Adil Beberapa Sifat Pendidik

Hadis di atas menekankan kepada para orang tua agar bersikap adil. Hal tersebut sebagaimana digambarkan oleh ayah Nu’mân bin Basyîr ketika ia mengambil kembali pemberiannya kepada salah satu anaknya karena dikhawatirkan terjadi keributan diantara mereka. Secara etimologis, walad berarti sesuatu yang dilahirkan. kata tersebut merupakan perubahan bentuk dari susunan kata kerja fi’il walada yalidu wilâdatan, wilâdan, wildan 11 . Penggunaan kata tersebut terkadang dipergunakan sebagai penggambaran anak dalam bentuk fisik atau sosok seorang anak kecil, terkadang sebagai seorang pemuda atau bahkan keseluruhan anggota keluarga. Di dalam Kitab Fat ħul Bârî yang merupakan penjelas dari kitab Şahîh Bukhârî dikatakan bahwa kata “waladika” dalam kalimat “akullu waladika nahalta mislahu” mencakup anak laki-laki dan perempuan. 12 Ini berarti bahwa dalam memberikan hadiah kepada anak, orang tua harus memberikannya secara merata kepada semua anaknya baik laki-laki maupun perempuan, karena mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan perlakuan adil dari orang tua. Di samping itu, orang tua yang tidak menerapkan sifat adil di antara anak-anaknya dikhawatirkan akan menimbulkan hubungan yang tidak harmonis dalam keluarganya. Karena adanya rasa cemburu dan iri dalam hati anak-anaknya. Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam memberikan hukum, persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi. Kata adil sering disinonimkan dengan kata al-Musawah persamaan, dan al-Qisth moderatseimbang. Kata adil merupakan lawan kata zalim 13 . Dari penjelasan hadis di atas dapat dipahami, jika orang tua bermaksud memberikan hadiah kepada salah satu anaknya, maka ia wajib 11 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta:1995, h. 1688. 12 Ibnu Hajar al-Asqalânî, Fat ħul Bârî, Bab al-Isyhâd Fî al-Hibah…, h. 212. 13 Abu Mujahid, Berlaku Adil, dalam www.google.comadil , 19 Maret 2010. memberikan hadiah yang sama kepada anak-anaknya yang lain, ia tidak boleh memberikan hadiah kepada anak tertentu saja, sebab perbuatan semacam itu sebuah kezaliman kepada anak-anaknya yang lain. Sikap adil dan tidak pilih kasih orang tua harus diberlakukan kepada pada seluruh anak-anaknya tanpa pandang bulu. Mereka tidak boleh bersikap pilih kasih terhadap anak tertentu. Baik kepada anak laki-laki atau perempuan, cantik ataupun tidak, cerdas ataupun tidak, orang tua harus mencurahkan perasaan cinta dan kasih sayang yang sama, tegasnya mereka harus memberikan perlakuan yang sama kepada semua anaknya. 14 . orang tua dalam memberikan hibah kepada anak-anaknya dituntut untuk memberikan hak yang sama, baik untuk anak- laki-laki maupun perempuan. Tapi tidak halnya dengan warisan. Dalam hal ini anak laki- laki mendapat bagian lebih banyak dibanding perempuan. Sebab laki-laki mempunyai tanggungan yang lebih besar untuk keluarganya. Sebagaimana firman Allah: … ⌧ Untuk laki-laki semisal dua bagian orang perempuan. Kemudian pada kata “faarji’hu” menjelaskan bahwa orang tua sebaiknya menarik kembali pemberian yang diberikan kepada anak tertentu, jika orang tua tidak bisa untuk memberikannya kepada semua anak-anaknya. Dalam pengembalian hadiah tersebut ada beberapa pendapat. Sebagian ulama yang membedakan antara shadaqah dan hibah, mengatakan jika orang tua memberikan pemberian kepada anaknya sebagai bentuk shadaqah, maka pemberian tersebut tidak perlu dikembalikan. Sebab, pemberian tersebut hanya bertujuan untuk mengaharap pahala di sisi Allah. Namun, orang tua boleh memberikan pemberian lebih kepada sebagian anaknya, jika anak yang dilebihkan tersebut mempunyai 14 Ibrahim Amini, Anakku Amanat-Nya, Terj. oleh M Anis Manlachela, Jakarta: al-Huda, 2006, h. 133 kebutuhan yang lebih besar dibanding anak-anaknya yang lain. 15 Sejalan dengan hal tersebut, M Quraish Syihab, berpendapat bahwa adil adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dalam pengertian ini dapat dipahami bahwa adil bukan berarti sama rata, namun melihat kondisi serta keperluan. Keadilan merupakan kata yang menunjuk substansi ajaran Islam. Islam tidak menjadikan sifat kasih sebagai tuntunan tertinggi, ini karena kasih Dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat dapat berdampak buruk. 16 Anak-anak perlu diajarkan dan diperlakukan adil. Jika ada perbedaan yakinkan mereka hal itu hanya berdasarkan kebutuhan yang berbeda, bukan berarti orang tua tidak berlaku adil, sikap adil merupakan sikap mulia yang perlu diterapkan oleh umat Islam. Sebagai orang tua penting untuk berlaku adil terhadap seluruh anaknya agar tidak timbul kecemburuan yang dapat mengganggu keharmonisan keluarga. Namun yang tak kalah penting, keadilan bukan berarti pembagian uang yang sama. Kebutuhan anak harus diukur dengan cermat berdasarkan kebutuhannya. 17 Contohnya, seorang mahasiswa di Universitas tentu membutuhkan keuangan yang lebih banyak dibandingkan adiknya yang masih di SMP. Begitu halnya dengan pendidik, pendidik juga diperintahkan agar bersikap adil dalam bergaul dengan anak-anak. Tidak boleh bertindak diskriminatif atau membedakan anak berdasarkan latar belakang maupun statusnya. Baik terhadap anak orang kaya atau orang miskin, anak laki-laki maupun perempuan, pintar ataupun tidak. Abuddin Nata menyatakan bahwa peserta didik yang masuk di lembaga pendidikan tidak ada perbedaan derajat atau martabat, karena penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dalam suatu ruangan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dari pendidik. Pendidik harus mengajar anak orang yang 15 Ibnu Hajar al-Asqalânî, Fat ħul Bârî, Bab al-Isyhâd Fi al-Hibah…, h. 214. 16 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 3, Jakarta: Lentera Hati, 2006, h. 42. 17 Islam Online, Berlaku Adil, dalam www.google.com , Adil pada Anak, 12 Januari 2009. tidak mampu dengan yang mampu secara bersama atas dasar penyediaan kesempatan belajar yang sama bagi semua peserta didik. 18 Di samping itu, Pendidik harus mencurahkan kasih sayang yang sama, sebab jika pendidik berlaku tidak adil kepada anak-anak didiknya, dalam hati mereka akan muncul rasa kecemburuan, kedengkian, dan kebencian kepada anak yang lain. Agar tercipta rasa saling mencintai diantara anak didiknya, hendaknya para pendidik menciptakan persamaan derajat tanpa adanya sikap diskriminasi dalam pergaulan kehidupan anak- anak. 19 Namun perlu diingat, walaupun sikap adil harus dirasakan oleh semua, bukan berarti adanya perlakuan yang sama rata dalam pemberian waktu luang dan kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan. Karena tiap siswa mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda, ada yang mudah menangkap pelajaran, dan ada sebagian siswa yang harus diberikan pelajaran dan perhatian ekstra untuk memahami pelajaran. Agar tercipta rasa saling mencintai diantara peserta didik, hendaklah diciptakan persamaan dan kesamaan derajat tanpa adanya diskriminasi dalam kehidupan peserta didik. Sehingga terciptalah iklim sosio emosional yang bersahabat antar sesama peserta dan bahkan peserta didik dengan pendidik di dalam kelas. Hal tersebut memungkinkan siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenagkan. Berlaku adil merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, Islam memerintahkan ummatnya untuk senantiasa berlaku adil. Firman Allah: ⌧ 18 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, h. 67. 19 Muhammad Athiyat al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, Terj. dari Rûh al-Islâm, oleh Syamsuddin Asyrofi, at all. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996, h. 84 Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”. QS. al-Mâidah: 8. Tindakan Rasulullah dalam hadis di atas yang membatalkan keinginan orang tua untuk memberikan hadiah kepada salah seorang anaknya, menunjukkan bahwa memperlakukan anak secara tidak adil merupakan perlakuan yang salah. Karena seorang anak mempunyai hak untuk mendapatkan keadilan dari orang tuanya. Begitu pun dalam dunia pendidikan sikap adil sangat diperlukan. Karena setiap siswa mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang sama dari pendidiknya. Oleh karena itu, jika pendidik bersikap tidak adil, maka siswa tersebut mempunyai hak untuk menuntut. Sikap adil memiliki beberapa keitimewaan di antaranya: a. Sikap adil akan menjamin kelangsungan sebuah konsep b. Sikap adil lebih menjamin keadaan istiqamahlurus dan terhindar dari penyimpangan c. Sikap adil menunjukkan nilai khairiyah kebaikan d. Posisi adil adalah posisi yang paling aman, jauh dari bahaya e. Posisi adil adalah pusat persatuan dan kesatuan, dan 20 f. Adil merupakan simbol kekuatan.

3. Demokratis dan Motivator

أ ﺧ ﺮ ﺮ ا و رﻮ لﺎ ﺪ أ ﺎ ﻮ ﺟ ﺮ لﺎ ﺮأ ت ﻰ ﺪ ﷲا ﻜ ﺮ ﺔ ﺧ ﺎ ﺪ ﺪ ﺟ ﺮ ا سﺎ أ آ لﺎ أ ﺮأ ر ﻮ ل ﷲا 20 Abu Mujahid, Berlaku adil… Dari Ubay bin Ka’ab berkata “Rasulullah membacakan sebuah surat, lalu ketika aku berada di masjid, tiba-tiba aku mendengar seorang laki-laki membacanya tidak sama dengan bacaanku. Saya berkata ”siapa yang mengajarkanmu surat ini? Dia berkata “Rasulullah”, saya berkata “ kamu tidak boleh meninggalkanku hingga aku datang kepada Rasulullah saw. Maka kami datang kepada beliau, saya berkata “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang ini telah menyelisihi bacaanku dalam surat ini yang engkau ajarkan kepadaku, beliau berkata “wahai Ubay, bacalah, maka saya membaca dan beliau berkata “bagus”. Kemudian Rasululah berkata kepada orang laki-laki itu, “bacalah, maka orang itu membaca selain dengan bacaanku, lalu beliau berkata kepadanya “bagus”, kemudian beliau bersabda “wahai Ubay, sesungguhnya al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf bacaan, semuanya dapat mengobati ketidak pahaman maksudnya dan memadai sebagai hujjah. H.R. Nasâ’î. Dalam hadis ini, dijelaskan bahwa ketika Ubay bin Ka’ab sedang berada di masjid ia mendengar seorang laki-laki membaca al-Qur’an dengan bacaan yang berbeda dengan yang Rasulullah ajarkan kepadanya. Kemudian Ubay menghampiri laki-laki itu dan bertanya kepadanya, “siapa yang mengajarimu cara membacanya?”, laki-laki itu menjawab “Rasulullah”, kemudian Ubay mengajak laki-laki tersebut untuk menemui 21 an-Nasâ’î, al-Mujtabâ, Kitâb al-Iftitâh, Bâb Jâmi’ Ma Jâa Fî al-Qur’ân, Beirut:: Dar al-Fikr, 1995 Jilid I, h. 164.