rapat Umum Anggota). Koordinator juga berperan sebagai representasi lembaga dalam hubungan dengan pihak luar, melakukan perencanaan monitoring dan evaluasi terhadap program, anggaran dan kinerja personel. Tugas pokok koordinator mengkoordinir seluruh personel dibantu oleh dua orang wakil koordinator. Menjalankan kegiatan organisasi secara terbuka. Menyelenggarakan dan memimpin rapat pleno badan pekerja. Mengangkat dan menghentikan anggota badan pekerja dan bertanggungjawab atas penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi program kerja yang meliputi kebijakan manajemen, anggaran dan program.

2. Wakil Koordinator

Wakil koordinator bertanggung jawab terhadap aktivitas sesuai bidang dibawah tanggung jawabnya. Membantu koordinator dalam menjalankan kegiatan lembaga yang telah ditetapkan. Tugas pokok wakil


(57)

koordinator adalah membantu koordinator dalam menjalankan kegiatan organisasi secara terbuka, membantu koordinator dalam menyusun

rencana manajemen organisasi dan pertanggungjawaban atas

pelaksanaannya. 3. Program Officer

Program Officer melaksanakan segala aktivitas yang berhubungan dengan pelaksanaan program dibidang korupsi politik. Tugas pokok program officer melaksanakan monitoring dibidang korupsi politik terutama dalam hubungannya dengan proses-proses politik ditingkat pusat maupun daerah. Melakukan program kerja sesuai dengan ketetapan rapat badan pekerja dalam hubungannya dengan korupsi politik. Melakukan advokasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan korupsi politik. Melakukan riset dan analisis mengenai hal-hal yang terkait dengan bidang korupsi politik dan menindaklajuti laporan masyarakat dibidang korupsi politik yang telah ditetapkan dalam rapat badan pekerja.


(58)

48

TEMUAN DAN ANALISA DATA

ICW mencoba menguatkan organisasi dengan memberantas korupsi baik dari bidang politik, keuangan, air, listrik dan pendidikan. ICW menggunakan kekuatannya melalui data yang akurat bukan hanya sekedar data asal-asalan. Melalui data yang sudah di investigasi melalui tim investigasi ICW, ICW yakin dengan penguatan data dapat memberantas para koruptor yang kian marak di negara Indonesia.

A. Proses Komunikasi Organisasi Dalam Mereduksi Pemberitaan Negatif

berdasarkan Teori Weick

Pemberitaan negatif dari luar di ICW sudah menjadi hal biasa bagi lembaga tersebut. Semua staff ICW sudah dihimbau bahwa untuk tidak berbicara diruang publik bila tidak mempunyai data dan tidak mempunyai riset semua pihak yang diragukan oleh ICW pasti mudah di tuding hal yang negatif. Dengan data yang sudah di investigasi oleh ICW itulah cara ICW untuk menangkal pemberitaan negatif. Berikut beberapa contoh yang menjadi pemberitaan negatif di ICW:

1. ICW di Tuding Menerima Dana Asing

ICW dituding mendapatkan dana asing. Negara Indonesia tidak lepas dari dana asing akan tetapi ICW menegaskan dana Asing yang ICW terima merupakan sumbangan dari lembaga asing. ICW tidak menerima dana APBN, APBD, IMF dan Bank dunia bila dapat dana dari lembaga tersebut itu akan menimbulkan konflik kepentingan. ICW mempunyai lembaga uang masyarakat dan lembaga donor asing. Meskipun berasal dari


(1)

pencemaran nama baik. Tapi itu sudah menjadi hal biasa di ICW sejak dulu sudah ganti-gantian teman kita yang dilaporkan ke polisi. Kebanyak dianggap pencemaran nama baik. Selain itu membuat isu.

Saya : Bagaimana cara mendapatkan data-data mengenai laporan-laporan kasus korupsi?

Narasumber : Dengan cara metoda investigasi, ICW mempunyai tim investigasi, apakah mau menyamar, curi data dan lain sebagainya.

Saya : Sejauh ini apakah ada masalah internal antar divisi?

Narasumber : Sejauh ini tidak ada, kami baik-baik saja. Paling permasalahan internal antar divisi muncul dalam rapat. Di ICW jenis-jenis rapat ada banyak, ada rapat divisi biasanya jadi sumber masalah pembagian pekerjaan dan jadwal kegiatan. Lalu, ada rapat kasus, soal pelapor yang latar belakangnya banyak karena sakit hati karena kalah tender dll, ini membuat perdebatan apakah pelapor perlu diajak advokasi atau tidak. Ada juga rapat koordinasi, sepertinya gak ada masalah karena tujuannya meredam konflik supaya semua terbuka. Rapat management biasanya dalam pemberian sangsi kepada anggota badan pekerja yang bermasalah. Masalah lain soal pasal berapa yang bisa diapaki untuk menjerat kasus korupsi yang dilaporkan. Lalu masalah lain cara mendapatkan data2 pendukung laporan. Tapi, memang kerap dalam beberapa rapat, tensi menjadi tinggi ketika ada yang mengevaluasi yang lainnya. Dan paling waktu rapat yang kadang suka molor.

Saya : Bagaimana komunikasi yang terjalin antar divisi dan anggota lainnya? Apa ada masalah?

Narasumber : Biasanya lancar, di ICW komunikasi aman-aman saja. Kalau ada masalah langsung dibicarakan langsung terutama menyangkut personal. Perdebatan biasanya muncul menyangkut strategi.

Saya : Bagaimana dengan dewan etik? Apakah dewan etik selalu mengikuti rules yang ada atau berbeda juga?

Narasumber : Dewan etik itu mengawasi anak-anak ICW seperti tidak melanggar etik. Sejauh ini belum ada yang kena hukuman dari dewan etik karena memang belum ada yang melanggar dewan etik.

Saya : Sejauh ini bagaimana kinerja para anggota ICW?

Narasumber : Cukup bagus, sekarang masih sedang di evaluasi oleh evaluator eksternal.

Saya : Apa itu evaluator eksternal?

Narasumber : Orang yang disewa oleh ICW untuk mengevaluasi kinerja seluruh staff ICW dalam menjalankan program dan advokasi.


(2)

Saya : Apa saja program kegiatan di ICW

Narasumber : Program kegiatan di ICW ada Riset, Kampanye dana advokasi, investigasi, kegiatan-kegiatan yang terkait dengan letigasi seperti Judicial review,eksaminasi, lalu kemudian gugatan-gugatan seperti citizen law swift, jadi secara umum begitu ada empat. Jadi riset, banyak riset yang dilakukan tiap divisi punya riset politik punya terkait riset-riset misalnya terkait dengan partai, DPR, pemilu kada atau pelayanan public riset-riset yang berkaitan dengan pelayanan publik, pendidikan, kesehatan, bos, atau hukum, riset-riset terkait kehutanan, analisis anggaran riset-riset terkait dengan APBN, APBD. Investigasi ya investigasi, Lalu Kampanye, kampanye seperti apa? Kampanye melalui banyak media, media internal ICW, ICW punya banyak website antikorupsi.org , beranijujurhebat, politik uang, pantau cpns, itu juga dipakai, kampanye lewat media masa itujuga dilakukan oleh ICW lalu kemudian kerjasama dengan KPK, membuat film. Lalu Investigasi biasanya menulusuri laporan-laporan dari masyarakat ICW juga terima ratusan laporan dari masyarakat. sebenarnya satu lagi yaitu Training, terutama kelompok-kelompok masyarakat ,jaringan, traning banyak ICW punya banyak tools mulai dari training guru kritis, citizen postcard, investigasi, training monitoring pengadaan barang dan jasa, lalu kemudian penyusunan anggaran sekolah yang parsitisipasif, cara mengkritisi dana APBN dan APBD, lalu juga training soal tekhnik pemantauan kehutanan, jadi banyak training. Lalu yang lain, Oh iya yang dilakukan lain itu analisis pengumpulan dana dari publik itu juga dilakukan oleh ICW, ya paling itu yang dilakukan oleh ICW.

Pewawancara Narasumber


(3)

Foto Bersama Koordinator ICW

Ade Irawan setelah wawancara


(4)

Sesi wawancara bersama badan pengurus

divisi Investigasi dan publikasi ICW


(5)

(6)

Foto ICW penggalangan dana dan

dukungan ICW di Mall