Deskripsi Subjek dan Key Informant Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil latar di SDN Inklusi Pulutan Wetan II. Pengambilan latar tersebut berdasarkan pada hasil observasi dan dokumentasi bahwa di lokasi tersebut terdapat anak-anak berkebutuhan khusus yang terdaftar sebagai siswa inklusi. SDN Inklusi Pulutan Wetan II semula adalah SD negeri yang bersifat umum dimana peserta didiknya adalah anak-anak dengan kategori normal non-inklusi, kemudian dalam perkembangannya pada 2010 ditunjuk untuk menjadi percontohan sekolah inklusi yang bersedia juga menampung peserta didik dengan kategori berkebutuhan khusus. Selanjutnya melalui surat Keputusan Bupati No. 401 tahun 2013 sekolah tersebut menjadi SDN inklusi.

2. Deskripsi Subjek dan Key Informant Penelitian

Subjek dalam penelitian ini sebelumnya telah ditentukan oleh peneliti dengan menggunakan karakteristik pemilihan subjek yaitu siswa berkebutuhan khusus yang menempuh pendidikan formal di SDN Inklusi Pulutan Wetan II, sedang di strata kelas minimal kelas 3, masuk ke dalam anak berkebutuhan khusus. Berikut adalah profil singkat subjek dan key informant dapat dilihat pada tabel berikut : 66 Tabel 3. Profil Subjek Penelitian No. Keterangan Subjek I Subjek II Subjek III Subjek IV Subjek V Subjek VI Subjek VII 1 Nama FMS DBR BAP AAM MNH GPK MATM 2 Tanggal lahir 19-08-2006 17-09-2007 03-05- 2004 01 -07- 2005 20-12-2003 28-01-2002 31-03-2004 3 Umur 9 tahun 8 tahun 11 tahun 10 tahun 12 tahun 13 tahun 11 tahun 4 Kelas III III V V V IV IV 5 Agama Islam Islam Islam Islam Kristen Islam Kristen 6 Kategori kebutuhan khusus Lambat Belajar Lambat Belajar Lambat Belajar Lambat belajar Lambat Belajar Tunagrahita Tunagrahita 7 Tempat tinggal Klampok, Pulutan Wetan Klampok, Pulutan Wetan Gudang, Pulutan Wetan Tiken, Pulutan Wetan Gudang, Pulutan Wetan Wuryantoro Purno 67 Berikut ini profil subjek penelitian berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara yang dilakukan : a. Subjek I FMS FMS 9 tahun adalah siswa yang masuk pada kategori lambat belajar. FMS sekarang berada pada kelas III. FMS secara fisik memiliki penampilan normal dan seperti pada teman-temannya yang lain. Jika dibandingkan dengan teman-temannya FMS cenderung pendiam. FMS ini tinggal dan diasuh oleh neneknya sedangkan kedua orang tuanya bekerja di luar kota. Subjek memiliki kendala dalam hal membaca dan menulis. Wawancara dengan key Informant untuk subjek FMS guru di sekolah tersebut yaitu ibu NP dan ibu N dilakukan di SDN II Pulutan Wetan dengan membuat janji berdasarkan kesepakatan bersama. Melalui wawancara dengan key informant, peneliti memperoleh data bahwa subjek FMS dimasukkan ke dalam kategori lambat belajar karena lambatnya perkembangan membaca dan menulisnya, seperti pernyataan yang disampaikan berikut ini : “Faktor keluarga, hanya diasuh nenek nya ga hafal huruf, membaca belum lancar saat ini kalau bangsane membaca gitu juga masih lambat, mengeja pun juga lama” 24 Agustus 2015 Apa yang diungkapkan oleh gurunya selaku key informant sesuai dengan hasil pengamatan yang dilak ukan. Subjek FMS menunjukkan bahwa kondisi lambat belajar yang dialami memang benar adanya, di strata kelas III subjek 68 belum bisa membaca maupun menulis dan kesulitan untuk menghafalkan huruf alfabet. Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat ditegaskan bahwa subjek FMS termasuk dalam anak berkebutuhan khusus lambat belajar. b. Subjek II DBR DBR 8 tahun adalah siswa yang masuk pada kategori lambat belajar. DBR sekarang berada pada kelas III. Secara penampilan ia sama dengan teman- teman nya. Dari pengamatan DBR adalah anak yang terkesan manja. Saat bermain dengan teman-temannya ia sering menjdi emosional dan terkadang hal tersebut memicu keributan dengan teman-temannya. Menurut gurunya dalam hal belajar DBR tergolong malas. Wawancara dengan key Informant untuk subjek DBR guru di sekolah tersebut yaitu ibu NP dan ibu N dilakukan di SDN II Pulutan Wetan dengan membuat janji berdasarkan kesepakatan bersama. Melalui wawancara dengan key informant, peneliti memperoleh data bahwa subjek DBR dimasukkan ke dalam kategori lambat belajar karena lambatnya perkembangan membaca dan menulisnya, serta berhitung seperti pernyataan yang disampaikan berikut ini : “ya dia itu males, manja, dikandhani mboten kenging, emosian…membaca masih grothal grathul, terutama menghitung masih belum” 24 Agustus 2015 Apa yang diungkapkan oleh gurunya selaku key informant sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Subjek DBR menunjukkan bahwa kondisi 69 lambat belajar yang dialami memang benar adanya, di strata kelas III subjek belum bisa menghitung, membaca dan menulis juga belum lancar. Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat ditegaskan bahwa subjek DBR termasuk dalam anak berkebutuhan khusus lambat belajar. c. Subjek III BAP BAP 11 tahun adalah siswa yang masuk pada kategori lambat belajar. BAP sekarang berada di kelas V. Dilihat dari penampilannya BAP seperti teman- teman pada umunnya. Dalam pengamatan BAP saat bermain dengan teman- temannya kadang terlihat usil, iseng dan terkadang dari keisengannya itu menimbulkan pertengkaran. Menurut keterangan guru yang melatarbelakangi BAP menjadi lambat belajar adalah kurangnya perhatian dari orang tua dan faktor keturunan merujuk pada kakak dan kedua oraang tuanya yang dulu juga termasuk lambat belajar. Wawancara dengan key Informant untuk subjek BAP guru di sekolah tersebut yaitu ibu T dilakukan di SDN II Pulutan Wetan dengan membuat janji berdasarkan kesepakatan bersama. Melalui wawancara dengan key informant, peneliti memperoleh data bahwa subjek BAP dimasukkan ke dalam kategori lambat belajar karena faktor keturunan seperti kakak dan orang tuanya juga lambat belajar serta perhatian yang kurang dari orang tua dikarenakan sibuk dalam hal pekerjaan seperti pernyataan yang disampaikan berikut ini : 70 “itu kayaknya faktor keturunan dari orang tua dan kakaknya juga seperti itu, yang kedua faktor perhatian dari orang tua yang kurang karena sibuk dengan pekerjaannya, BAP juga sering kurang konsentrasi” 24 Agustus 2015 Apa yang diungkapkan oleh gurunya selaku key informant sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Subjek BAP menunjukkan bahwa kondisi lambat belajar yang dialami memang benar adanya, di strata kelas V subjek belum bisa lancar menbaca, dan konsentrasi yang sering terpecah saat menerima pelajaran di dalam kelas. Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat ditegaskan bahwa subjek BAP termasuk dalam anak berkebutuhan khusus lambat belajar. d. Subjek IV AAM AAM 10 tahun adalah siswa yang masuk pada kategori lambat belajar. AAM sekarang berada di kelas V. Penampilan AAM seperti teman-temannya pada umumnya namun cenderung pendiam daripada yang lain. Menurut keterangan guru, konsentrasi AAM kurang seperti saat belajar di kelas. Wawancara dengan key Informant untuk subjek AAM guru di sekolah tersebut yaitu ibu T dilakukan di SDN II Pulutan Wetan dengan membuat janji berdasarkan kesepakatan bersama. Melalui wawancara dengan key informant, peneliti memperoleh data bahwa subjek AAM dimasukkan ke dalam kategori lambat belajar karena faktor dari keluarganya juga seperti itu, subjek juga cenderung ndableg seperti pernyataan yang disampaikan berikut ini : 71 “sejak awal masuk sudah seperti itu, lebih sering diam, dari keluarganya juga seperti itu mungkin juga karena ndableg. Ketika diterangke dia seperti mendengarkan tapi kosong gitu, kaya ndableg gitu lho” 27 Agustus 2015 Apa yang diungkapkan oleh gurunya selaku key informant sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Subjek AAM menunjukkan bahwa kondisi lambat belajar yang dialami memang benar adanya, di strata kelas V subjek sering mendengarkan tapi kosong cenderung bermasalah dalam konsentrasinya sehingga berdampak pada hasil belajarnya. Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat ditegaskan bahwa subjek AAM termasuk dalam anak berkebutuhan khusus lambat belajar. e. Subjek V MNH MNH 12 tahun adalah siswa yang masuk dalam ketegori lambat belajar yang sekarang berada di kelas V. MNH dibandingkan teman sekelasnya memiliki postur yang lebih besar dan berkulit coklat sawo matang. MNH adalah seorang anak angkat yang dibesarkan oleh ayah-ibunya yang bermata pencaharian wiraswasta. Sewaktu diangkatdiadopsi MNH sudah memasuki usia sekitar 5 tahun. MNH memiliki seorang kembaran, MNH diadopsi dari saudara ibunya yang merawat MNH sekarang. Pertama masuk di SDN II Pulutan Wetan MNH ini kurang bisa menyesuaikan dengan aturan di sekolah, sering berlaku semaunya, berkata kasar misuh-misuh, sering memukul temannya, usil dan cengeng. MNH 72 juga memiliki masalah dalam hal membaca sehingga menyebabkan MNH memiliki prestasi belajar yang rendah. Wawancara dengan key Informant untuk subjek MNH guru di sekolah tersebut yaitu ibu T dilakukan di SDN II Pulutan Wetan dengan membuat janji berdasarkan kesepakatan bersama. Melalui wawancara dengan key informant, peneliti memperoleh data bahwa subjek MNH dimasukkan ke dalam kategori lambat belajar karena dilatarbelakangi dari keluarga yang sibuk sehingga kurang mencurahkan perhatiannya disamping subjek adalah anak angkat yang diambil dari saudara orang tuanya dan waktu mengangkat anak subjek sudah seumuran TK seperti pernyataan yang disampaikan berikut ini : “dulu dia kan bukan anak kandung dia diambil dari anak saudara, dia punya kembaran padahal udah usia TK mungkin itu yang melatarbelakangi, perhatian dari orang tua yang kurang karena kesibukan” 27 Agustus 2015 Apa yang diungkapkan oleh gurunya selaku key informant sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Subjek MNH saat ini sebenarnya lebih menunjukkan perilaku yang normal namun di pelajaran tertentu khususnya membaca-menulis mengalami kesulitan. Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant, subjek MNH termasuk dalam anak berkebutuhan khusus lambat belajar. 73 f. Subjek VI GPK GPK 13 tahun adalah siswa yang masuk ke dalam kategori tunagrahita. GPK sekarang berada di kelas IV. Ketunagrahitaan GPK dapat dilihat dari dari fisiknya mengingat tunagrahita berdampak pada penampilan fisiknya. Ketunagrahitaannya bermula sejak lahir. GPK memiliki penampilan fisik yang kurang seimbang.proporsional. Bagian pinggang ke atas lebh besar daripada pinggang ke bawah dan kaki terlihat kecil kecil. GPK ini pernah mengalami patah tulang kaki disebabkan ketidak seimbangan tubuhnya tersebut. GPK ini berperilaku cenderung overaktif. Diamati dari keseharian di sekolah gaya bicara GPK terlampau dewasa bagi usianya. Wawancara dengan key Informant untuk subjek GPK guru di sekolah tersebut yaitu ibu T dilakukan di SDN II Pulutan Wetan dengan membuat janji berdasarkan kesepakatan bersama. Melalui wawancara dengan key informant, peneliti memperoleh data bahwa subjek GPK dimasukkan ke dalam kategori tunagrahita : “dari lahir sudah mengalami kondisi seperti itu, disekolah suka bermain sendiri, suka ngrecoki, anak itu tidak bisa tenang” 27 Agustus 2015 Apa yang diungkapkan oleh gurunya selaku key informant sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Subjek GPK menunjukkan bahwa kondisi tunagrahita yang dialami memang benar adanya. Penampilan fisik GPK menunjukkan bahwa GPK merupakan penyandang tunagrahita terutama terlihat dari face nya. Fisik GPK juga terlihat tidak seimbang. Tubuh bagian atas terlihat 74 lebih besar sedangkan kedua kaki nya kecil-kecil, hal ini juga dulu menjadi penyebab kaki kirinya patah. Subjek juga merupakan orang yang overactive, bisa dikatakan semaunya sendiri dalam beraktivitas. Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat ditegaskan bahwa subjek GPK termasuk dalam anak berkebutuhan khusus tunagrahita. g. Subjek VII MATM MATM 11 tahun adalah siswi tunagrahita yang sekarang berada di kelas IV. Ketunagrahitaannya dibawa sejak lahir. Ketunagrahitaannya disebabkan karena MATM adalah anak yang tidak diinginkan sehinngga sewaktu mengandung MATM ibunya mengonsumsi obat kimia untuk menggugurkan MATM. Penampilan fisik MATM memperlihatkan bahwa dirinya adalah penyandang tunagrahita. Sejak masuk pertama kali di SDN Inklusi II Pulutan Wetan MATM tidak dapat mengikuti KBM, hal ini dibutikan sejak datang pagi hari sampai pulang MATM hanya berada di bawah kolong meja bermain dengan benda-benda kesukaannya. Wawancara dengan key Informant untuk subjek MATM guru di sekolah tersebut yaitu ibu T dilakukan di SDN II Pulutan Wetan dengan membuat janji berdasarkan kesepakatan bersama. Melalui wawancara dengan key informant, peneliti memperoleh data bahwa subjek MATM dimasukkan ke dalam kategori tunagrahita : 75 “dari dia lahir, iya jadi mungkin ketika dulunya orang tuanya tidak menginginkan itu dia mengonsumsi obat atau apa kita ga tau pasti tapi menurut info dari orang tuanya sendiri seperti itu, dia anak yang tidak diinginkan” 27 Agustus 2015 Apa yang diungkapkan oleh gurunya selaku key informant sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Subjek MATM menunjukkan bahwa kondisi tunagrahita yang dialami memang benar adanya. Penampilan fisik MATM menunjukkan bahwa MATM merupakan penyandang tunagrahita terutama terlihat dari face nya. Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat ditegaskan bahwa subjek MATM termasuk dalam anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Untuk mendapatkan data yang maksimal dan akurat mengingat sulitnya melakukan wawancara dengan subjek maka penelitian ini menggunakan key informant sebagai sumber data primer. Adapun profil singkat key informant adalah sebagai berikut : Tabel 4. Profil Key Informant No Keterangan Key Informant I Key Informant II Key Informant III 1. Nama T NP N 2. Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan 3. Usia 39 tahun 31 tahun 26 tahun 4. Alamat Cawas, Klaten Wonogiri Piji, Manyaran 5. Hubungan dengan Subjek Guru kelas III Guru kelas I Guru kelas II 76 Berikut ini adalah deskripsi profil key informant berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti : a. Key Informant I T Ibu T 39 Tahun merupakan guru kelas III yang mana merupakan guru yang pernah mengampu ke tujuh subjek. Ibu T sudah mengampu ketujuh subjek penelitian satu tahun dalam kelas III. Ibu T sekaligus sebagai pembina pramuka di SDN Inklusi Pulutan Wetan II. b. Key Informant II NP Ibu NP 31 tahun adalah guru kelas 1. Ibu NP pernah mengampu keseluruhan subjek penelitian selama di kelas I, disamping itu ibu NP mengetahui bagaimana kondisi awal sunyek saat pertama kali belajar di SDN Inklusi Pulutan Wetan II. c. Key Informan III N Ibu N adalah guru kelas yang mengampu kelas II. Ibu N pernah mengampu keseluruhan subjek penelitian. Ibu N juga banyak mengetahui kondisi awal mula subjek melakukan proses penyesuaian diri di kelas kecil.

3. Deskripsi Hasil Penelitian