Penyayang Beberapa Sifat Pendidik
Dari Mâlik bin Huwairits berkata: aku menemui Rasulullah saw yang berada dalam kelompok kami dari kaumku kemudian kami tinggal
bersamanya selama dua puluh malam, dan Rasulullah selalu bersikap ramah dan penuh kasih sayang. Ketika Rasul mengetahui kami telah
merasa rindu kepada keluarga kami, maka beliau berkata: “Pulanglah dan temui keluarga kalian, dan tinggallah bersama mereka, ajarilah
mereka dan shalatlah kalian ketika telah tiba waktunya dan hendaklah seseorang diantara kalian mengumandangkan adzan dan orang yang lebih
tua di antara kami menjadi imam. H.R. Bukhari.
Pada hadis di atas disebutkan bahwa Rasulullah memerintahkan para sahabatnya, mereks adalah Bani Laits yang terdiri dari tiga hingga
sepuluh orang,
2
untuk pulang dan menemui keluarga mereka ketika para sahabat berkumpul di kediaman Rasul. Selama mereka tinggal bersama,
Rasul senantiasa mengajak mereka untuk melakukan shalat secara berjama’ah dan menunjuk seseorang untuk menjadi Imam ketika shalat,
serta mencontohkan kepada mereka tata cara shalat yang benar. Karena para sahabat sudah lama tidak bertemu dengan keluarga
mereka, Rasul mengetahui bahwa para sahabatnya telah merasa rindu, menyadari hal itu, dengan sifat kasih dan sayangnya, ia memerintahkan
para sahabat untuk pulang. Rasul tidak mau memaksakan para sahabat untuk tetap tinggal bersamanya dan melanjutkan pelajaran sedangkan
mereka sudah tidak dapat berkonsentrasi. Karena jika dipaksakan, dikhawatirkan para sahabat tidak dapat menyerap pelajaran yang diberikan
dengan baik. Kemudian tidak lupa Rasul berpesan kepada para sahabat untuk
mengajarkan kepada keluarga mereka apa yang telah Ia ajarkan, serta
1
Abî Abdillah Muhammad bin Ismâ’íl al-Bukhârî, Şaħîħ al-Bukhâri, Bab Man
Qâla liyuadzin fî as-Safari Muadzinun Wâhidun, Beirut: Maktabah al-A şriyyah, t.t., Juz 4,
h. 1901.
2
Ahmad bin Alî bin Hajar al-Asqalânî, Fat ħ al-Bâri, Bab Man Qâla liyuadzin fî
as-Safari Muadzinun Wâhidun, Beirut: Dar al-Fikr, 1993 Juz 2, h. 320.
beradzan ketika waktu shalat tiba dan menunjuk salah seorang untuk menjadi Imam ketika melaksanakan shalat berjamaah.
Dalam kitab Fat ħ al-Bâri yang merupakan kitab penjelas dari kitab
Şahîh Bukhâri, dikatakan bahwa kata “irji’ũ fakũnu fîhim wa’allimũhum” menjelaskan bahwa dalam suatu kelompok atau golongan, tidak sepatutnya
seluruh anggota kelompok ikut pergi berperang ketika itu sedang terjadi perang Tabuk, tapi utuslah sebagian orang
3
untuk pergi mencari ilmu pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa, menuntut ilmu sangat
dianjurkan walau dalam keadaan bagaimanapun. Dan orang yang telah diutus untuk mencari pengetahuan tersebut mempunyai kewajiban untuk
menyebarkan ilmu yang telah didapatnya kepada orang-orang di sekelilingnya.
Kemudian pada kalimat “Irji ũ ilâ ahlîkum” juga menjelaskan
bahwa Rasul memerintahkan para sahabat untuk pulang menemui keluarga mereka, karena ia mengetahui para sahabat telah begitu rindu dengan
keluarganya, dan Rasul juga berpesan agar mereka melaksanakan shalat dan mengajarkan kepada keluarga mereka sebagaimana yang telah Rasul
contohkan, dan menganjurkan untuk orang yang lebih dewasa menjadi imam dalam shalat.
Tindakan Rasul memerintahkan para sahabat untuk pulang menemui keluarga mereka merupakan bentuk kasih sayang Rasul, karena
Rasul tidak ingin membiarkan sahabatnya menyimpan kerinduan begitu lama kepada keluarganya. Disamping itu Rasul tahu, jika memaksakan
para sahabatnya untuk terus belajar, sedangkan mereka sudah tidak lagi bisa fokus dan berkonsentrasi, hal tersebut tidak akan bermanfaat, karena
mereka tidak akan bisa menyerap pelajaran yang diberikan dengan baik. Seorang pendidik dituntut untuk dapat memahami kondisi psikologis anak
didiknya, karena dengan begitu, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif.
3
Ahmad bin Alî bin Hajar al-Asqalânî, Fat ħ al-Bâri, Kitâb al-Adâb, Bab Rahmat
an-Nâsi wal Bahâimi, t.tp.: Dar al-Fikr, 1992, Juz, 12. h. 51.
Hadis di atas menunjukkan keagungan perisai Rasul dengan memiliki sikap yang lemah lembut dan mengasihi peserta didiknya. Rasul
sejak awal sudah mencontohkan dan mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran
yang beliau terapkan sangat akurat dalam menyampakan ajaran Islam. Rasul sangat memperhatikan kondisi dan karakter seseorang, sehingga
nila-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasul juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang sehingga beliau mampu
menjadikan peserta didiknya suka cita baik material maupun spiritual
4
. Hal ini juga merupakan perintah untuk para pendidik guru
berperilaku sebagaimana halnya Rasul dalam mendidik. Seorang pendidik harus mempunyai sifat lembut dan kasih sayang kepada muridnya, dan hal
ini harus betu-betul dirasakan oleh anak didiknya. Rasa kasih sayang guru dapat direalisasikan berupa memberi perhatian kepada peserta didiknya,
serta bersedia menjadi tempat untuk mencurahkan hati di saat mereka ada permasalahan. Sifat seperti ini secara psikologis akan memberikan rasa
nyaman di hati mereka, dan dalam keadaan seperti inilah ilmu pengetahuan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik, sehingga
mereka mampu mendapatkan nilai akhir yang baik dan memuaskan. Kemudian kata “wa
şallũ” dalam riwayat lain dikatakan “wa şallũ kamâ roaitum
ũnî uşallî”, menjelaskan bahwa Rasul memerintahkan para sahabat untuk melakukan shalat sebagaimana yang telah ia ajarkan kepada
mereka
5
. Hal ini mengindikasikan bahwa, sebelum seorang pendidik memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu, hendaknya pendidik
memberikan contoh terlebih dahulu. Atau dalam hal ini disebut dengan metode demonstrasi.
4
Abu Aqil Dilangsa. Hadis Metode Pendidikan, dalam www.google.comHadis
Pendidikan, 19 Maret, 2009 atau http:alatsar.wordpress.com19
03 2009 Hadis Metode Pendidikan.
5
Ahmad bin Alî bin Hajar al-Asqalânî, Fat ħ al-Bâri…, h. 51.
Metode demonstrasi ini dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang memperlihatkan suatu gerakan atau proses kerja sesuatu, dan metode ini
bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan dengan baik dan benar.
6
Menurut teori belajar sosial, hal yang amat penting dalam pembelajaran adalah kemampuan individu untuk mengambil intisari
informasi dari tingkah laku orang lain. Di sisi lain, pendidik tidak boleh memberikan hinaan, omelan
bahkan bentakan kepada peserta didik yang melakukan kesalahan, terlebih jika kesalahan itu dikarenakan peserta didik tidak mampu untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan pendidik. Pendidik harus bersikap bijaksana, jika hal itu terjadi, maka berikanlah bimbingan yang lebih intensif kepada
mereka, karena kemungkinan hal itu terjadi karena peserta didik tersebut mempunyai tingkat intelegensi yang rendah, atau bahkan bisa terjadi
karena kesalahan dari pendidik sendiri dalam menyampaikan materi tersebut, seperti penyampaian dan penggunaan metode yang kurang tepat
atau sebagainya. Mengapa harus demikian? Karena di samping sebagai sahabat, pendidik juga merupakan pembina dan pembimbing yang
memberikan stimulus bukan dengan dominasi dan paksaan, dan dengan dorongan bukan dengan celaan.
7
Firman Allah:
⌧ ☺
Musa berkata: Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan
dalam urusanku. QS. Al-Kahfi: 73 Oleh sebab itu, seharusnya para pendidik memahami sisi ini dan
mempraktikkannya kepada siswa didiknya. Berlaku kasar terhadap siswa dapat membahayakan mereka.
6
Abu Aqil Dilangsa. Hadis Metode Pendidikan,,,
7
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2002, Cet. Ke-III, h. 101.
Selain itu, pendidik juga tidak boleh menghukum siswa secara fisik maupun mental dengan semena-mena. Ada tahapan-tahapan yang harus
dilakukan sebelum pendidik memberikan hukman fisik kepada siswa. Menurut hasil penelitian, di Indonesia ini cukup banyak guru yang menilai
cara kekerasan masih efektif untuk mengendalikan siswa. Akibatnya adalah terjadi traumatis psikologis, dendam yang mendalam, makin kebal
hukuman, dan cenderung akan melampiaskan kemarahan dan agresif terhadap siswa lain yang dianggap lemah.
8
Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik kepada siswa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:
a. Kurangnya pengetahuan pendidik bahwa kekerasan itu tidak efektif
untuk memotivasi siswa atau merubah tingkah laku. Selama ini kekerasan dilakukan pendidik dengan dalih untuk mendisiplinkan
siswa, justru kekerasan akan mengakibatkan hal-hal yang berdampak bagi masa depan anak, baik dari segi perkembangan, pertumbuhan
dan kepribadiannya. Akibat kekerasan akan membuat perilaku siswa menjadi tidak konsisten, yakni “patuh di depan dan berani di
belakang guru”. b.
Adanya persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Misalnya, ketika siswa melanggar, bukan sebatas menangani, tetapi seharusnya
mencari tahu apa yang melandasi tindakan tersebut. c.
Adanya hambatan psikologis, sehingga dalam menangani masalah pendidik lebih sensitiv dan reaktif.
d. Adanya tekanan kerja; adanya target standarisasi yang harus
dipenuhi pendidik, seperi kurikulum, materi, dan prestasi yang harus dicapai siswa.
e. Pola yang dianut adalah mengedepankan kepatuhan dan ketaatan pada
siswa.
8
Abdul Halim Rahmat. Menghilangkan Kekerasan Guru Pada Siswa, 17 Desember, 2008, dalam
www.google.com , Kasih Sayang Guru Pada Siswa, 01 Maret 2010.
f. Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan
cenderung mengabaikan kemampuan afektif. Sehingga pendidik dalam mengajar suasananya cenderung kering, stressful dan tidak menarik,
padahal mereka dituntut untuk mencetak siswa-siswi yang berprestasi. g.
Adanya tekanan ekonomi pada pendidik yang akhirnya menjelma menjadi bentuk kepribadian yang tidak stabil, emosional, mudah goyah
ketika merealisasikan rencana-rencana yang sulit diwujudkan.
9
Karena itu solusi yang bisa ditawarkan untuk menghentkan kekerasan ini adalah: Pertama, pendidik dan semua warga sekolah
membuat kesepakatan untuk menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah. Kedua, mendorong dan mengembangkan humanisasi pendidikan
dengan menyatu padukan kesadaran hati dan pikiran, membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus, serta mengembangkan suasana
belajar yang meriah, gembira, dengan memadukan potensi fisik dan psikis menjadi sesuatu kekuatan yang integral. Ketiga, lebih mengedepankan
penghargaan dari pada hukuman. Keempat, terus menerus membekali pendidik untuk menambah wawasan pengetahuan, kesempatan,
pengalaman baru untuk mengembangakan kreativitas mereka. Kelima, adanya konseling, tidak hanya siswa yang membutuhkan bimbingan, tetapi
juga pendidik. Sebab pendidik juga mengalami masa sulit yang membutuhkan dukungan, penguatan dan bimbingan untuk menemukan
jalan keluar yang terbaik. Keenam, segera memberikan pertolongan bagi siapa pun juga yang mengalami tindakan kekerasan di sekolah, dan
menindaklanjuti serta mencari solusi alternatif yang terbaik. Sehingga kekerasan tidak menjadi hal yang “biasa dan lumrah” tetapi menjadi suatu
tindakan yang harus mendapat perhatian serius. Di samping itu, Pendidik dalam mencurahkan kecintaan dan rasa
kasih sayangnya kepada siswa tidak harus selalu diberikan dalam bentuk hadiah ataupun pujian, akan tetapi sikap tersebut dapat diwujudkan dengan
9
Abdul Halim Rahmat. Menghilangkan Kekerasan Guru Pada Siswa…,
sikap pemberian kesempatan kepada kepada peserta didik yang dipandang sudah mampu menguasai pelajaran dan mampu untuk mengajarkannya
kepada orang lain, maka hendaknya pendidik memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengajarkannya.
Sikap pendidik seperti itulah yang menjadi idola para siswa, seorang yang penyayang, lembut, memahami kondisi siswa, serta
bersahabat, dan pendidik seperti inilah yang berpeluang besar mencetak peserta didik yang tidak hanya pandai pada segi kognitif, tetapi juga dalam
semua aspek kehidupannya.