Hak dan Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua

23 penelantaran terhadap anak, baik dalam pendidikan, sosial, ekonomi dan agama anak tersebut, guna kepentingan terbaik baginya. Berdasarkan pasal 77 ayat 3 dan 4 Komplasi Hukum Islam, tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri yaitu: “suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya” dan “suami istri wajib memelihara kehormatannya”. 17 Berdasarkan Pasal 26 Ayat 1 huruf a, b, c dan d UU RI Nomor 35 Tahun 2014, Tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI No 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak, Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: 1. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi Anak; 2. Menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; 3. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak; dan 4. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada Anak. Berdasarkan Pasal 45 Ayat 1 dan 2 UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Hak antara Orang tua dan Anak, “Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik- baiknya” dan “Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus”. 17 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, 2004, h. 132. 24 Dalam Perspektif Fiqih Syari’at Islam merupakan sarana perlindungan anak dari tindak eksploitasi. Hukum Islam sebagai salah satu norma yang dianut dalam masyarakat perlu dijadikan landasan dalam mengkaji persoalan perlindungan anak. Orang tua seharusnya menyayangi anaknya dengan segala prilaku, pemberian, termasuk dalam memerintahkan sesuatu kepada anaknya. Suatu perintah harus dilandasi kasih sayang, bukan amarah, kebencian, sehingga cenderung bersifat eksploitatif atau memaksakan atas kehendak sendiri. Begitu juga sebaliknya, anak seharusnya menghormati orang tuanya dengan tulus dan ikhlas, bukan karena keterpaksaan. Dalam QS. al- An’am 6: 151, Allah Swt berfirman: لۡي پ ݫلܑڀ ڀبلڂاوٿ ڀ ۡۡٿتل ذَٱلۖۡ ٿُۡيپلپَلۡ ٿُهّپٗلپٵذرپحلاپملٿلۡتٱلڂاۡوپناپ پتلۡلٿ لاڄل ل ۡ ڀځمل ٿ پدٰٰپنۡوٱلڂاڃوٿلٿلۡ پتل پَپولۖاا ٰ پ ݩۡحِالڀ ۡيپڀِٰپوۡن أڀبپولۖا ل ٖ ٰٰپلۡمِا ل پسۡ ذ ن ٱلڂاوٿلٿلۡ پتل پَپولۖپ پطپبلاپمپولاپ ۡۡڀمل پرپ پظلاپمل پݪڀحٰپوپ ۡن ٱلڂاوٿبپرۡپتل پَپولۖۡٿُذَ ِ اپولۡ ٿُٿ ٿز ۡرپل ٿ ۡذَ ل ڀتذن ٱل لٿُٰى ذّپولۡ ٿُڀنٰپذل ۚڀځ پِۡن أڀبل ذَِالٿذَ ٱلپٵذرپح لپٶوٿلڀ ۡ پتلۡ ٿُذلپ پنلܑڀ ڀبل ل ل Artinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena takut kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi. Islam telah melindungi masalah nasab dengan cara demikian, kemudian Islam juga menetapkan untuk anak dan orang tua, masing-masing mempunyai hak, sesuai dengan kedudukannya sebagai orang tua dan anak. Di samping itu Islam juga mengharamkan beberapa hal kepada mereka masing-masing, demi melindungi dan menjaga hak-hak tersebut. Ayat di atas menegaskan bahwa orang tua wajib melindungi masa depan anaknya karena kata “membunuh” dalam ayat di atas, tidak hanya berarti membunuh keberlangsungan hidupnya, tetapi juga menjerumuskan anak pada