Temuan Lapangan Keterbatasan Penelitian

Di sinilah peran bagi Bimbingan dan Konseling agar lebih peka terhadap permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi oleh ABK khususnya dalam penyesuaian dirinya di lingkuangan sekolah. Hal tersebut secara jelas tertuang dalam buku Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus BK-ABK yang menyatakan bahwa selain bagi anak normal, BK juga diperlukan bagi ABK untuk mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan tingkat dan jenis ABK Edi Purwanta, 2012: 8. Disamping hal tersebut tentunya mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang tertuang dalam pasal 10 ayat 1 bahwa konselor sekolah atau guru BK juga bertugas di dalam lingkup pendidikan dasar SD, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan tentang bagaimana penyesuaian diri anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi bagi calon konselor yang akan terjun di sekolah dasar. Merujuk pada pernyataan Edi Purwanta tersebut dapat ditegaskan kembali bahwa selayaknya penyesuaian diri ABK di sekolah inklusi ini tidak hanya menjadi perhatian bagi Pendidikan Luar Biasa saja namun juga bagi dunia Bimbingan dan Konseling karena pemberian layanan dalam Bimbingan dan Konseling tidak hanya pada anak normal namun juga bagi anak yenag berkebutuhan khusus.

C. Temuan Lapangan

107 Selama melakukan penelitian di lapangan, peneliti menjumpai beberapa fakta temuan di lapangan. Temuan-temuan di lapangan tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam poin-poin sebagai berikut : 1. Guru pendamping khusus GPK yang seharusnya mendampingi anak berkategori ABK di sekolah tersebut tidak pernah hadir memberikan pendampingan. 2. Tidak adanya assesmen untuk mengkategorikan siswa berkebutuhan khusus sehingga pengkategoriannya tidak berdasar assesmen yang benar. 3. Dari 16 guru hanya 2 orang guru yang diikutkan diklat mengenai sekolah inklusi. 4. Sebagian besar guru belum mengetahui konsep pendidikan inklusi. 5. Pengkategorian ABK tanpa dasar tes psikologis.

D. Keterbatasan Penelitian

Selama melakukan penelitian sampai pada penyusunan laporan ini, peneliti menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam proses penelitian. Keterbatasan dan kekurangan tersebut dijbarkan ke dalam poin-poin sebagai berikut : 1. Pelaksanaan wawancara yang tidak optimal kepada subjek ABK dan teman sebayanya, mengingat peneliti adalah orang baru dan subjek dengan teman sebayanya masih merasa asing terhadap peneliti sehingga kedekatan diantara peneliti dan subjek belum terbangun, hal ini menyebabkan peneliti tidak dapat menggali informasi primer dari subjek dan teman sebaya subjek. 108 2. Sumber wawancara hanya bisa dilakukan kepada key informant, sedangkan untuk subjek, peneliti hanya bisa melakukan observasi. 3. Kurangnya key informant yang memiliki kompetensi di bidang inklusi. 4. Keterbatasan waktu wawancara dengan key informant mengingat terpancang waktu dan penyesuaian jadwal. 5. Informasi yang didapatkan dari wawancara key informant kurang tajam. Informasi primer yang didapat paling banyak didapatkan melalui observasi sedangkan dalam wawancara kurang dapat menggali informasi. 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, dapat diambil kesimpulan bahwa penyesuaian diri subjek dilihat dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut : 1. Penyesuaian diri psikologis dalam unsur kognitif subjek tidak langsung terjadi begitu saja. Subjek membutuhkan waktu dan proses dalam mencapainya. Dalam penelitian ini dari tujuh subjek, terdapat enam subjek yang mampu menyesuaikan diri yang dibuktikan dengan adanya peningkatan kemampuan baca, berhitung dan prestasi yang membaik, sedangkan satu subjek tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik. 2. Pencapaian penyesuain diri psikologis unsur afektif dapat dilihat hasilnya dengan terasahnya emosi dan perasaan subjek seperti contoh pada awal masuk sulit diterima oleh teman-temannya kini menjadi punya banyak teman. 3. Penyesuaian sosial dalam unsur interaksi sosial yang ditunjukkan sangat bagus. Interaksi yang terbangun baik antara subjek dengan teman sebaya maupun subjek dengan guru berlangsung dengan baik. Khusus bagi subjek MATM interaksi sosial kurang berjalan dengan baik. 4. Penyesuaian sosial dalam unsur partisipasi sosial yang ditunjukkan berlangsung dengan sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan ikut sertanya subjek dalam berbagai kegiatan sekolah secara aktif. Khusus bagi subjek 110