Struktur Perekonomian Aspek Kesejahteraan Masyarakat

“MEMBANGUN OKI DARI DESA” 30 masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier. Struktur perekonomian digunakan untuk melihat sektor-sektor yang mendominasi dalam pembentukan nilai tambah ekonomi suatu daerah. Dari struktur tersebut akan didapat gambaran mengenai potensi ekonomi suatu wilayah. Struktur perekonomian didapat dari besaran distribusi persentase nilai tambah tiap-tiap sektor terhadap total PDRB yang pada umumnya menggunakan ukuran harga berlaku. Struktur perekonomian merupakan besar share lapangan usaha terhadap total PDRB. Dengan mengetahui struktur perekonomian, maka kita dapat menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah. Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk suatu daerah. Menurut Teori Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami transformasi struktural dari tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi sektor non pertanian dari waktu ke waktu terhadap total PDRB. Tabel 2.10. Struktur Perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2009-2013 Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 48,65 47,70 46,35 44,46 43,06 2 Pertambangan dan Penggalian 1,92 1,95 1,89 1,90 1,93 Sektor Primer 50,56 49,65 48,24 46,36 44,99 3 Industri Pengolahan 7,89 7,90 7,73 7,78 7,85 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 5 Bangunan 13,36 13,68 14,62 15,34 15,97 Sektor Sekunder 21,32 21,65 22,42 23,19 23,89 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,05 14,19 14,49 14,81 15,16 7 Pengangkutan dan Telekomunikasi 1,37 1,33 1,37 1,43 1,47 8 Keu., Persewaan, dan Jasa Perush. 2,34 2,35 2,39 2,44 2,47 9 Jasa-jasa 10,36 10,83 11,09 11,77 12,02 Sektor Tersier 28,11 28,70 29,34 30,45 31,12 angka sangat sementara Sumber: BPS Kab OKI Struktur ekonomi berarti juga menggambarkan karakteristik sosial ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Suatu daerah yang sebagian besar masyarakatnya bergerak di sektor pertanian, maka nilai tambah ekonomi akan banyak terbentuk di sektor pertanian sehingga sektor primernya akan cenderung lebih dominan. Sebaliknya pada wilayah yang masyarakatnya banyak bergerak di sektor perdagangan dan jasa seperti di daerah perkotaan, sektor tersier akan lebih dominan dibanding sektor primernya. Dilihat dari “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 31 strukturnya, perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ilir masih bertumpu pada sektor primer dengan kontribusi rata-rata menedekati angka 50 persen. Namun jika dilihat secara series dari tahun ke tahun tampak adanya penurunan kontribusi dari sektor primer. Pada tahun 2009 sektor primer memberikan kontribusi sebesar 50,56 persen dan pada tahun 2013 kontribusinya menurun menjadi 44,99 persen. Sektor primer merupakan gabungan dari sektor pertanian dan sektor pertambangan penggalian, keduanya memberikan kontribusi sebesar 44,99 persen. Sektor pertanian sendiri memberikan kontribusi sebesar 43,06 persen terhadap total PDRB. Sisanya sebesar 1,93 persen merupakan kontribusi dari sektor pertambangan dan penggalian. Dengan kontribusi sebesar ini berarti dapat dikatakan separuh perekonomian di Kabupaten Ogan Komering Ilir berasal dari sektor primer. Besarnya kontribusi sektor pertanian menggambarkan bahwa masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagian besar masih bergerak di bidang agraris sehingga sektor ini sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Ogan Komering Ilir. Kondisi ini selaras dengan kultur masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir yang merupakan masyarakat agraris juga ditunjang dengan potensi alam di bidang pertanian yang masih melimpah. Sektor sekunder pada tahun 2013, memberikan kontribusi sebesar 23,89 persen. Kontribusi ini sedikit meningkat dibanding kontribusi yang diberikan pada tahun 2012 yaitu sebesar 23,19 persen. Kontribusi yang dihasilkan ini sebagian besarnya yaitu 15,97 persen berasal dari sektor bangunan, kontribusi sektor ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Gambar 2.4. Struktur Perekonomian Kabupaten Ogan Komering Ilir 2008 - 2012 Sementara itu, pada tahun 2013 sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 31,12 persen. Tampak bahwa kontribusi sektor tersier mengalami peningkatan selama 5 tahun 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 2011 2012 2013 50,56 49,65 48,24 46,36 44,99 21,32 21,65 22,42 23,19 23,89 28,11 28,7 29,34 30,45 31,12 Tersier Sekunder Primer “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 32 terakhir. Sebagian besar sektor tersier terbentuk dari aktivitas sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa, yang kontribusinya masing-masing 15,16 persen dan 12,02 persen. Sementara, kontribusi sektor angkutan dan sektor keuangan masih relatif kecil. Jika dilihat secara global, tampak bahwa peranan sektor primer mengalami penurunan bersamaan dengan meningkatnya peranan sektor sekunder dan tersier. Keadaan ini diharapkan menjadi indikasi adanya kemajuan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Karena pada umumnya ekonomi negara maju cenderung didominasi oleh sektor sekunder dan tersier. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2013 mengalami sedikit perlambatan jika dibandingkan dengan tahun 2012, dimana pada tahun 2012 sebesar 6,57 persen menjadi 6,45 persen atau melambat sebesar 0,12 persen. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir tetapi hampir seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia bahkan dunia. Provinsi Sumatera Selatan mengalami perlambatan sebesar 0,49 persen PDRB dengan migas dan 0,16 persen tanpa migas. Fenomena tersebut terjadi karena perekonomian dunia yang sedang melemah. Tabel 2.11. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2008-2013 No Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 4,57 3,95 4,66 4,63 4,71 4,81 2 Pertambangan dan Penggalian 5,99 5,79 5,85 5,88 5,86 5,85 3 Industri Pengolahan 4,68 2,90 4,77 6,43 5,79 5,66 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 4,04 4,43 6,41 6,57 6,46 6,48 5 Bangunan 4,70 7,96 8,81 10,87 9,84 9,73 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 6,28 5,07 6,49 8,87 7,68 7,65 7 Pengangkutan dan Telekomunikasi 6,54 7,66 7,97 10,17 11,08 10,94 8 Keu., Persewaan, dan Jasa Perush. 3,93 7,17 7,71 9,47 8,62 8,60 9 Jasa-jasa 9,39 8,47 8,10 8,62 8,44 8,39 Rata-rata Pertumbuhan Dengan Migas 5,27 5,08 5,96 6,90 6,57 6,45 Rata-rata Pertumbuhan Tanpa Migas 5,27 5,08 5,96 6,90 6,57 6,45 angka sangat sementara “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 33

2.2.1.2 Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus- menerus kontinu berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Angka inflasi yang umum dipakai sebagai indikator perekonomian adalah inflasi pada tingkat harga konsumen harga pasar. Adapun inflasi pada penghitungan PDRB ini adalah inflasi pada tingkat harga produsen yaitu inflasi yang timbul dari kegiatan produksi barang dan jasa, sehingga sangat mungkin adanya perbedaan antara keduanya. Inflasi PDRB tahun 2013 lebih tinggi dibanding inflasi tahun lalu. Pada tahun 2013, inflasi migas sama dengan inflasi tanpa migas sebesar 6,24 persen sedangkan tahun 2012 sebesar 6,97 persen. Inflasi tertinggi tahun 2013 terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,56 persen. Sedangkan inflasi terendah sebesar 5,54 persen terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian. Pada umumnya, inflasi ditimbulkan akibat naiknya ongkos produksi sehingga mendorong naiknya harga barang yang diproduksi. Selain itu bisa juga diakibatkan karena meningkatnya permintaan terhadap barang jasa yang menyebabkan naiknya daya tawar barang dan jasa. Tabel 2.12. Laju Inflasi PDRB Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2009 - 2013 No Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian 2,47 5,76 6,75 4,42 6,45 2 Pertambangan dan Penggalian 13,28 8,56 5,30 8,18 5,54 3 Industri Pengolahan 4,75 7,85 5,77 8,39 8,23 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,78 2,79 5,30 5,92 6,75 5 Bangunan 4,55 6,27 10,77 8,93 6,46 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,06 7,11 7,80 8,26 8,56 7 Pengangkutan dan Telekomunikasi 1,04 1,31 7,13 7,25 7,60 8 Keu, Persewaan, dan Jasa Perush. 4,44 5,47 6,90 6,34 7,38 9 Jasa-jasa 16,93 9,20 8,49 11,72 6,27 “MEMBANGUN OKI DARI DESA” 34 Total PDRB dengan migas 5,26 6,55 7,54 6,97 6,24 Total PDRB tanpa migas 5,26 6,55 7,54 6,97 6,24 angka sangat sementara

2.2.1.3. Pendapatan Per Kapita dan Gini Ratio

Pendapatan per kapita diperoleh dengan cara mengurangi nilai PDRB dengan penyusutan dan pajak tidak langsung netto, nilai hasilnya akan sama dengan pendapatan regional regional income bila diasumsikan pendapatan netto sama dengan nol. Tabel 2.13. Pendapatan Per Kapita Kabupaten Ogan Komering Ilir Berdasarkan Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2001 - 2013 Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan Pendapatan per Kapita Rp Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita Rp Pertumbuhan 2001 2.993.972 10,96 2.927.397 8,49 2002 3.345.544 11,74 3.056.136 4,40 2003 3.747.347 12,01 3.208.988 5,00 2004 4.124.468 10,06 3.322.864 3,55 2005 4.653.455 12,83 3.472.639 4,51 2006 5.293.931 13,76 3.636.894 4,73 2007 6.070.980 14,68 3.802.040 4,54 2008 6.780.044 11,68 3.933.989 3,47 2009 7.381.394 8,87 4.069.011 3,43 2010 8.117.729 9,98 4.194.286 3,08 2011 9.122.191 12,37 4.388.211 4,62 2012 10.177.755 11,57 4.576.881 4,30 2013 11,396,201 11,97 4,781,079 4,46 Kemudian jika pendapatan regional dibagi dengan jumlah penduduk maka didapat nilai pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator ekonomi yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran di suatu wilayah namun tidak dapat