Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan
yang mengistimewakan Adam ‘Alaihissalam atas para malaikat itu, dan ilmu itu yang menentukan pilihan kepada Adam Alaihissalam untuk dapat
menduduki status khalifah di dunia.
10
Ditambahkan lagi oleh beliau, “…., sungguhpun demikian akal juga tidak terhindar dari kesalahan, akal juga sering tergesa-gesa, sombong, atau
dikuasai oleh ambisi.
11
Karena itu, akal sebagaimana dikemukakan oleh Imam Muhammad Abduh memerlukan penolong yang dapat membimbingnya ke jalan yang
benar ketika ia melalui persimpangan jalan, jebakan-jebakan, dan kawasan asing bagi akal. Pembimbing akal adalah wahyu Ilahi. Wahyu ini diturunkan
oleh Allah kepada Rasul-Nya yang dijadikan sebagai penjelasan dan pengurai kandungan al-Qur’an.
12
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hadis juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang paling sempurna dibanding
dengan panca indera dan akal. Dikatakan demikian, karena keduanya tidak luput dari kekurangan, keterbatasan, dan kesalahan.
Kemudian menurut M. Quraiys Syihab, al-Qur’an menganjurkan manusia untuk memperhatikan alam raya, langit, bumi, bintang-bintang,
udara, darat lautan dan sebagainya, agar manusia melalui perhatiaannya tersebut mendapat berganda yaitu:
a. Menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan dan
b. Memanfaatkan segala sesuatu untuk membangun dan memakmurkan
bumi di mana ia hidup.
13
Dari pernyataan di atas, al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam pertama merupakan sumber ilmu pengetahuan. Dikatakan demikian karena
al-Qur’an berisi anjuran kepada manusia untuk memperhatikan alam raya ini, dan ini secara tidak langsung memerintahkan kepada manusia untuk berfikir.
10
Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu Pengetahuan dan Peradaban…., h. 118.
11
Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu Pengetahuan dan Peradaban…, h, 119
.
12
Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu Pengetahuan dan Peradaban…, h. 120.
13
M. Quraiys Syihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2007, Cet. Ke-8, h. 65.
Berfikir dari mana asal usulnya dan apa arti dari hidupnya serta ke mana akhir hayatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat beliau pula bahwa al-Qur’an
dengan isinya “membangkitkan rasa yang terpendam dalam jiwa, yang dapat mendorong manusia untuk mempertanyakan dari mana ia datang, bagaimana
unsur-unsur dirinya, apa arti hidupnya dan ke mana akhir hayatnya”.
14
Ketika manusia dapat memanfaatkan akalnya secara baik maka ia akan menyadari kebesaran Allah serta keagungan-Nya, dan dapat memanfaatkan
sesuatu yang berada di bumi ini sebagai upaya membangun dan memakmurkan bumi.
Dengan demikian jika al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan, maka hadis sebagai penjelas dari al-Qur’an itu sendiri
merupakan sumber ilmu pengetahuan pula.