Penyesuaian Diri Psikologis ABK di Sekolah Inklusi

a. Penyesuaian Diri Psikologis ABK di Sekolah Inklusi

Hasil penelitian tentang penyesuaian diri psikologis anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi dapat dilihat dalam display data berikut : Tabel 5. Display data penyesuaian diri Psikologis ABK di Sekolah Inklusi Fokus Aspek Data Sumber Cara Penyesuai an Psikologis Kognitif 1. Subjek FMS, bisa berhitung dan menalar. 2. Subjek DBR, bisa membaca dan menulis 3. Subjek BAP, membaca, menulis, berhitung kurang lancar.. 4. Subjek AAM, membaca, menulis dan menalar 5. Subjek MNH, bisa membaca, menulis, berhitung. 6. Subjek GPK, menirukan tulisan. 7. Subjek MATM, tidak dapat menyesuaikan diri. Guru, Siswa, data hasil belajar Wawancara, Observasi, dan dokumentas i Afektif 1. Subjek FMS, b anyak teman, pendiam. 2. Subjek DBR, moody, banyak teman. 3. Subjek BAP, pasif, introvert. 4. Subjek AAM, bergaul dengan baik, pendiam, cuek. 5. Subjek MNH, memiliki banyak teman. 6. Subjek GPK, peka emosi 7. Subjek MATM, kurang mampu menyesuaikan diri. Guru dan Siswa Wawancara dan Observasi 79 1 Subjek FMS Penyesuaian diri psikologis mengungkap bagimana pikiran dan perasaan subjek berkaitan keberadaannya di sekolah. Melalui pengamatan subjek FMS mampu sedikit-demi sedikit mengalami perkembangan dalam hal berhitung namun dalam hal baca tulis masih relatif lambat, subjek FMS juga memiliki banyak teman dan cenderung pendiam. Observasi terhadap subjek diperkuat melalui wawancara dengan key informant peneliti menanyakan proses penyesuaian kognitif dan afektifnya dari subjek pertama kali masuk sekolah di kelas I sampai saat ini di kelas III. Berikut penuturannya : “Nggak bisa ngapa-ngapain e mas, huruf aja nggak hapal apalagi membaca. Kalau sekarang hitungan lumayan bisa kalau bangsane membaca gitu masih lambat, mengejao masih lama” “sama teman juga nggak pernah dibully, pendiam, ngalahan terus kalau sama guru juga agak pemalu, tapi bisa bergaul” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat diungkap bahwa penyesuaian diri psikologis subjek yang meliputi aspek kognitif dan afektif mengalami perkembangan. Keberhasilan penyesuaian diri psikologis aspek kognitif subjek dibuktikan dengan adanya kemauan belajar, kemampuan membaca dan menulis subjek yang meningkat signifikan, daya tangkap, serta daya nalar yang mengalami perubahan positif. Pencapaian penyesuaian diri psikologis aspek kognitif subjek dibantu pula dengan bimbingan guru yang memberi tugas ringan oleh guru seperti membaca cerita kemudaian subjek diminta menceritakan kembali pada hari berikutnya . 80 Keberhasilan penyesuaian diri psikologis aspek afektif subjek dibuktikan dengan subjek memiliki banyak teman, lebih percaya diri serta sikap subjek yang peduli terhadap teman-temannya. 2 Subjek DBR Melalui pengamatan yang dilakukan oleh peneliti DBR mampu menyesuaikan diri sedikit demi sedikit, dalam hal penalaran dan daya pikir nya DBR mengalami perkembangan hanya dalam hal menghitung saja subjek masih kesulitan. Dalam segi afektifnya DBR adalah pribadi yang moody gampang berubah emosinya. sering kali teman-temannya menggoda untuk memancing kemarahan subjek, meskipun demikian subjek memiliki relatif banyak teman. Observasi yang dilakukan peneliti diperkuat melalui wawancara yang dilakukan dengan key informant ibu N dan ibunNP berikut penuturannya : “kalau sampai kelas tiga ini suadah ada kemajuan lumayan, membacanya masih dieja. Ho’oh hitungannya masih kurang” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat diungkap bahwa penyesuaian diri subjek di sekolah dalam aspek psikologis yang meliputi kognitif dan afektif mengalami perkembangan. Keberhasilan penyesuaian diri psikologis aspek kognitif subjek dibuktikan dengan adanya kemauan belajar, kemampuan baca-tulis dan berhitung subjek yang meningkat sedikit demi sedikit. Pencapaian penyesuaian diri psikologis aspek kognitif subjek dibantu pula dengan bimbingan guru yang memberi tugas ringan oleh guru seperti membaca kembali sebuah cerita pendek di 81 rumah, dalam hal berhitung guru membantu subjek dengan kartu angka dan permainan lidi. Keberhasilan penyesuaian diri psikologis aspek afektif subjek dibuktikan dengan subjek memiliki banyak teman, dan usaha subjek tidak terpancing emosinya ketika bermain dengan teman-temannya. 3 Subjek BAP Melalui pengamatan yang dilakukan oleh peneliti BAP belum mampu menyesuaikan diri karena belum bisa membaca dan berhitung sedangkan saat kegiatan belajar mengajar, subjek sering hilang dan terpecah konsentrasinya, terbukti saat di kelas ada pensil yang jatuh suasana kelas menjadi gaduh karena subjek BAP yang memulainya. Dalam segi afektifnya BAP dia terlihat seperti teman-teman lainnya, hanya saja sering kali subjek saat bersama temannya berbuat usil dan berujung pertengkaran. Beberapa temannya juga ada yang masih enggan bergaul dengan BAP karena menurut penuturan temannya BAP dulu pernah beberapa kali dicurigai mencuri uang teman- temannya. Observasi yang dilakukan peneliti diperkuat melalui wawancara yang dilakukan dengan key informant ibu T berikut penuturannya : “dia kurang konsentrasi kadang ada orang lewat dia tengok, kadang ada kupu di luar dia bilang eh kupu-kupu gitu, hasil belajarnya kurang, kalau sekarang dibanding saay kelas III dia hanya sedikit mengalami kemajuan membaca belum bisa dan kalaupun bisa hanya beberapa kalimat saja, untuk hal belajar dia masih kurang” 82 Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat diungkap bahwa penyesuaian diri subjek di sekolah dalam aspek psikologis yang meliputi kognitif dan afektif hanya sedikit mengalami perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perkembangan membacanya yang stagnan dari kelas I sampai kelas V sekarang. Subjek cenderung pasif dengan guru, teman-teman subjek juga masih ada keengganan bergaul dengan subjek 4 Subjek AAM Melalui pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, AAM sering terpecah konsentrasinya, saat guru menerangkan di kelas subjek terlihat seperti mendengarkan tapi saat ditanya tiba-tiba oleh guru berkaitan materi yang baru saja diterangkan seringkali subjek tidak bisa menjawab. Dalam segi afektifnya AAM dia terlihat seperti teman-teman lainnya, subjek cenderung lebih banyak diam. Saat mengerjakan tugas subjek sering diejek teman-temannya karena subjek hampir selalu selesai paling akhir saat diberikan tugas, namun subjek acuh atau cuek dengan apa yang dilakukan temannya. Observasi yang dilakukan peneliti diperkuat melalui wawancara yang dilakukan dengan key informant ibu T berikut penuturannya : “ketika pelajaran dia kelihatan mendengarkan tapi kosong, konsentrasinya buyar, lambat belajarnya yg mengakibatkan dia agak kurang, kalau nilainya sedang kebawah” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat diungkap bahwa penyesuaian diri subjek di sekolah dalam aspek psikologis yang meliputi kognitif dan afektif perlahan-lahan mengalami 83 perkembangan Perkembangan penyesuaian diri psikologis aspek kognitif subjek dibuktikan dengan adanya kemauan belajar, kemauan subjek untuk lebih berkonsentrasi ketika sedang legiatan belajar di kelas, peningkatan daya ingat dan penalaran subjek terhadap sesuatu hal . Pencapaian penyesuaian diri psikologis aspek kognitif subjek dibantu pula dengan bimbingan guru misalnya diingatkan ketika ada gejala subjek kehilangan konsentrasinya dengan memberikan stimulu-stimulus berupa pertannyan yang diberikan kepada subjek . Keberhasilan penyesuaian diri psikologis aspek afektif subjek dibuktikan dengan subjek memiliki banyak teman dan disukai oleh banyak temannya . 5 Subjek MNH Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, MNH pada saat ini mengalami banyak kemajuan bila membandingkan dengan keterangan dari guru-guru yang pernah mengampu subjek. Perkembangan tersebut terlihat dalam hal membaca dan menulis dan kedisiplinan. Observasi yang dilakukan peneliti diperkuat melalui wawancara yang dilakukan dengan key informant ibu T berikut penuturannya : “Dia lebih suka menangis dan ngamukan. Kalau saat ini bagus, lebih disiplin..di kelas I-II lebih banyak nangis ngamuk, omongan lebih tertata. Nilainya sedang-sedang saja. Kalau kelas I-II cenderung di bawah rata-rata. Kalau saya saya beri PR karena dia lambat sekali membaca-menulis di rumah kemudian dimintakan tanda tangan orang tua untuk kemampuan membacanya. Kalau pas KBM tergantung teman sebelahnya kalau temannya rame dia jadi gak konsentrasi. Sekarang sudah bgaus sudah mampu menyesuaikan diri mudah diatur. 84 Anak sudah mulai bisa disiplin semenjak kelas III dan nilainya mengalami peningkatan” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat diungkap bahwa penyesuaian diri subjek di sekolah dalam aspek psikologis yang meliputi kognitif dan afektif berjalan dengan sangat baik. Keberhasilan penyesuaian diri psikologis aspek kognitif subjek dibuktikan dengan kemampuan membaca dan menulis subjek yang meningkat signifikan, daya tangkap, serta daya nalar yang berkembang pesat. Pencapaian penyesuaian diri psikologis aspek kognitif subjek dibantu pula dengan bimbingan guru khususnya berhitung dengan kartu angka dan kartu rumus . Keberhasilan penyesuaian diri psikologis aspek afektif subjek dibuktikan dengan subjek memiliki banyak teman, tidak cengeng, mampu mengontrol amarahnya, tidak berkata-kata kotor, serta tidak pernah memukul temannya lagi. 6 Subjek GPK Melalui pengamatan yang dilakukan oleh peneliti GPK belum mampu menyesuaikan diri karena dalam hal yang berkaitan dengan daya pikir, analisa permasalahan, dan pemecahan masalah subjek hanya sedikit sekali mengalami perubahan. Subjek hanya sekedar bisa menirukan tulisan yang sebelumnya ditulis oleh gurunya sebagai tugas agar subjek tidak mengganggu teman yang lain sekaligus media melatih membaca dan menulis. Saat menerima pelajaran subjek tidak bisa mengikuti dengan baik, sering bertingkah semaunya, sering 85 kali berteriak-teriak dan joget-joget sendiri bahkan mengganggu temannya. Dalam segi afektifnya GPK sebenarnya memiliki teman hanya saja seringkali teman-temannya merasa tidak nyaman. Subjek sering terlihat sangat perhatian kepada temannya, terutama kepada teman yang menyandang kebutuhan khusus tunagrahita. Hal lain yang bisa diamati dari subjek mengenai aspek psikologisnya yaitu subjek berperilaku dan berpikiran layaknya orang dewasa, seringkali dalam pergaulan di sekolah baik dengan teman maupun guru, subjek membicarakan atau menanyakan tentang pacar, bahkan bertanya pada guru bojomu sopo? Bojomu piro?. Observasi yang dilakukan peneliti diperkuat melalui wawancara yang dilakukan dengan key informant ibu T berikut penuturannya : “akhirnya saya menemukan satu cara agar dia tenang gitu aja, saya buatkan tulisan kata untuk ditiru sekarang sudah agak bisa nulis walaupun tulisannya besar-besar” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat diungkap bahwa penyesuaian diri subjek di sekolah dalam aspek psikologis yang meliputi kognitif dan afektif belum mengalami perkembangan. Penyesuaian diri psikologis aspek kognitif subjek sedikit mengalami perkembangan, subjek baru sebatas bisa menirukan tulisan yang diberikan oleh guru nya atau mengenali gambar hewan. Pencapaian ini dibantu pula dengan bimbingan guru yang memberi tugas untuk menirukan tulisan dan dengan kartu bergambar hewan maupun buah-buahan . Penyesuaian diri psikologis aspek afektif subjek menunjukkan penyesuaian 86 diri yang berkembang dibuktikan dengan subjek memiliki banyak teman, merasa percaya diri dan peka terhadap kondisi teman-temannya terutama satu teman yang mengalami tunagrahita. 7 Subjek MATM Melalui pengamatan yang dilakukan oleh peneliti MATM tidak mampu menyesuaikan diri karena dalam hal yang berkaitan dengan daya pikir, analisa permasalahan, dan pemecahan masalah subjek belum sama sekali mengalami perubahan. Saat menerima pelajaran subjek tidak bisa mengikuti dengan baik. Sejak datang ke dalam kelas sampai bel pulang subjek hanya duduk di bawah kolong meja tanpa melakukan apapun yang berkaitan dengan kegiatan belajar di kelas kecuali asyik dengan satu benda yang disukainya. Observasi yang dilakukan peneliti diperkuat melalui wawancara yang dilakukan dengan key informant ibu T berikut penuturannya : “dari pertama itu senang sembunyi diwawah meja dan lebih asik dengan dunianya sendiri, perkembangan terjadi hanya perkembangan bicara kalu dulu bicara sulit dimengerti, kalau peningkatan belajarnya ga ada peningkatan dia ga bisa nulis dan baca” Berdasarkan observasi terhadap subjek dan wawancara dengan key informant dapat diungkap bahwa penyesuaian diri subjek di sekolah dalam aspek psikologis yang meliputi kognitif dan afektif bisa dikatakan tidak mengalami perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perilaku subjek, asosiasi berpikir subjek yang lemah dan kemampuan membaca maupun menulis yang tidak ada perkembangan. 87 Ketujuh subjek memiliki kemampuan menyesuaikan diri psikologis yang berbeda-beda.subjek FMS, DBR, AAM dan MNH memiliki kemampuan menyesuaikan diri psikologis yang seimbang dan berkembang dengan baik antara kognitif dan afektifnya. Sedangkan BAP memiliki kemampuan penyesuaian diri psikologis yang kurang begitu baik dalam segi kognitif maupun afektinya. Subjek GPK memiliki kemampuan menyesuaikan diri menonjol dalam segi afektifnya namun kognitifnya tidak, sedangakan subjek MATM baik segi kognitif maupun afektifnya tidak mempu menyesuaikan diri dengan baik. 88

b. Penyesuaian sosial ABK di sekolah inklusi