Model Pembelajaran Problem Solving
39 untuk menjawab LKS, dan beberapa siswa aktif bertanya dan aktif menyampaikan
jawaban atau pendapat bila diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Pada tahap ini siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan
bagaimana dengan cara membuktikannya melalui praktikum dan menjawab pertanyaan yang ada pada LKS. Sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan
antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, begitu seterusnya sehingga terjadi kesetimbangan antara struktur
kognitif dengan pengetahuan yang baru ekuilibrasi. Sampai pada tahap empat ini siswa telah dibimbing menjadi pebelajar yang mandiri yang mampu memba-
ngun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan dukungan Jerome Bruner terhadap discovery learning yang menekankan pentingnya membantu siswa
memahami kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery
penemuan pribadi Arends, 2008. Selanjutnya, siswa diminta untuk memprediksi sifat-sifat larutan dan pH larutan
asam-basa. Dalam hal ini siswa diarahkan untuk memprediksi larutan berdasar- kan persamaan ciri-ciri yang diamati pada larutan-larutan sebelumnya. Pada
awalnya siswa bingung dalam memprediksi, disinilah peneliti dituntut untuk mengarahkan siswa dengan baik agar dapat memprediksi sifat dan pH larutan
berdasarkan ciri-ciri yang sama dengan larutan sebelumnya. Pada tahap ini siswa juga diberi pertanyaan mengenai keterampilan memprediksi pada LKS yang dibe-
rikan untuk mengetahui tingkat keterampilan memprediksi siswa. Pada pelaksa- naannya, guru tidak mampu mengalokasikan waktu dengan baik sehingga kegia-
40 tan-kegiatan pada tahap ini yang seharusnya dapat melatih keterampilan mempre-
diksi siswa tidak dapat berjalan dengan maksimal. Setelah itu siswa diarahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS
yang menghubungkan antara hasil pengamatan yang dilakukan dengan masalah yang diberikan. Pertanyaan ini diajukan agar siswa memikirkan tentang kelayak-
an hipotesis dan metode pemecahan masalah serta kualitas informasi yang mereka kumpulkan Ibrahim Nur, 2005.
Pada tahap ini diamati bahwa siswa telah berhasil dibimbing untuk menggali pengetahuan mereka secara bebas berdasarkan penyelidikan yang mereka lakukan.
Hal ini terlihat dari jawaban tiap kelompok yang sangat variatif menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Sehingga yang terjadi adalah fokus
pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang dilakukan siswa perilaku siswa, tetapi terlebih pada apa yang mereka fikirkan kognisi siswa pada saat mereka
melakukan kegiatan itu Ibrahim Nur, 2005. Melalui jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diberikan tersebut, akhirnya siswa sampai pada tahap pemecahan
masalah.
Tahap 5. Menarik kesimpulan. Dalam tahap ini siswa diberi kesempatan
menyimpulkan hasil temuan bersama kelompoknya untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. siswa diberi kebebasan untuk mengolah semua informasi yang
mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang mereka miliki, proses ini membawa siswa untuk mengembangkan kemampuan
berfikirnya.
41 Perkembangan siswa terlihat dengan makin baiknya rumusan penyelesaian masa-
lah yang mereka buat. Kelompok enam misalnya, latihan rutin yang dilakukan memberikan pengaruh yang berarti pada kelompok ini dalam menyelesaikan
masalah. Rumusan penyelesaian masalah yang semula tidak berkaitan dengan masalah yang diberikan, berangsur-angsur terarah; dan pada akhirnya, pada
pertemuan keempat, kelompok ini berhasil memberikan penyelesaian masalah dengan rumusan yang baik. Hal ini sesuai dengan tujuan penerapan problem
solving, yang dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan menjadi pelajar yang mandiri
dan otonom Arends, 2008. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model
problem solving tidak efektif dalam meningkatkan keterampilan memprediksi materi asam-basa, namun bukan berarti model tersebut gagal dalam proses
pembelajaran karena berdasarkan fakta, model tersebut dapat membuat siswa menjadi lebih aktif berkomunikasi ketika mereka berada dalam diskusi dan
bekerjasama. Sesuai dengan pernyataan Vygotsky dalam Arends 2008 yang lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran.
42