Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

76 merah-kuning-hijau-biru merah-kuning-hijau-biru. Anak hanya meniru pola yang telah dicontohkan guru. Namun, pada saat kegiatan masih ada anak yang belum dapat menirukan pola. Dari keempat TK hanya TK ABA Ambarbinangun yang anak-anaknya dapat menirukan pola semua, walaupun ada yang hanya dapat menirukan satu pola. Mengacu pada hasil penelitian mengenai kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD berdasarkan kemampuan meniru pada anak kelompok B TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul menunjukkan persentase yang sangat tinggi yaitu 83,50 dengan predikat Berkembang Sangat Baik BSB. Dari keempat TK, TK ABA Ambarbinangun memperoleh persentase tertinggi dalam kategori BSB yakni sebesar 90. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian anak terlihat sehat semua, tidak ada yang sakit, seperti pada saat penelitian di ketiga TK lainnya dalam kegiatan meniru pola. Walaupun demikian ketiga TK lainnya juga memperoleh hasil yang memuaskan yakni sebesar 80, 80, dan 84. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan meniru pola pada anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul telah sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 dan teori Reys, dkk. Anak-anak menunjukkan pola dan kemudian diminta untuk membuat satu pola seperti yang dicontohkan Reys, dkk, 2012: 145. Sebanyak 83,50 anak telah mampu menirukan pola dengan sangat baik, anak dapat meniru pola yang dicontohkan guru. Dengan demikian, perkembangan kemampuan meniru pola 77 ABCD-ABCD pada Kelompok B di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berkembang dengan sangat baik dan telah sesuai dengan teori. 2. Memperkirakan Pola Kemampuan memperkirakan pola pada anak Kelompok B TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul telah berkembang sesuai harapan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan persentase sebesar 73,83. Hasil penelitian mengenai kemampuan memperkirakan pola sesuai dengan kurikulum yang tercantum dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan Aspek Kognitif dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 yang tertulis bahwa anak usia 5-6 tahun yang termasuk dalam kelompok B berada pada tingkat pencapaian perkembangan menguasai kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD, salah satunya adalah memperkirakan pola. Memperkirakan pola yang dimaksud adalah dengan pola ABCD-ABCD. Selain itu, Reys, dkk 2012 juga mengungkapkan bahwa anak usia taman kanak-kanak telah mampu dalam memperkirakan urutan berikutnya, anak mencoba mengurutkan sesuatu menurut rangkaian atau urutan tertentu sequence, misalnya anak mengurutkan segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, lingkaran, persegi, persegi panjang, dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai kemampuan memperkirakan pola ABCD-ABCD yang dilakukan di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul sesuai dengan kedua teori tersebut. Kegiatan memperkirakan pola yang digunakan di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Ambarbinangun, TK ABA Surya Melati, dan TK PKK 111 78 Tunas Harapan adalah mengurutkan bendera sesuai pola. Tema pada saat penelitian di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi adalah pekerjaan dengan sub tema sopir kendaraan, sehingga polanya adalah bus-kapal-kereta-pesawat bus-kapal- kereta-pesawat. Tema di TK ABA Surya Melati dan TK ABA Ambarbinangun pada saat penelitian adalah pekerjaan dengan subtema dokter sehingga polanya adalah obat-suntikan-stetoskop-termometer obat-suntikan-stetoskop-termometer. Tema di TK PKK 111 Tunas Harapan pada saat penelitian adalah air, udara, api sehingga polanya ikut menyesuaikan tema. Guru memberikan contoh dengan memasangkan bendera pada gabus yang telah disediakan. Guru mengurutkan bendera dengan memasangkan bendera gambar bus, kemudian kapal, lalu kereta, dan pesawat. Guru memberikan contoh dengan dua pola, kemudian anak-anak meneruskan pola tersebut dengan memperkirakan sendiri urutan pola yang akan dipasangkan ke gabus. Namun, pada saat kegiatan masih ada anak yang belum dapat memperkirakan pola. Dari keempat TK hanya TK ABA Ambarbinangun yang anak-anaknya dapat memperkirakan pola, walaupun ada yang hanya dapat memperkirakan satu pola. Dari keempat TK, TK ABA Ambarbinangun memperoleh persentase tertinggi dalam kategori BSB yakni sebesar 76,67. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian anak terlihat sehat semua, tidak ada yang sakit, seperti pada saat penelitian di ketiga TK lainnya dalam kegiatan memperkirakan pola. Walaupun demikian ketiga TK lainnya juga memperoleh hasil yang baik atau sesuai harapan. Ketika peneliti melakukan observasi, anak telah mampu memperkirakan pola terbukti dengan persentase yang diperoleh pada kemampuan memperkirakan 79 pola sebesar 73,83. Adapun beberapa anak yang belum mampu memperkirakan pola sampai selesai dikarenakan oleh faktor kepercayaan diri anak, sebab tidak sedikit dari anak yang menjadi subjek dalam penelitian ini terlihat malu-malu saat peneliti mendekatinya dan beberapa sibuk bermain dengan teman sebelahnya sehingga tidak menyelesaikan tugasnya. Anak yang belum mendapatkan kategori Berkembang Sangat Baik BSB adalah anak yang tidak menyelesaikan sampai lebih dari empat pola dan ada pula yang menyusun sampai lima pola namun terbalik-balik polanya. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum bahwa anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul telah mampu memperkirakan pola ABCD-ABCD sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Carol Seefeldt dkk dan Tingkat Pencapaian Perkembangan TPP dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 dan memperoleh predikat berkembang sesuai harapan. 3. Menyusun Pola Senada dengan kemampuan memperkirakan pola, kemampuan pola pun termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan BSH dengan persentase sebesar 60. Kegiatan menyusun pola yang digunakan di TK PKK 58 Utami Mardi Siwi, TK ABA Ambarbinangun, TK ABA Surya Melati, dan TK PKK 111 Tunas Harapan adalah membuat gedung bertingkat dengan menyusun kotak ke atas dan bertingkat. Kotak yang disusun dengan pola merah A kuning B hijau C biru D. Gedung yang disusun sebanyak lima gedung. Untuk membuat 80 gedung pertama, kotak A dan B berada di bawah, kemudian di atasnya kotak C dan kotak D. Untuk membuat gedung kedua, kotak A dan B berada di bawah, kemudian di atasnya kotak C dan kotak D, di atas kotak C dan D adalah kotak A dan B, lalu di atasnya lagi adalah kotak C dan D, dan seterusnya sampai gedung ke lima. Pada saat kegiatan dari keempat TK masih ada anak yang belum dapat menyusun pola. Mengacu pada hasil penelitian mengenai kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, semua anak menunjukkan persentase yang cukup memuaskan yakni sebesar 60 pada kategori berkembang sangat baik BSB, 19 pada kategori berkembang sesuai harapan BSH, 14 pada kategori mulai berkembang MB, dan 7 pada kategori belum berkembang BB. Adapun persentase tertinggi berasal dari TK PKK 111 Tunas Harapan. Perolehan skor yang tinggi di TK 111 Tunas Harapan dikarenakan kondisi kelas yang sangat kondusif, hal ini dikarenakan guru dapat mengkondisikan anak dengan baik sehingga sebagian besar anak tidak ada yang malu saat peneliti datang. Guru juga terlihat selalu memantau perkembangan anak. Walaupun demikian ketiga TK lainnya juga memperoleh hasil yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK Gugus II Kecamatan Kretek Bantul telah sesuai dengan teori. Menurut Reys, dkk 2012 dalam menyusun atau meluaskan pola, pemikiran anak terus digali sehingga pemahaman anak akan bertambah. Anak-anak ditunjukkan suatu pola dan diminta untuk melanjutkannya 81 dengan menyusun suatu pola. Menyusun pola dapat dilakukan dengan membuat pola awal dengan balok atau catatan tempel sticky note, dan anak-anak dapat diminta untuk melanjutkan pola. Dalam hal ini menyusun pola dilakukan dengan menyusun gedung dengan kepingan kertas berwarna dengan pola ABCD-ABCD. Selain itu menurut Reys, dkk 2012: 146, dengan menyusun pola dapat menjadi dasar untuk menjelajahi beberapa ide-ide matematika yang penting. Pada saat penelitian anak mendapatkan ide-ide matematika dari apa yang anak susun. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar anak yang dapat menyusun kertas menjadi gedung bertingkat dengan pola ABCD-ABCD. Berdasarkan analisis data, perkembangan kemampuan menyusun pola pada kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul sudah sesuai dengan harapan dengan predikat berkembang sesuai harapan BSH. 4. Menciptakan Pola Lain halnya dengan ketiga kemampuan di atas, kemampuan menciptakan pola termasuk dalam predikat mulai berkembang MB dengan persentase sebesar 49,50. Kegiatan menciptakan pola yang digunakan di TK PKK 58 Utami Mardi, TK ABA Ambarbinangun, TK ABA Surya Melati, dan TK PKK 111 Tunas Harapan Siwi adalah menyusun pola dengan lego kecil-kecil ataupun lego bulat- bulat. Anak dapat menyusun lego dengan pola warna yang anak inginkan. Guru menjelaskan bahwa anak-anak boleh mengambil empat warna dan disusun ke atas, misalnya biru-merah-kuning-oranye atau pink-ungu-biru-merah, lalu diulangi lagi susunannya. Guru meminta agar anak menyusun sampai berjumlah 20 susunan. Namun, pada saat kegiatan ada anak yang menyusun kurang dari 20 dan susunan 82 warnanya acak-acakan. Pada saat kegiatan dari keempat TK masih ada anak yang belum dapat menciptakan pola. Mengacu pada hasil penelitian mengenai kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, semua anak menunjukkan persentase sebesar 49,50 pada kategori berkembang sangat baik BSB, sebesar 13,67 pada kategori berkembang sesuai harapan BSH, sebesar 17,34 pada kategori mulai berkembang MB, dan sebesar 19,50 pada kategori belum berkembang BB. Adapun persentase BSB tertinggi berasal dari TK ABA Surya Melati. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK Gugus II Kecamatan Kretek Bantul telah sesuai dengan teori pada BAB II. Menciptakan pola artinya anak dapat membuat pola sendiri. Pada kenyataannya, pada saat penelitian sebagian besar anak ada yang belum dapat menciptakan pola. Beberapa anak juga terlihat meniru pola yang dibuat temannya. Padahal menurut Reys, dkk 2012: 146 menciptakan pola akan membantu mengungkapkan wawasan berfikir matematika. Menurut Elizabeth Warren dan Tom Cooper 2006: 11 dengan menciptakan pola maka akan mendorong anak-anak untuk membuat pola yang berulang sendiri. Selain itu, guru dapat menanyakan bagaimana anak akan melanjutkan pola tersebut. Guru juga dapat meminta anak untuk menunjukkan bagian pola yang berulang. Pada penelitian di keempat TK di Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul ini guru dan peneliti bekerja sama untuk bertanya dan meminta pada anak untuk menunjukkan bagian pola yang berulang. Sebagian 83 besar anak sudah dapat menunjukkan bagian pola yang berulang, namun hanya sebagian kecil yang dapat menciptakan sampai lebih dari empat pola. Adapun anak yang belum dapat menunjukkan bagian pola yang berulang yakni sebesar 19,50. Berdasarkan analisis data, perkembangan kemampuan menyusun pola pada kelompok B di TK Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul jika dilihat secara keseluruhan yaitu sudah mulai berkembang MB. 5. Hasil Keseluruhan dari Kemampuan Mengenal Pola ABCD-ABCD Saat anak-anak mulai mengerjakan, peneliti dan guru mengamati pola yang dikerjakan anak. Dari sini dapat diketahui kemampuan anak dalam mengenal pola ABCD-ABCD baik kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, maupun menciptakan pola. Beberapa anak ada yang dapat meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola sampai lima pola, ada yang dapat meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola sampai empat pola, ada yang dapat meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola hanya satu pola, bahkan ada yang belum dapat meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola. Banyak faktor yang mendukung anak belum dapat mengenal pola dengan baik pada saat dilaksanakannya penelitian seperti kegiatan mengenal pola yang jarang dilakukan di keempat TK, terutama pada untuk kegiatan pada kemampuan menyusun dan menciptakan pola. Berdasarkan rekapitulasi persentase meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola maka diperoleh persentase kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. 84 Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul di atas, setelah digeneralisasikan dari masing-masing aspek kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola diperoleh persentase, pada aspek meniru pola memperoleh persentase 83,50 sehingga termasuk dalam predikat berkembang sangat baik BSB, pada aspek memperkirakan pola memperoleh persentase 73,83 sehingga termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan BSH, pada aspek menyusun pola memperoleh persentase 60 sehingga termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan BSH, dan pada aspek menciptakan pola memperoleh persentase 49,50 sehingga termasuk dalam predikat mulai berkembang MB. Adapun kemampuan mengenal pola secara keseluruhan yakni sebesar 66,71 yang diperoleh dari jumlah rata-rata kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, dan menciptakan pola ABCD-ABCD. Menurut predikat yang menjadi acuan dari Acep Yoni 2010: 175 yang telah dimodifikasi peneliti persentase sebesar 66,71 termasuk dalam predikat berkembang sesuai harapan BSH. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal pola ABCD- ABCD pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dalam predikat berkembang sesuai harapan.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini terletak pada hal-hal sebagai berikut: 1. Penelitian ini memiliki keterbatasan ruang lingkup yakni hanya membahas kemampuan mengenal pola dengan empat cara untuk mengetahui tentang 85 kemampuan mengenal pola pada anak yaitu: 1 meniru atau menyalin pola; 2 memperkirakan urutan berikutnya; 3 menyusun pola dan; 4 menciptakan pola. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masih diperlukan adanya penelitian lanjutan yang dapat mengurai lebih dalam tentang kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD baik menggunakan cara yang berbeda, media yang berbeda maupun sub pokok bahasan yang lainnya. 2. Pada saat penelitian tidak semua anak menyelesaikan tugasnya secara mandiri, sebagian anak masih ada yang dibantu oleh guru dalam kegiatan mengenal pola ABCD-ABCD baik dalam kemampuan meniru, memperkirakan, menyusun, maupun menciptakan pola. 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada anak kelompok B Di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat berkembang sesuai harapan BSH dengan persentase sebesar 66,71. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penilaian dari observasi terhadap rata-rata empat indikator kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD, yaitu sebagai berikut: 1. Kemampuan meniru pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat berkembang sangat baik BSB dengan persentase sebesar 83,50. 2. Kemampuan memperkirakan pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat berkembang sesuai harapan BSH dengan persentase sebesar 73,83. 3. Kemampuan menyusun pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat berkembang sesuai harapan BSH dengan persentase sebesar 60. 4. Kemampuan menciptakan pola pada anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul berada dalam predikat mulai berkembang MB dengan persentase sebesar 49,50. 87

B. Saran

Dilihat dari kesimpulan tersebut, maka peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk para guru a. Mengingat kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD anak kelompok B di TK se-Gugus 3 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul dalam predikat berkembang sesuai harapan BSH, guru dapat menggunakan data ini sebagai salah satu data perbaikan pembelajaran terutama pada anak yang belum dapat mengenal pola ABCD-ABCD dengan baik agar dapat berkembang sangat baik BSB. b. Guru juga dapat memberikan variasi pembelajaran dalam mengenalkan pola ABCD-ABCD pada anak dengan meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, menyusun pola, danatau menciptakan pola. c. Kemampuan mengenal pola ABCD-ABCD pada indikator menciptakan pola perlu ditingkatkan melihat hasil penelitian pada indikator ini mendapatkan persentase paling rendah dibanding ketiga aspek lainnya meniru pola, memperkirakan urutan berikutnya, dan menyusun pola. 2. Penelitian selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini ataupun mencari solusi hasil penelitian ini, baik pada jenis penelitian yang sama maupun pada jenis penelitian yang berbeda agar penelitian pada pokok bahasan ini menjadi lebih sempurna.