Penyesuaian sosial ABK di sekolah inklusi

b. Penyesuaian sosial ABK di sekolah inklusi

Hasil penelitian tentang penyesuaian sosial anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat dilihat dalam display data berikut : Tabel 6. Display data penyesuaian sosial ABK di Sekolah Inklusi Fokus Aspek Data Sumber Cara Penyesuain sosial Interaksi sosial 1. Subjek FMS, bergaul dengan baik dengan teman maupun guru. 2. Subjek DBR , bergaul baik dengan teman maupun guru. 3. Subjek BAP, subjek dapat bergaul baik dengan guru dan temannya, usil. 4. Subjek AAM, pendiam dan cuek, bergaul baik dengan guru maupun teman- temannya 5. Subjek MNH, memiliki banyak teman, bergaul sangat baik dengan teman maupun guru. 6. Subjek GPK, bergaul baik dengan teman maupun guru, berlaku kasar, meludahi, berbicara kasar. 7. Subjek MATM, tidak mampu berinteraksi dengan baik Guru dan Siswa Wawancara dan Observasi Partisipasi sosial Ke enam subjek FMS, DBR, BAP, AAM, MNH, GPK dapat ber partisipasi sosial aktif, sedangkan subjek MATM partisispasi sosialnya pasif Siswa obeservasi 89 a. Subjek FMS Penyesuaian diri dalam aspek penyesuaian sosial mengungkap interaksi dan partisipasi sosial berkaitan keberadaannya di sekolah. Melalui pengamatan subjek FMS sangat mampu memnyesuaikan diri dalam aspek sosial baik interaksi maupun partisipasi sosial. subjek memiliki banyak teman dan juga berinteraksi dengan guru seperti teman-temannya yang lain. Subjek juga terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan baik kegiatan pramuka, mengaji maupun acara menyambut HUT RI ke 70 yang dilaksanakan di sekolah selama 3 hari mulai 12 Agustus-14 Agustus. Observasi terhadap subjek diperkuat melalui wawancara dengan key informant peneliti menanyakan perihal interaksi sosialnya dengan teman- temannya maupun interaksi sosial subjek dengan guru. Berikut penuturannya : “sama teman-temannya biasa mas, hanya dia lebih pendiam aja dia juga sebenernya banyak teman kok. Kalau sama guru dia agak pemalu mas” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara key informant dapat diketahui bahawa penyesuaian sosial baik interaksi sosialnya maupun partisipasi sosial subjek di sekolah berjalan dengan baik. Keberhasilan interaksi sosial subjek dibuktikan dengan adanya pergaulan yang baik dan kondusif baik dengan teman-temannya maupun gurunya. Partisipasi sosial subjek dibuktikan dengan subjek aktif dealam kegiatan yang diselenggarakan sekolah termasuk ekstrakurikuler 90 b. Subjek DBR Melalui pengamatan subjek DBR mampu menyesuaikan diri dalam aspek sosial baik interaksi maupun partisipasi sosial. subjek pada dasrnya adalah orang yang moody, terutama saat bermain dahkan ada kalanya teman-teman subjek memancing kemarahan subjek, meskipun begitu subjek memiliki banyak teman dan teman-temanya pun mulai bisa memahami karakter moody subjek. Subjek juga berinteraksi dengan guru seperti teman-temannya yang lain. Subjek juga terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan baik kegiatan pramuka, mengaji maupun acara menyambut HUT RI ke 70 yang dilaksanakan di sekolah selama 3 hari mulai 12 Agustus-14 Agustus. Observasi terhadap subjek diperkuat melalui wawancara dengan key informant peneliti menanyakan perihal interaksi sosialnya dengan teman- temannya maupun interaksi sosial subjek dengan guru. Berikut penuturannya: “awal datang kesini emosian suka berkelahi sama temannya, kalau interaksi dengan gurunya cenderung diam dan pemalu. Kalau sama teman-temannya kadang dicing malah sering dijaraki gitu.kalau sekarang dengan teman-temannya sudah ada kemajuan, temennya juga sudah menyadari, cara anune ngemong gitu lho mas dan si R sendiri sudah sedikit demi sedikit mampu mengontrol emosinya, kalo sama gurunya ya sudah bagus” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara key informant dapat diketahui bahawa penyesuaian sosial baik interaksi sosialnya maupun partisipasi sosial subjek di sekolah mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. Keberhasilan interaksi sosial subjek dibuktikan dengan adanya pergaulan yang baik dan kondusif baik dengan teman-temannya maupun 91 gurunya. Partisipasi sosial subjek dibuktikan dengan subjek aktif dealam kegiatan yang diselenggarakan sekolah termasuk ekstrakurikuler c. Subjek BAP Melalui pengamatan subjek BAP mampu menyesuaikan diri dalam aspek sosial baik interaksi maupun partisipasi sosial. Subjek pada dasarnya bisa bergaul baik dengan guru maupun teman-temannya. Saat bermain dengan teman-temannya subjek sering sekali ngusilin teman-temannya, tak jarang banyak temannya yang tak nyaman. Terkadang subjek juga jadi bahan bullying teman-temannya yang berawal dari keusilan subjek sendiri. Dalam ha; partisipasi sosial ataupun kegiatan di sekolah subjek terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan baik kegiatan pramuka, mengaji maupun acara menyambut HUT RI ke 70 yang dilaksanakan di sekolah selama 3 hari mulai 12 Agustus-14 Agustus. Observasi terhadap subjek diperkuat melalui wawancara dengan key informant peneliti menanyakan perihal interaksi sosialnya dengan teman- temannya maupun interaksi sosial subjek dengan guru. Berikut penuturannya “dia suka jail gitu sama temannya, sama guru juga bagus sih sebenarnya ya menyapa gitu. Kalo sama temennya saya amati awalnya bagus ya tapi lama-lama jdi kaya orang berantem, setelah beberapa menit kaya ada permusuhan gitu. Dia ke temennya ketika sering dulu melakukan kesalahan sering diingatkan saat ada kesalahan pernah waktu itu orang tuanya dipanggil terus ada perubahan-perubahan lebih bagus. Dia sendiri yang usil dan agak di bullying temannya gitu mas gara-gara ngusilnya.” 92 Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara key informant dapat diketahui bahawa penyesuaian sosial baik interaksi sosialnya maupun partisipasi sosial subjek di sekolah mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. Keberhasilan interaksi sosial subjek dibuktikan dengan adanya pergaulan yang baik dan kondusif baik dengan teman-temannya maupun gurunya. Partisipasi sosial subjek dibuktikan dengan subjek aktif dealam kegiatan yang diselenggarakan sekolah termasuk ekstrakurikuler d. Subjek AAM berdasarkan pengamatan subjek AAM mampu menyesuaikan diri dalam aspek sosial baik interaksi maupun partisipasi sosial. Subjek pada dasarnya bisa bergaul baik dengan guru maupun teman-temannya. Subjek cenderung pendiam. Ketika mengerjakan tugas terkadang mendapatkan perlakuan bullying dari teman-temannya karena sering selesai paling akhir. Dalam hal partisipasi sosial ataupun kegiatan di sekolah subjek terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan baik kegiatan pramuka, mengaji maupun acara menyambut HUT RI ke 70 yang dilaksanakan di sekolah selama 3 hari mulai 12 Agustus-14 Agustus. Subjek sudah mulai berani melaksanakan tugas yang diberikan misalnya menjadi petugas upacara. Observasi terhadap subjek diperkuat melalui wawancara dengan key informant peneliti menanyakan perihal interaksi sosialnya dengan teman- temannya maupun interaksi sosial subjek dengan guru. Berikut penuturannya 93 “anaknya ya cenderung pendiam. Sama teman-temannya bagus nggak nakal, sama guru juga bagus sering tegur, sapa, salam. Ketika mengerjakan tugas teman-temannya sering bilang gek cepet to keri terus . anaknya bagus untuk sosialnya nggak minderan juga” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara key informant dapat diketahui bahawa penyesuaian sosial baik interaksi sosialnya maupun partisipasi sosial subjek di sekolah mengalami perkembangan secara bertahap ke arah yang lebih baik. Keberhasilan interaksi sosial subjek dibuktikan dengan adanya pergaulan yang baik dan kondusif baik dengan teman- temannya maupun gurunya. Partisipasi sosial subjek dibuktikan dengan subjek aktif dealam kegiatan yang diselenggarakan sekolah termasuk ekstrakurikuler e. .Subjek MNH Berdasarkan pengamatan subjek MNH mampu menyesuaikan diri dalam aspek sosial baik interaksi maupun partisipasi sosial. Subjek pada dasarnya bisa bergaul baik dengan guru maupun teman-temannya. Dalam hal partisipasi sosial ataupun kegiatan di sekolah subjek terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan baik kegiatan pramuka, dan acara menyambut HUT RI ke 70 yang dilaksanakan di sekolah selama 3 hari mulai 12 Agustus-14 Agustus. Observasi terhadap subjek diperkuat melalui wawancara dengan key informant peneliti menanyakan perihal interaksi sosialnya dengan teman- temannya maupun interaksi sosial subjek dengan guru. Berikut penuturannya “awalnya sama temannya suka jail dia lebih suka menangis dan ngamukan, berkata kotor. Sama gurunya dulu kaya mau mukul gitu 94 tapi ga jadi. Kalau saat ini anaknya bagus sudah mulai tertata dan menyesuaikan diri” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara key informant dapat diketahui bahawa penyesuaian sosial baik interaksi sosialnya maupun partisipasi sosial subjek di sekolah mengalami perkembangan secara bertahap ke arah yang lebih baik. Keberhasilan interaksi sosial subjek dibuktikan dengan adanya pergaulan yang baik dan kondusif baik dengan teman- temannya maupun gurunya. Partisipasi sosial subjek dibuktikan dengan subjek aktif dealam kegiatan yang diselenggarakan sekolah termasuk ekstrakurikuler f. Subjek GPK Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap subjek GPK dalam interaksi sosialnua di sekolah, subjek memiliki hubungan yang baik dengan gurunya namun terkadang subjek menjadi over reaktif. Hubungan subjek dengan teman-temannya terlihat biasa saja, hal ini karena teman-teman subjek sudah memahami kondisi subjek sebagai penyandang tunagrahita. Selama dilakukan pengamatan sering kali teman-temannya merasa risih karena subjek sering bertingkah over seperti loncat-loncat kegirangan tanpa sebab yang jelas, subjek yang sering memeluk, mengejar teman-teman laki-lakinya jika tertangkap akan dipeluk dan dicium. Perilaku subjek yang terkadang membuat teman-temannya jengkel yaitu kebiasaan meludahi teman-temannya. 95 Selama pengamatan subjek cenderung lebih care, perhatian dan menunjukkan sikap simpatik kepada teman-temannya terlebih kepada subjek MATM yang juga penyandang tunagrahita. Peneliti pernah menjumpai ketika ada temannya yang menangis saat jatuh subjek GPK terlihat memberikan rasa simpatiknya dengan mengusap luka dan berusaha menenangkan, kemudiaan saat temannya yang sesama tunagrahita sedang sakit di kelas subjek akan menunggui dan selalu menanyakan ”apa kamu masih sakit?”. Tingkat partisipasi sosial subjek dalam pengamatan sebenarnya bagus, subjek sebenarnya sangat ingin dilibatkan dalam banyak kegiatan misalnya lomba 17 Agustusan yang diselenggarakan sekolah pada tanggal 12-14 Agustus, permainan saat olahraga dan kegiatan lainnya seperti ekstra rebana dan pramuka, hanya saja guru dan kebanyakan temannya tidak mau mengambil resiko melibatkan dengan pertimbangan kemampuan dan pengalaman bahwa subjek GPK pernah mengalami patah kaki akibat ketidakseimbangan postur tubuh atas dengan postur tubuh bawah, sehingga menurut guru sangat bersiko bila diikutsertakan dalam kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik. Observasi yang dilakukan peneliti diperkuat melalui wawancara yang dilakukan dengan key informant ibu T berikut penuturannya : “anak lebih seneng bermain sendiri tapi suka mengganggu temannya, anak itu tidak bisa tenang. Dia sebenarnya peduli dengan sesama apalagi dengan teman yang sesama tunagrahita istilahe kok itu temenku gitu, sebenarnya dia ingin menyesuaikan diri pengin berteman namun kadang temanya menganggap dia itu hiper kaya gitu” 96 Berdasarkan observasi dan wawancara dengan key informant dapat disimpulkan bahwa penyesuaian sosial subye GPK berjalan dengan baik terlebih subjek memiliki perasaan yang sangat peka dan sering memunculkan simpati maupun empati kepada teman-temannya. Keberhasilan interaksi sosial subjek dibuktikan dengan adanya pergaulan yang baik dengan teman- temannya maupun gurunya, subyek memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan kepedulian yang tinggi terhadap teman-temannya. Partisipasi sosial subjek sebenarnya ingin terlibat dan antusias dengan kegiatan di sekolah namun guru membatasi partisipasi sosialnya yang melibatkan kegiata fisik mengingat bentuk tubuk subjek yang tidak proporsional dan resiko patah tulang kaki. g. Subjek MATM Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap subjek MATM dalam interaksi sosialnya di sekolah, subjek tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di sekolah. Sejak datang ke sekolah sampai bel pulang subjek hanya bersembunyi di bawah kolong meja dan asyik dengan satu benda yang dia sukai. Subjek tidak bisa bergaul dengan teman-temannya kecuali dengan subjek GPK. Interaksi dengan guru pun hanya sebatas menyapa dan saat membutuhkan sesuatu saja. Berdasarkan pengamatan, dalam pertisipasi sosial subjek juga tergolong tidak bisa menyesuaikan diri. Subjek tidak pernah mengikuti jam olahraga, ekstra kulikurel seperti teman-teman yang lain dan kegiatan 17 Agustus an yang dilaksanakan dan dapat diamati selama peneliti berada di lapangan. 97 Data hasil pengamatan diperkuat dengan hasil wawancara dengan key informant ibu T selaku guru di sekolah tersebut: “Dia lebih asyik dengan dunianya sendiri ketika dia harus interaksi dengan temannya itu sulit sekali saat ia membawa benda itu tidak bisa diambil kalau diambil dia akan berontak, marah nangis gitu. Kalau dengan gurunya hanya sekedar menyapa atau kalau hanya menginginkan sesuatu” Berdasarkan hasil pengamatan terhadap subjek MATM dan wawancara dengan guru selaku key informant dapat diperoleh data bahwa penyesuaian sosial subjek MATM tidak berjalan dengan baik bahkan bisa dikatakan subjek tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungan sosial di sekolah sejak subjek di bangku kelas I sampai saat ini di kelas IV. Keeman subjek dari tujuh subjek memiliki kemampuan penyesusian sosial yang baik di dalam lingkungan sekolah hanya subjek MATM yang kurang baik dalam penyesuaian sosial di sekolahnya. 98

c. Reaksi penyesusian diri ABK di sekolah inklusi