Pengertian Anak LANDASAN TEORI

16 kata yang tepat pemerintah dan masyarakat lebih bertanggung jawab terhadap masalah social yuridis dan politik yang ada pada seorang anak. 2. Pengertian kedudukan anak dalam lapangan hukum pidana diletakkan dalam pengertian anak yang bermakna “penafsiran hukum secara negatif” dala arti seorang anak yang berstatus sebagai subyek hukum yang seharusnya bertanggung jawab atas tindak pidana strafbaar feit yang dilakukan oleh anak itu sendiri, ternyata karena kedudukan sebagai seorang anak yang berada dalam usia yang belum dewasa diletakkan sebagai seseorang yang mempunyai hak-hak khusus dan perlu untuk mendapatkan perlakuan khusus menurut ketentuan hukum yang berlaku. 3. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang berusia dibawah 21 tahun dan belum menikah. Anak adalah makhluk sosial sama seperti orang dewasa, namun karena ketidak cakapan hukum anak membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuan, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa bantuan orang lain anak tidak dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. 5 4. Pengertian anak dalam pandang Psikologi berbeda dengan perspektif hukum yang mendefinisikan anak sebagai individu berusia dibawah 18 tahun, dalam perspektif psikologi, anak adalah individu yang berusia anatar 3-11 tahun. Diatas usia 11 tahun seseorang sudah dianggap remaja. Selain didasarkan oleh tanda-tanda perkembangan fisik, yang memang sangat jelas membedakan anak dengan individu yang sudah memasuki 5 Mulyanto, Model Pengembangan Anak Dalam Perlindungan Khusus, Laporan Penelitian Pada Konfeksi Nasional Kesejahteraan Sosial Ketiga, DNIKS, Bukittinggi,Ta h. 67. 17 masa remaja, perbedaan juga didasarkan perkembangan kognisi dan moral individu. 6 Keluarga menjadi benteng pertahanan yang pertama sekaligus yang terakhir dalam membentuk moral generasi bangsa. Sejatinya keluarga adalah pondasi primer bagi perkembangan, perilaku dan tingkah laku anak.

B. Pengasuhan Anak hadhanah

Pengasuhan atau hadhanah dalam perspektif Islam menempati satu dari beberapa konsep perwalian yang pengaturan nya sangat jelas. Sejak anak masih dalam kandungan ia telah memiliki ahliyah wujub naqishah, 7 yaitu kepantasan untuk memiliki hak-hak. Janin berhak memiliki warisan, wakaf dan lain-lainnya disamping secara pasti ia memiliki nasab orang tuanya. Semua hak-hak tersebut akan berlaku secara efektif apabila ia telah lahir. Secara etimologi kata hadhanah al-hadhanah berarti “al-janb” yang berarti disamping atau berada dibawah ketiak, 8 atau juga bisa juga berarti meletakkan sesuatu dalam pengakuan. 9 Maksudnya adalah merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz atau yang kehilangan kecerdasannya, karena mereka tidak bisa mengerjakan keperluan diri sendiri. Secara terminologi menurut Zahabi dalam kitab Al- Syari’ah al Islamiyah: Dirasah Muqaranah Baina Mazahib Ahlu Sunnah Wal al-Mazahib al-Ja ‟fariyah hadhanah adalah melayani anak kecil untuk mendidik dan 6 LBH Jakarta, Mengawal Perlindungan Anak Berhadapan dengan Hukum” LBH Jakarta: Jakarta, 2012, h. 12. 7 Ali Hasballah, ushul Tasyiri’ al-islamy, Indonesia: Menara Kudus, tth. , h. 394-395. 8 Abu Yahya Zakaria Anshari, Fathul Wahab, Beirut. Dar AlKutub, 1987, Juz II. h. 212. 9 Satria Efendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2004, h. 166. 18 memperbaiki kepribadiannya oleh orang-orang yang berhak mendidiknya pada usia tertentu yang ia tidak bisa mengerjakan keperluan diri sendiri. 10 Muhammad Syarbani, dalam kitab al- Iqna’, mendefinisikan hadhanah sebagai usaha mendidik atau mengasuh anak yang belum mandiri atau mampu dengan perkara-perkaranya, yaitu dengan sesuatu yang baik baginya, mencegahnya dari sesuatu yang membahayakannya walaupun dalam keadaan dewasa yang gila, seperti mempertahankan dengan memandikan badannya, pakaiannya, menghiasinya, memberi minyak padanya, dan sebagainya. 11 Dalam pemeliharaan ini mencakup beberapa masalah seperti agama, ekonomi, pendidikan dan sosial beserta segala sesuatu yang menjadikan kebutuhan anak. Dalam konsep Islam tanggung jawab ekonomi berada di pundak suami sebagai kepala rumah tangga, meskipun dalam hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa istri dapat membantu suami dalam menanggung kewajiban ekonomi tersebut. Karena itu yang terpenting adalah adanya kerjasama dan tolong menolong antara suami istri dalam memelihara anak dan mengantarkannya hingga anak tersebut dewasa. 12 Hadhanah dalam Kompilasi Hukum Islam KHI, merujuk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, ia juga merujuk kepada pendapat fuqaha yang sangat dikenal di kalangan ulama dan masyarakat Islam Indonesia. 10 Muhammad Husein Zahabi, Al-Syari ’ah al Islamiya: Dirasah Muqaranah Baina Mazahib Ahlu Sunnah Wal al-Mazahib al-Ja ’fariyah, Mesir: Dar al Kutub al Hadisah, 1968, h. 398. 11 Muhammad Syarbani, Al- Iqna’, Beirut : Dar al-Fikr, t.th, h. 489. 12 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1995, h. 97. 19 Pengertian anak dalam Kompilasi Hukum Islam KHI, berdasarkan Pasal 1 huruf g, pemeliharaan anak yang biasanyadisebut hadhanah merupakan kegiatan mengasuh, memelihara dan mendidik anak hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri. 13 Menurut Pasal 98 ayat 1 KHI, batas usia anak yang mampu berdidri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun. 14 Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI terdapat beberapa pasal tentang pemeliharaan anak, dan untuk lebih jelasnya penyusun kemukakan pasal-pasal tersebut sebagai berikut: Menurut Pasal 156 KHI akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah: 1. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh: a. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu. b. ayah. c. wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah. d. saudara perempuan dari anak yang bersangkutan e. wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu. f. wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah. 2. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya. 13 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam,Bandung: Nuansa Aulia, 2008, h. 2. 14 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, h. 31.