Aspek Demografis Penggunaan Lahan

“MEMBANGUN OKI DARI DESA” 27 terletak di kecamatan Pedaman Timur sebesar 2,84 . Tabel di atas menunjukkan bahwa persebaran penduduk tidak merata antar kecamatan. Kondisi ini memicu ketidakmerataan pembangunan, kesenjangan pembangunan antar bagian wilayah ini, terutama dengan kawasan-kawasan yang masih terisolasi memerlukan prioritas penanganan guna mencegah bertambahnya tingkat kesenjangan, meningkatkan tingkat pemerataan pembangunan antar wilayah sehingga mencegah potensi konflik horizontal. Profil penduduk Kabupaten Ogan Komering Ilir, dapat dilihat dari komposisi penduduknya, yakni berdasarkan jenis kelamin, usia, lapangan usaha dan pendidikan. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki dalam 5 tahun terakhir lebih banyak dari pada perempuan. Rasio penduduk laki-laki terhadap perempuan pada 2013 adalah 104,68 sedangkan dilihat dari usianya, persentase penduduk angkatan kerja usia 15-64 tahun pada tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 66,09 persen. Dari sisi lapangan usaha, komposisi penduduk yang bekerja di sektor primer cenderung mengalami penurunan dari 79,92 persen pada tahun 2010 menjadi 65,08 persen pada tahun 2013, sedangkan proporsi penduduk yang bekerja disektor tersier mengalami kenaikan dari 14,31 persen pada tahun 2011 menjadi 27,92 persen pada tahun 2013. Tabel 2.6. Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2012 dan 2013 KELOMPOK UMUR 2012 2013 Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah 0 – 4 41.448 39.376 80.824 41.801 40.004 81.805 5-9 38.510 36.549 75.059 38.801 36.804 75.605 10-14 37.006 35.317 72.323 36.605 35.009 71.614 15-19 34.696 32.404 67.100 34.701 32.508 67.209 20-24 33.016 32.251 65.267 33.701 33.403 67.104 25-29 34.610 34.546 69.156 35.601 35,004 70.605 30-34 33.629 32.550 66.179 33.901 32.803 66.704 35-39 30.918 28.762 59.680 32.201 29.603 61.804 40-44 26.607 24.226 50.833 26.901 24.303 51.204 45-49 21.594 20.045 41.639 21.601 20.402 42.003 50-54 17.069 16.094 33.163 17.001 16.602 33.603 55-59 12.529 11.496 24.025 13.300 12.501 25.801 60-64 9.094 8.510 17.604 10.100 9.201 19.301 65-69 6.139 6.169 12.308 6.100 6.201 12.301 70-74 4.193 4.407 8.600 4.398 4.591 8.989 75+ 4.184 4.962 9.146 4.500 4.800 9.300 Jumlah 385.242 367.664 752.906 391.213 373.739 764.952 angka hasil proyeksi “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 28 Tabel 2.7. Komposisi penduduk berdasarkan lapangan usaha di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2013 No Jenis lapangan usaha Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 1 Primer 77,66 79,92 75,29 74,92 65,08 2 Sekunder 5,89 5,77 1,87 4,50 7,00 3 Tersier 16,45 14,31 22,34 20,58 27,92 angka sangat sementara Berdasarkan tingkat pendidikan, Kabupaten Ogan Komering Ilir termasuk daerah dengan tingkat pendidikan rata-rata rendah. Ini dapat dilihat dari proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang memiliki ijasah setara SD sederajat menempati urutan terbesar yaitu sekitar 37,12 persen, diikuti oleh penduduk yang tidak mempunyai ijazah sebesar 31,35 persen. Adapun yang terendah adalah penduduk yang mempunyai ijazah perguruan tinggi sebanyak 2,32 persen. Tabel 2.8. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan yang di tamatkan, dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2013 Pendidikan Tertinggi Tahun 2010 2011 2012 2013 Tidak Punya Ijazah 30,89 31,49 33,78 31,35 SDSederajat 35,88 41,96 39,44 37,12 SMP Sederajat 18,75 16,53 15,93 18,96 SMASederajat 12,46 8,08 9,34 10,25 Perguruan Tinggi 2,09 1,93 1,51 2,32 Dari sisi agama, komposisi penduduk berdasarkan agama pada tahun 2010 didominasi oleh agama Islam 97,24 persen, sedangkan proporsi agama lainnya masing- masing Hindu 1,45 persen, Kristen Protestan 0,76 persen, Katolik 0,49 persen dan sisanya 0,06 persen beragama Budha. Secara umum kondisi kehidupan antara warga beragama di Kabupaten Ogan Komering Ilir cukup kondusif. Secara historis di Kabupaten Ogan Komering Ilir telah hidup secara berdampingan, khususnya antara penganut agama Islam dan Nasrani yang telah hidup rukun selama ini. Kemudian bertambah dengan migrasi dan urbanisasi penduduk baru yang berbeda agama, suku, dan budaya; telah memperkaya kondisi sosial keagamaan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 29 Tabel 2.9. Proporsi penduduk menurut agama dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2010 Islam Kriten Protestan Katolik Hindu Budha 97,24 0,76 0,49 1,45 0,06

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi umum kesejahteraan masyarakat merupakan indikator kinerja pembangunan yang dapat dilihat dari kesejahteraan dan pemerataaan perekonomian, kesejahteraan masyarakat dibidang pendidikan, kesehatan, penyediaan tanah, ketenagakerjaan serta fokus seni budaya dan olah raga.

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita dan indeks gini, persentase penduduk diatas garis kemiskinan, pemerataan pendapatan versi Bank Dunia, Indeks Ketimpangan Williamson indeks ketimpangan regional,dan angka kriminalitas yang tertangani. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Indikator yang biasa dipakai untuk mengukur kondisi perekonomian suatu daerah secara makro diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai PDRB, tingkat kemiskinan dan lain-lain. PDRB sebagai salah satu indikator penting merupakan dasar pengukuran penciptaan nilai tambah bruto dari berbagai aktivitas ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto PDRB, dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Menurut definisinya, PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

2.2.1.1. Struktur Perekonomian

Yang dimaksud dengan struktur perekonomian adalah komposisi peranan masing- “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 30 masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier. Struktur perekonomian digunakan untuk melihat sektor-sektor yang mendominasi dalam pembentukan nilai tambah ekonomi suatu daerah. Dari struktur tersebut akan didapat gambaran mengenai potensi ekonomi suatu wilayah. Struktur perekonomian didapat dari besaran distribusi persentase nilai tambah tiap-tiap sektor terhadap total PDRB yang pada umumnya menggunakan ukuran harga berlaku. Struktur perekonomian merupakan besar share lapangan usaha terhadap total PDRB. Dengan mengetahui struktur perekonomian, maka kita dapat menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah. Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk suatu daerah. Menurut Teori Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami transformasi struktural dari tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi sektor non pertanian dari waktu ke waktu terhadap total PDRB. Tabel 2.10. Struktur Perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2009-2013 Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 48,65 47,70 46,35 44,46 43,06 2 Pertambangan dan Penggalian 1,92 1,95 1,89 1,90 1,93 Sektor Primer 50,56 49,65 48,24 46,36 44,99 3 Industri Pengolahan 7,89 7,90 7,73 7,78 7,85 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 5 Bangunan 13,36 13,68 14,62 15,34 15,97 Sektor Sekunder 21,32 21,65 22,42 23,19 23,89 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,05 14,19 14,49 14,81 15,16 7 Pengangkutan dan Telekomunikasi 1,37 1,33 1,37 1,43 1,47 8 Keu., Persewaan, dan Jasa Perush. 2,34 2,35 2,39 2,44 2,47 9 Jasa-jasa 10,36 10,83 11,09 11,77 12,02 Sektor Tersier 28,11 28,70 29,34 30,45 31,12 angka sangat sementara Sumber: BPS Kab OKI Struktur ekonomi berarti juga menggambarkan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Suatu daerah yang sebagian besar masyarakatnya bergerak di sektor pertanian, maka nilai tambah ekonomi akan banyak terbentuk di sektor pertanian sehingga sektor primernya akan cenderung lebih dominan. Sebaliknya pada wilayah yang masyarakatnya banyak bergerak di sektor perdagangan dan jasa seperti di daerah perkotaan, sektor tersier akan lebih dominan dibanding sektor primernya. Dilihat dari