MEMBANGUN OKI DARI DESA 97
Gambar 4.1.
Hubungan antara Permasalahan Wilayah, Isu Strategis, Visi dan Misi hingga Program dan Kegiatan
4.1.1. Ketimpangan Pembangunan antara Wilayah Barat dengan Wilayah Timur
Kabupaten Ogan Komering Ilir terdiri dari 18 kecamatan, dimana 5 kecamatan berada di wilayah timur yaitu kecamatan Air Sugihan, Tulung Selapan, Pangkalan Lampam, Cengal
dan Sungai Menang, dan 13 kecamatan lainnya berada di wilayah barat. Penyebaran
penduduk antara 2 wilayah ini tidak berimbang di wilayah Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir, pada tahun 2012 jumlah penduduknya hanya 26,03 dari jumlah penduduk di
Kabupaten Ogan Komering Ilir 195.962 jiwa dan menempati wilayah 71,96 dari wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir 13.689,55 km2 dengan kepadatan penduduk 16,44
jiwakm2. Sementara itu diwilayah barat jumlah penduduk nya 73,97 556.134 jiwa dan menempati wilayah 28,04 dari wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir 5.333,92 km2
dengan kepadatan penduduk 104,26 jiwakm2. Ketersediaan infrastruktur antara wilayah Timur dan wilayah Barat juga terjadi
ketimpangan dimana ketersediaan infrastruktur di wilayah Barat lebih baik di banding
wilayah Timur, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2., dimana ketersediaan jaringan
PROGRAM DAN KEGIATAN MASALAH DAN
TANTANGAN
TUJUAN DAN SASARAN
VISI dan MISI ISU STRATEGIS
MEMBANGUN OKI DARI DESA 98
transportasi jalan di wilayah barat lebih banyak di banding wilayah timur. Pada umumnya di wilayah Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir lebih banyak menggunakan transportasi air,
tetapi mempunyai kendala yaitu debit air yang tidak merata sepanjang tahun, dimana pada saat musim hujan, debit air di sungai-sungai tinggi sehingga dapat dilalui kendaraan air,
tetapi pada saat musim kemarau debit air disungai-sungai berkurang, yang berakibat sungai menjadi dangkal dan tidak dapat dilalui oleh kendaraan air.
Masih banyaknya desa-desa tertinggal di Kabupaten Ogan Komering Ilir juga menjadi permasalahan, dari 321 desa dan kelurahan yang ada terdapat 145 desa tertinggal
43,23, dan desa-desa tertinggal ini kebanyakan berada diwilayah Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir. Oleh karena itu, maka prasarana dan sarana infrastruktur wilayah pantai timur
perlu dilengkapi guna percepatan wilayah pantai timur OKI menjadi Daerah Otonom Baru. Gambar 4.2. Peta Jaringan Jalan di Wilayah Timur dan Wilayah Barat
Kabupaten Ogan Komering Ilir
MEMBANGUN OKI DARI DESA 99
4.1.2. Penyelenggaraan Pemerintahan Umum
4.1.2.1. Reformasi Birokrasi Permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi antara lain
pelaksanaan konsep reformasi birokrasi secara efisien dan efektif, pembenahan birokrasi menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku seluruh jajaran aparat pemerintahan di
semua tingkatan secara terpadu dan sistemik. Selain itu upaya penataan ulang secara bertahap dan sistematis perlu terus dilakukan melalui penataan kelembagaan atau institusi
yang efisien dengan tata laksana yang jelas transparan, kapasitas SDM yang profesional, akuntabilitas tinggi kepada masyarakat dan pelayanan publik yang prima. Selain itu,
permasalahan lainnya dalam konteks ini adalah mensinergikan antar lembaga pemerintah dan belum optimalnya sinergitas pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk
mewujudkan birokrasi yang profesional. Permasalahan terkait kelembagaan dan ketatalaksanaan antara lain:
struktur kelembagaan pemerintahan Kabupaten Ogan Komering Ilir masih belum optimal dalam
melayani kebutuhan masyarakat. Selain itu, tata laksana di lingkungan organisasi
Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir juga masih perlu mendapat perhatian khusus, agar lebih respon terhadap kebutuhan masyarakat sehingga dapat memberikan pelayanan
publik yang lebih prima dalam artian dapat lebih cepat, mudah, murah dan terhindar dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Permasalahan tata laksana tersebut sangat terkait
erat dengan kualitas dan kapasitas sumber daya pegawai yang masih belum memadai, sehingga berpengaruh pada lemahnya pelayanan publik yang langsung kepada masyarakat
seperti kecamatan, desa dan kelurahan. 4.1.2.2. Keuangan Daerah
Pembangunan Kabupaten Ogan Komering Ilir memerlukan dukungan ketersediaan anggaran yang memadai. Permasalahan umum dalam pembiayaan pembangunan daerah
adalah meningkatkan dan memobilisasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan daerah baik yang konvensional maupun non-konvensional.
Selain itu kemampuan sumber daya manusia pengelola keuangan daerah di semua tingkatan pemerintah mulai dari kelurahan,
kecamatan, dan kota masih perlu ditingkatkan, meskipun Kabupaten Ogan Koering Ilir mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian WTP dalam pengelolaan keuangan
daerah.
MEMBANGUN OKI DARI DESA 100
4.1.2.3. Persoalan Pertanahan Terus tumbuhnya wilayah di sekitar Kabupaten Ogan Komering Ilir menyebabkan
persoalan-persoalan batas wilayah. Batas wilayah dengan kabupaten sekitarnya seperi
Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir dan Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung, masih menjadi permasalahan.
Selain itu belum jelasnya batas wilayah antar kecamatan dan batas wilayah antar desa sering menimbulkan konflik di masyarakat.
Persoalan pertanahan yang sering menjadi konflik di masyarakat adalah sengketa lahan usaha antara masyarakat dengan perusahaan perkebunanperikanan, dimana masyarakat
menganggap bahwa perusahaan perkebunanpertanian mengambil lahan usahanya disatu sisi, sementara disisi lainnya perusahaan sudah mempunyai izin untuk mengelola lahan.
4.1.3. Kemiskinan dan Pengangguran
4.1.3.1. Kemiskinan Sebagai
bagian dari
upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat
secara menyeluruh, kemiskinan masih menjadi permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan
Kabupaten Ogan Komering Ilir. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Ogan Komering Ilir terus mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar 16,17 persen menjadi 14,28 persen
pada tahun 2013, masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata provinsi Sumatera Selatan dan Nasional.
Diharapkan Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir dapat memfokuskan programkegiatan pembangunan yang dapat menurunkan jumlah penduduk miskin, sesuai
dengan 4 empat klaster penanggulangan kemiskinan. 4.1.3.2. Pengangguran
Jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Ogan Komering Iir mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar 7,04 persen dari seluruh penduduk usia angkatan kerja
menjadi 6,11 persen dari seluruh penduduk usia angkatan kerja. Dari data tersebut diharapkan pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir dapat menfokuskan program kegiatan
pembangunan yang dapat membuka investasi dan lapangan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah pengangguran.
Hal tersebut dikarenakan setiap tahunnya akan selalu bertambah angkatan kerja baru yaitu angkatan kerja baru yang dapat memunculkan
pengangguran baru. Kurangnya ketrampilan dan keahlian tenaga kerja serta terbatasnya kesempatan kerja juga dapat menjadi penyebab munculnya pengangguran di Kabupaten
Ogan Komering Ilir. Minimnya lapangan pekerjaan formal menyebabnya banyak tenaga
kerja tidak terserap yang kemudian justru diberdayaakan didaerah lain yang memiliki banyak
MEMBANGUN OKI DARI DESA 101
lapangan kerja formal. Jika hal ini dibiarkan maka Kabupaten Ogan Komering Ilir akan kehilangan aset sumberdaya manusia berkualitas.
Untuk menciptakan lapangan kerja formal membutuhkan investasi yang cukup besar serta dibutuhkan cara yang tepat untuk menarik investor agar dapat berinvestasi di
Kabupaten Ogan Komering Ilir serta mengembangkan kegiatan yang sesuai dengan corak dan warna perekonomian di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Demikian juga dengan pengembangan industri kreatif yang dapat dijadikan sebagai pilihan untuk menyerap tenaga
kerja yang profesional. Selain itu dirasakan masih kurangnya tingkat perlindungan dan pengawasan perusahaan terhadap tenaga kerja. Untuk meningkatkan perlindungan dan
pengawasan terhadap tenaga kerja pemerintah Daerah harus menyusun suatu kebijakan tentang perlindungan dan pengawasan tenaga kerja terhadap perusahaan di Kabupaten
Ogan Komering Ilir seperti mensosialisasikan peraturan perundangan ketenagakerjaan kepada setiap perusahaan.
4.1.4. Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penyelenggaraan pendidikan menjadi perhatian
semua pemangku kepentingan baik pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat. Permasalahan pendidikan di Kabupaten Ogan Komering Ilir ditandai dengan masih
rendahnya rata-rata lama sekolah yaitu 6,77 tahun pada tahun 2013, yang artinya bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Ogan Komering tingkat pendidikannya hanya sampai SMP
bahkan tingkat SMP pun tidak selesai. Disamping itu permasalahan pendidikan lainnya
yaitu banyaknya prasarana dan sarana pendidikan dasar yang perlu diperbaiki dan peningkatan proses belajar mengajar agar lulusan dapat lebih berkualitas.
Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir sudah cukup memadai, tetapi di beberapa kecamatan masih terkendala dengan sulitnya aksesibilitas
menuju fasilitas ini, ada beberapa sekolah dalam tahap pembangunan dengan sarana dan prasarana penunjang masih belum memadai, kepemilikan dan penggunaan media belajar
rendah, buku-buku diperpustakaan tidak lengkap sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai.
Upaya menciptakan Sumber Daya Manusia Ogan Komering Ilir yang cerdas terkendala pada biaya pendidikan semakin tinggi khususnya untuk pendidikan menengah ke
atas. Upaya yang dapat dilkakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengoptimalkan pemerataan bantuan pendidikan.
Hal lain yang perlu juga ditingkatkan adalah kualitas
MEMBANGUN OKI DARI DESA 102
tenaga pengajar agar metode dan proses dapat diterima oleh peserta didik, sehingga proses pendidikandapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Kondisi sekarang di Kabupaten Ogan Komering Ilir, tenaga pengajar yang berkualitas tidak tersebar secara merata di sekolah-
sekolah baik itu SD, SMP maupun SMA di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Hal ini menimbulkan fenomena favoritisme sekolah yang berakibat pada distribusi siswa yang tidak
merata antar sekolah. Permasalahan lainnya adalah penyediaan sistem penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas melalui pembentukan karakter dan penguasaan ketrampilan belum optimal. Pendidikan moralitas, budi pekerti dan pendidikan karakter sangat diperlukan untuk
membangun karakter siswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan serta moralitas siswa. Sedangkan pendidikan keterampilan memberikan bekal bagi lulusan untuk bersaing
dalam tataran nasional dan global melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengajaran yang handal.
4.1.5. Bidang Kesehatan
Walaupun menunjukkan hasil yang menggembirakan, pembangunan kesehatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir masih menjumpai permasalahan belum optimalnya
pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan yang ditandai dengan antara lain; belum optimalnya sistem jaminan pelayanan kesehatan bagi warga Ogan Komering Ilir khususnya
untuk keluarga miskin ditandai dengan masih banyak masyarakat kurang mampu yang
belumtidak terakomodasi program Jamkesmas, masih tingginya angka kematian ibu dan anak, keterbatasan jumlah dan mutu tenaga kesehatan serta penyebarannya yang kurang
merata sehingga kedepan diperlukan upaya peningkatan jumlah dan penyebaran tenaga kerja kesehatan. Selain itu pelayanan pada rumah sakit dan puskesmas juga masih perlu
ditingkatkan kualitasnya agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara prima. Permasalahan lainnya dalam pembangunan kesehatan adalah bagaimana upaya peningkatan
kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang layak dan diiringi dengan peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Hal lain lain yang perlu mendapat
perhatian adalah perlunya pengendalian terhadap komersialisasi dalam penyelenggaraan kesehatan dan peningkatan partisipasi masyarakat yang konstruktif dalam pembangunan
kesehatan.
MEMBANGUN OKI DARI DESA 103
Yang juga terkait dengan permasalahan pembangunan kesehatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
menjadi suatu yang sangat penting dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Ketika sarana dan prasarana tercukupi dan kondisi baik akan tetapi PHBS masyarakat buruk hal ini akan membuat sistem sanitasi tetap buruk karena tidak ada
pengelolaan yang baik dari masyarakat.
4.1.6. Permasalahan Pengelolaan Sumberdaya Alam
Kabupaten Ogan Komering Ilir mempunyai luas wiayah yang terluas di Provinsi Sumatera Selatan, dengan luas wilayah 1,9 juta hektar, kabupaten ini memiliki berbagai
macam sumber daya alam, antara lain sumber daya lahan, batubara, pasir kuarsa, dan batu granit.
Permasalahan utama pada lahan pertanian tanaman pangan ini yaitu belum optimalnya pengelolaan sehingga hanya bisa ditanami setahun sekali, bahkan masih banyak
lahan pertanian tanaman pangan yang belum diusahakan. Masalah lain dalam pengelolaan lahan pertanian tanaman pangan ini adalah seringnya gagal tanam dan gagal panen akibat
perubahan iklim kekeringan dan banjir, keterbatasan lahan usaha yang dimiliki oleh masyarakat, sementara untuk pembukaan areal tanaman pangan yang baru memerlukan
biaya yang cukup besar. Masih kurangnya industri pengolahan hasil pertanian menyebabkan nilai tambah bagi
petani masih kurang, karena pada umumnya petani menjual hasil panen nya dalam keadaan segar. Industri rumah tangga berbahan baku produk pertanian seperti pisang, ketela dan
ikan belum dikelola secara optimal sehingga hasil industri rumah tangga ini sulit bersaing di pasar, ditambah lagi dengan pengelolaan yang masih tradisional, dan belum mempunyai izin
dari Dinas Kesehatan menambah sulit untuk bersaing dipasar. Kondisi geografis yang didominasi oleh wilayah perairan, merupakan suatu potensi
besar bagi Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagai salah satu penghasil ikan terbesar di Provinsi Sumatera Selatan, akan tetapi hal ini masih terkendala dengan belum optimalnya
pengembangan perikanan budidaya di air tawar, air payau dan air laut. Selain perikanan budidaya Kabupaten Ogan Komering Ilir juga mengandalkan pada perikanan tangkap
diperairan umum, tetapi produksi perikanan tangkap cenderung menurun akibat banyaknya penangkapan ikan diperairan umum dengan menggunakan cara yang ilegal seperti
penggunaan putas dan penyetruman, sehingga berakibat banyaknya anak-anak ikan yang ikut mati.
MEMBANGUN OKI DARI DESA 104
Sumber daya alam tidak terbarukan seperti batubara, gas metan pasir kuarsa dan batu granit yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir belum dieksploitasi, walaupun sudah
ada beberapa perusahaan yang mendapatkan izin untuk mengelolanya.
4.1.7. Pemanfaatan Tata Ruang yang Berdimensi Lingkungan Hidup
Permasalahan utama dalam pemanfaatan ruang ini adalah perubahan penggunaan lahan, seperti perubahan fungsi lahan kawasan hutan menjadi kawasan budidaya
perkebunan akibat banyaknya perusahaan perkebunan yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir, sehingga banyak kawasan hutan yang diubah menjadi perkebunan, perubahan
fungsi lahan kawasan hutan lindung menjadi lahan tambak di sepanjang pantai Timur oleh masyarakat yang berada di sepanjang pantai. Selain itu permasalahan lainnya adalah belum
optimalnya pengendalian alih fungsi lahan oleh Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir, hal ini akan berakibat pada penurunan kualitas lingkungan hidup yang akan berdampak
langsung kepada masyarakat seperti pembukaan areal kebun sawit dan hutan tanaman industri di lahan rawa, dengan pembuatan saluran drainase akan berakibat terhadap
penurunan muka air tanah. Tingginya penggunaan pestisida dan herbisida di areal
perkebunan juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air sungai dengan logam berat yang berakibat banyaknya ikan yang mati.
4.2. ISU-ISU STRATEGIS
Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah
dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, dan menentukan tujuan penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Ogan Komering Ilir dirumuskan berdasarkan
permasalahan-permasalahan pembangunan daerah, tantangan dan potensi pembangunan daerah
kedepan, yang
meliputi aspek
pemerataan pembangunan,
pengelolaan pemerintahan,
penanganan kemiskinan
dan pengangguran,
pendidikan, kesehatan,
pengelolaan sumberdaya alam, dan pemanfaatan tata ruang yang berdimensi lingkungan hidup.
MEMBANGUN OKI DARI DESA 105
4.2.1. Pemerataan dan Keadilan Pembangunan Secara Proporsional
Pengembangan Infrastruktur jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial - ekonominya
fokus prioritas pembangunan infrastruktur adalah peningkatan infrastruktur di perdesaan, dan peningkatan konektivitas antar wilayah.
4.2.1.1. Peningkatan Infrastruktur di Perdesaan Kawasan
perdesaan adalah
kawasan yang
memiliki fungsi
sebagai tempat
permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi utama di kawasan perdesaan adalah pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam. Di perdesaan terdapat berbagai masalah dan kebutuhan masyarakat, ada masalah pendidikan, kesehatan, perekonomian, lingkungan hidup dan lain-lain.
Masyarakat berharap dapat lepas dari masalah-masalah tersebut. Mereka berharap dapat memiliki kehidupan yang lebih baik pada hari esok. Berharap pula agar keadaan desanya
lebih baik dari sekarang, karena ada masalah-masalah itu maka warga masyarakat ada kebutuhan untuk meningkatkan kehidupannya. Ada kebutuhan pokok seperti pendidikan,
kesehatan, pekerjaan dan penghasilan, pakaian, rumah dan lingkungan yang memadai. Selain kebutuhan pokok ada juga kebutuhan pelengkap seperti kendaraan, televisi, radio,
rekreasi dan lain-lain. Pembangunan di perdesaaan masih sangat diperlukan, alasannya pertama, dalam
dua dasawarsa terakhir, perkembangan pembangunan hanya berkecimpung di daerah perkotaan sementara secara umum Kabupaten Ogan Komering Ilir masih didominasi oleh
perdesaan. Kedua, kendati pada masa pemerintahan Orde Baru telah mencanangkan berbagai upaya kebijaksanaan dan program pembangunan perdesaan, tetapi secara riil
dapat kita lihat bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan masih sangat jauh dari yang diharapkan memprihatinkan.
Infrastruktur perdesaan yang perlu ditingkatkan antara lain: penyediaan transportasi jalan desa yang memadai yang menjadi poros utama kegiatan
transportasi di desa, meningkatkan aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak, penyediaan layanan air bersih, penyediaan energi listrik bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat di desa.